9

9.9K 525 25
                                    

"Sean."

Merasa tak ada jawaban dari pria dipelukannya, Nea kembali menangis kencang. Sengaja memancing emosi sang pria yang tengah menahan diri mati-matian.

"Jangan memancingku. Kau jelas tahu dia tidak seburuk itu." Mendesis, setelah mengatakan kalimat bantahan yang membuat mata Nea melotot, Sean melepaskan pelukan sepihak kasar.

"Kau, apakah sedang membela si jalang itu? Dia itu__ "

"Dia memang jalang, tapi hanya padaku. Jadi berhentilah bertindak kekanak-kanakan. Kau kira aku tidak tahu hal buruk apa yang selama ini kau lakukan padanya?" Semakin menajamkan mata, Sean sukses membuat wajah Nea kian memucat.

"Me-mangnya a-apa yang aku lakukan? A-aku tidak__ "

"Menyuruh orang untuk memasukkan obat perangsang diminumannya saat panen raya, menyebarkan gosip murahan tentangnya dan sekarang," jeda sejenak, Sean semakin menyipitkan mata, "kau mencoba mengadu domba antara aku dan dia."

"Se-sean, a-aku __ "

"Selama ini aku diam dan hanya menutup mata akan semua kelakuan burukmu karena aku masih menghargai kakakmu. Tapi, jika kau berpikir aku hanya akan diam saja saat kau mencoba meracuni otakku, maka kau salah besar."

Nea diam tak berkutik. Tatapan membunuh Sean kepadanya membuat tubuhnya kaku dan gemetar ketakutan. Sean yang berada di hadapannya ini adalah Sean yang tak dia kenali.

"Dengar Nea, apapun itu, jangan pernah berniat untuk menyakiti jalangku. Kau boleh melakukan kejahatan apapun dan aku hanya akan diam tak ikut campur."

Sedikit menunduk, Sean semakin mendekatkan wajahnya di telinga Nea. Membuat Nea kian gemetar ketakutan.

Dengan suara husky yang rendah, Sean berbisik pelan.

"Tapi jika kau berani melibatkan jalangku dalam kekacauan yang kau buat, maka meski kakakmu bangkit dari kubur sekalipun, tetap tak kan ada yang bisa menghentikanku untuk menghancurkanmu."

Setelah mengatakan itu, Sean berbalik pergi. Meninggalkan Nea yang masih mematung di tempatnya.

***

Di sisi lain, Lucy yang masih kesal memilih pergi ke danau. Tempat di mana semuanya berawal. Pikirannya melambung ke saat awal pertemuannya dengan Sean. Awal yang cukup berkesan untuknya.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia mengejar seorang pria. Seorang Lucy Blackstone yang terkenal keangkuhan dan egonya yang setinggi langit tiba-tiba mendeklarasikan dirinya sebagai seorang jalang hanya demi seorang pria kampung yang terus menolaknya, tidakkah itu hal yang janggal?

Karir yang terancam hancur, keluarga yang tak menganggapnya ada dan sekarang, ditolak mentah-mentah oleh pria yang menarik perhatiannya nyatanya mampu membuatnya sangat terganggu.

Dia ingin menangis tapi tak bisa. Sudah lama dia membekukan hatinya sehingga membuat air matanya juga ikut membeku.

Lamunannya terputus saat ponselnya kembali berbunyi. Terpampang nama sang manager di sana. Menghela napas dalam, Lucy menekan tombol hijau.

"Kya! Apakah kau gila? Kenapa tidak mengangkat panggilanku!"

Belum sempat bersuara, jeritan Jerry sudah menggema di ponselnya. Membuat Lucy terpaksa menjauhkan ponselnya dari telinga demi menyelamatkan sang telinga dari ketulian.

"Kenapa kau diam? Lucy, apakah kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu hal yang buruk? Hei ceritakan padaku!"

Jerry kembali bersuara, mendesak Lucy dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya kesal.

"Aku baik-baik saja." Hanya itu yang bisa dia katakan. Kalimat sederhana berjuta makna yang membuat Jerry menghela napas berat.

"Aku mengenalmu bukan sehari dua hari, aku tahu ada hal buruk yang terjadi padamu. Bisakah kau mengatakannya kepadaku?"

Lucy memilih bungkam sambil menggigit bibirnya kuat. Menahan diri agar tak semakin membuat sang manager cemas. Tapi sayang, hal itu justru membuat Jerry semakin curiga.

"Aku akan tiba di sana dalam tiga jam. Dan aku akan membuat mereka membayar mahal akan kelakuan buruknya kepadamu, princess."

***

tbc,

Sorry lama gak muncul.

Thanks buat vote + comment kalian.







My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang