13

7.7K 417 25
                                    

Darah berceceran dimana-mana. Dalam satu malam, mansion megah itu terlihat seperti kuburan bekas pembantaian.

Di bawah meja rias, terlihat bocah kecil meringkuk bersama boneka beruang di pelukannya. Baju putihnya sudah basah, matanya bengkak dan merah menandakan sudah begitu lama dia menangis.

Memandang kosong ke depan, wajahnya yang cantik meski masih begitu belia terlihat kian menyedihkan.

"Princess, dimana kau! Princess!"

Samar, terdengar suara seseorang yang memanggilnya. Masih tak ada reaksi dari sang bocah. Seolah jiwanya telah direnggut paksa dari tubuhnya, sang bocah hanya diam tak bergerak. Perlahan, terdengar suara langkah kaki yang kian mendekat. Semakin dekat, dan__

Bruk...

Pintu kamar itu didobrak kuat, tampak seorang remaja laki-laki bergegas masuk ke kamar. Melihat sekeliling, matanya liar mencari dimana makhluk yang sejak tadi membuatnya hampir mati.

Cemas, takut, sedih, marah dan berbagai macam emosi lainnya tergambar jelas di wajahnya. Saat matanya menemukan titik yang menyembunyikan tubuh sang makhluk incaran, perlahan ketegangan yang dia rasakan berangsur berkurang. Seolah menemukan semangat hidupnya kembali, dia perlahan tersenyum cerah.

Bergegas, dia ingin melihatnya dengan jelas. Memastikan semuanya masih baik-baik saja. Tapi, belum sampai dia memastikan kondisi sang makhluk penyebab emosi tak stabilnya, mendadak seorang anak laki-laki lain sudah lebih dulu memblokir jalannya. Membuat dia tak memiliki pilihan lain selain berhenti bergerak.

Menegang, wajahnya semakin pucat saat sadar siapa orang yang berani menghalangi jalannya. Darah seolah hilang dari tubuhnya. Pria ini, dia jelas tahu betul siapa dia. Pria yang memiliki aura mematikan dan dominan yang tak mungkin bisa dia kalahkan meski dia sudah menjual jiwanya ke iblis penguasa kegelapan. Untuk beberapa saat, dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku seketika.

"Sakit."

Suara sang princess menyadarkannya, saat dia kembali ingin mendekat, suara dingin nan mematikan masuk ke indra pendengarannya.

"Sudahkah aku memberikan peringatan kepadamu untuk tidak membiarkannya terluka?"

Degh..

Seakan ada tombak runcing yang menghunus tepat d jantungnya, dia hanya bisa kembali membeku sambil mengepalkan tangan kuat.

Dengan senyum remeh dan menghina, sang pria mengerikan dihadapannya kembali berbicara, "pergilah, kau tidak mampu menjaganya."

"Aku tidak mau. Apa hak mu me__"

"Kembalilah saat kau sudah bisa mengalahkan keluargamu. Saat itu terjadi, maka aku sendirilah yang akan menyerahkannya kepadamu."

Setelah mengatakan itu, pria itu berbalik dan menggendong sang princess, membawanya pergi menjauh.

Degh...

Terbangun, Sean bangun dari mimpi buruknya. Sekujur tubuhnya basah. Wajahnya kian bengis saat mengingat peristiwa lampau yang terekam ulang dalam setiap mimpi buruknya. Mimpi yang membuatnya sudah tersiksa bertahun-tahun lamanya.

Berdiri, Sean mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja kerja. Mengetik beberapa nomor yang langsung mengangkat telponnya di dering kedua.

"Hallo bos."

"Apakah kau sudah membereskan mereka?"

"Untuk saat ini, kami baru bisa membereskan keluarga Paman dan Bibi anda yang di Jerman,  Italia dan__"

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang