20

4.5K 198 17
                                    

"Baiklah, kita sudah selesai makan. Jadi, Sean bisakah kau jelaskan kenapa makhluk lugu dan polos sepertiku ini bisa terdampar ke tempat yang antah berantah seperti ini?"

Bukannya menjawab, pria super hot di depannya hanya diam seolah tuli. Selintas, hanya sesaat ada jejak senyuman di wajah Tom saat menatap Lucy yang sedang menggebu-gebu.

"Hei berhenti menatapku seperti itu!"

Mendapat pencerahan, ekspresi Lucy mendadak mendung.

'Mungkinkah dia menculikku karena berniat membunuhku,' batin Lucy kembali menggila.

Menatap sekeliling vila, matanya berkeliaran mencari celah. Celah yang membuat ekspresi Tom mendadak suram.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Jalan melarikan diri."

Situasi terjepit membuat Lucy hilang akal. Jawaban refleks justru membuat Lucy kian tertekan.

"Ma...maksud ku jalan menuju toilet." Cepat, kalimat terlalu cepat yang Lucy lontarkan membuat ekspresi Tom kian mengerikan.

"Lucy, Lucy, aku baru sadar bahwa dari dulu kau tidak pernah berubah." Tersenyum masam, Tom menggelengkan kepala sambil menatap Lucy menghina.

"Dulu? Maksud...."

"Biar aku ceritakan sebuah kisah."

"Aku tidak mau..."

"Dan aku memaksa."

Dua pasang mata saling berhadapan, yang satu tatapan penuh tekad dan yang lain adalah tatapan penuh kesal.

Sadar tidak memiliki pilihan, Lucy memilih menyerah. Tom yang sadar wanita di depannya menyerah, memulai cerita. Cerita yang membuat pikirannya melambung ke tahun-tahun silam.

"Dahulu kala ada seorang bocah kecil yang sangat sombong. Kesombongan yang justru membuatnya sangat terkenal. Dia memiliki seorang saudara laki-laki yang sangat menyayanginya. Hidup bak putri di negeri dongeng benar-benar dia dapatkan. Hingga..."

Terdiam sesaat, Tom mencoba menekan perasaan panas yang bergejolak di hatinya.

"Jangan, jangan lakukan itu Tom. Biarkan dia melupakan mimpi buruk itu."

Suara samar Sean terus mendengung di kepala Tom. Mengingatkannya untuk berhenti.

"Hingga?"

Masih sibuk bergulat dengan pikirannya, suara samar Lucy menyentak kesadaran Tom yang hampir lenyap. Menatap wanita yang duduk di hadapannya, Tom meyakini satu hal.

"Tidak Sean, dia harus tahu. Dia harus menghadapinya. Karena hanya dengan cara inilah dia bisa mengingat kita. Aku sudah terlalu terluka, luka ini sudah terlalu parah bahkan membusuk setiap kali aku melihatnya selalu berniat meninggalkan kita."

Mengepalkan tangannya, Tom kembali melanjutkan meski Sean tetap tidak terima.

"Hingga seseorang muncul. Sang malapetaka."

"Malapetaka?"

"Ya, seseorang yang terlahir dari rahim wanita yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Seseorang yang terlahir dari sperma pria yang selalu mengutuknya. Seseorang yang terlahir di tengah-tengah keluarga yang memiliki hobi menumpahkan darah demi harta."

.....

"Sejak kecil, tak sedikitpun ada cahaya kehidupan di matanya. Ada banyak bekas luka di sekujur tubuhnya, dia benar-benar tampak mengerikan. Sejak awal, hanya kakeknya yang menganggap dia ada. Yang lain, tidak pernah perduli apakah dia hidup atau tidak." Tersenyum tipis, ekspresi Tom jelas sangat membingungkan Lucy.

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang