15 (1)

7.4K 328 53
                                    

Hari berikutnya, disaat matahari bahkan masih enggan memunculkan diri. Sosok siluet ramping sedang menatap kosong ke danau yang tenang. Danau yang selalu dia jadikan tempat objek pelarian.

Angin pagi menghembus kencang menerbangkan rambut pirang sang wanita yang masih enggan bergerak. Dingin menusuk tulang pun tetap di acuhkan. Kosong, hanya kehampaan yang tercermin dari sosoknya.

Masa lalu memang hanya masa lalu yang seharusnya dilupakan. Tapi akan ada masa dimana masa lalu akan kembali menghantui dan menjadi mimpi buruk tanpa akhir yang sangat menyiksa.

Inilah yang saat ini tengah dirasakan sang wanita yang tengah menatap kosong ke kejauhan.

Meski selalu terlihat ceria, tak ada yang tahu bahwa dia menyimpan begitu banyak luka.

Meski selalu tertawa lepas, tak ada yang tahu bahwa dia menangis setiap malam.

Meski selalu dikelilingi banyak orang, tak ada yang tahu bahwa dia selalu merasa kesepian.

Seakan ada lubang besar menganga di dalam hatinya yang kian tak bisa diselamatkan.

Seakan dia sudah melupakan memori penting yang sangat berharga. Memori yang meski selama ini sudah coba dia gali tetap tak menunjukkan hasil berarti. Memori itu seolah-olah terkunci rapi dalam kotak pandora dan tersembunyi jauh di dalam hati terdalamnya yang tak mampu dia gapai.

Menghela napas dalam, dia tersenyum samar. Senyuman yang menertawakan dirinya sendiri.

"Mau bunuh diri?"

Tersentak, suara maskulin familiar membawanya kembali ke alam nyata. Melirik ke samping, terlihat sosok pria kekar menatapnya curiga. Tatapan yang agak asing baginya.

"Tidak menjawab? Bisukah?"

Lagi, suara familiar itu kembali terdengar. Memicingkan mata, sang wanita mencoba menganalisa sang objek tak diundang.

"Siapa?"

Tersenyum tipis, sang pria menatap humor ke arah wanita yang kini terlihat sangat antipati terhadapnya.

"Menurutmu aku siapa?"

Memiringkan kepala, sang wanita kembali mengamati.

"Kau terlihat familiar tapi aku tahu aku salah."

"Oh ya?"

Maju mendekat, sang pria berjalan perlahan. Bagai predator mengerikan yang sedang mengamati sang buruan incaran.

"Kau salah, dialah yang tidak familiar untukmu, princess."

"Dia?!"

***

Di sisi lain, Michael yang awalnya sedang tertidur pulas tersentak bangun. Melirik ke samping, ekspresi bengis langsung tercermin di wajahnya saat sadar Lucy tak ada di tempat.

Berdiri, Michael bergegas mengecek seluruh tempat di rumah yang dicurigainya sebagai tempat persembunyiaan sang kitten yang selalu membuatnya gila.

'Sial, kemana perginya dia. Bajingan, awas saja jika dia berani mencurinya saat aku masih memiliki waktu untuk bersamanya," batinnya.

***

tbc,

Pendek ya?

Ya, sengaja.

Bagaimana menurut kalian chapter ini?

Kalau di bilang chapter sih enggak ya, ini bisa di bilang sepenggal cerita di chapter selanjutnya.

Adakah yang masih penasaran dengan cerita ini or kalian memilih melupakannya?

Vote + comment guys.

Aku akan balas untuk sekarang karena ya aku free n stay di sini untuk beberapa jam ke depan.

Salam,

DeAn



My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang