11

8.5K 472 73
                                    

"Tapi Mr. Michael Belluci lah yang datang."

"Aa_apa katamu?" Melotot, sambil tergagap Lucy bersuara. Masih tidak habis pikir akan kalimat tak masuk akal pria paruh baya di depannya.

Menggeleng lemah, Josh sudah pasrah akan nasibnya. Michael Belluci, adalah satu nama yang wajib dihindari. Dia adalah sosok malaikat rupawan berhati iblis.

Tidak, bahkan iblis sekalipun masih belum mampu menyaingi keganasan seorang Michael Belluci yang melegenda. Sulung Belluci itu tidak pernah bermain-main akan ancamannya. Dia akan selalu merealisasikan setiap ancaman  dengan lebih mengerikan dari yang orang lain kira. Membuat siapapun enggan memancing emosinya.

"Hei, aku bertanya padamu. Kenapa kau malah diam!" Memicingkan mata, Lucy jelas semakin tak sabar.

Josh yang tersadar dari pikiran horornya kembali menggelengkan kepala. "Nona, sebaiknya kita segera pulang sebelum Mr. Belluci semaikin murka dan menjadikan saya daging panggang untuk makanan pencuci mulut hewan peliharaannya."

"Baiklah." Menarik napas dalam, melihat wajah pucat dan tubuh gemetar Josh membuat Lucy yakin bahwa Michael benar-benar ada di sini. Pria itu, semua akan menjadi semakin rumit sejak sekarang, batinnya meradang.

***

Di sisi lain, Michael tengah mengamati kamar yang selama ini ditempati Lucy. Duduk di atas ranjang dengan mata menelusuri area kamar, dia hanya mampu menggelengkan kepala samar.

Melirik arloji mahal di lengannya, dia kemudian berdiri dan berjalan menuju ruang makan di bawah. Menuruni anak tangga perlahan, dia bahkan tak mau ambil pusing saat sosok pucat Emily berdiri kaku di dekat meja makan sambil menatapnya.

"Tu-tuan, saya__"

Menaikkan satu tangan, Michael memberikan isyarat agar wanita di hadapannya diam. Hal itu sontak membuat Emily langsung bungkam.

Duduk manis di kursi, Michael mengutak-atik ponselnya sesaat. Suasana masih mencekam dan Emily masih betah mematung di sana. Sementara sang ibu, Anna, tengah sibuk di dapur menyiapkan makan malam.

"Tuan, se_benarnya a_pa arti no_na Lucy untuk An_da?" Meski dengan nada bergetar, Emily memberanikan diri bertanya. Matanya sudah memerah, tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk mengantarkan nyawa.

Terdiam sesaat, Michael tersenyum tipis. "Apa pun yang sekarang ada di kepala kecil bodohmu itu, maka singkirkan."

Jeda sesaat, Emily menaikkan pandangan dan menatap Michael berbinar. Tapi tatapan itu langsung lenyap saat Michael kembali bersuara, "karena DIA bahkan jauh lebih berharga dari nyawaku sendiri."

Jderrrr...

Bagai tersambar petir, Emily tak sanggup menahan sakit di hatinya yang sangat menyesakkan.

"Dia itu pelacur. Kenapa Anda__"

"Ya, dia memang pelacur," menganggukkan kepala, Michael membenarkan. Emily kembali tenang, namun, "dan dia tetap jauh lebih baik daripada dirimu."

Memandang dengan tatapan menghina, Michael tak segan-segan menunjukkan rasa jijiknya terhadap wanita yang saat ini tengah gemetar menahan amarah.

"Kau tau Em, di mataku kau tak lebih dari sekedar debu menjijikkan yang tak kasat mata tapi sangat mengganggu." Kembali mengeluarkan perkataan tajam, Michael benar-benar menikmati ketakutan yang diperlihatkan wanita di depannya.

"Tu__"

"Ssst, diamlah sebelum aku melenyapkanmu."

Suasana kembali hening, Emily mengatupkan bibirnya rapat. Menatap nanar ke arah pria yang saat ini tengah asik memainkan ponselnya.

Michael tahu bahwa Emily masih menatapnya tapi dia tak perduli. Selain Lucy Blackstone, wanita lain dia anggap tak penting.

Tak lama kemudian, pintu terbuka memperlihatkan wajah pucat Josh dan wajah kesal Lucy di sana. Michael yang melihat hanya menaikkan satu alis tanda bertanya.

"Kenapa malah kau yang datang?" Tanpa salam pembuka, Lucy menyembur murka.

Terkekeh, Michael berdiri dan menghampiri Lucy dengan senyum manis berjuta makna.

"Berhenti di situ! Jangan mendekat kalau kau hanya berniat untuk menceramahiku!"

Tak di anggap, Michael justru semakin mendekat. Saat Lucy berniat kabur, Michael sudah lebih dulu menangkap tubuhnya dan memeluknya erat.

"Sst diamlah kitten, aku tidak akan menceramahimu jika kau tidak berbuat bodoh."

"Aku tidak__"

"Ya, kau melakukannya. Bukannya balas dendam, kau malah hanya diam."

"Michi, kau harus mendengarkan__"

"Tidak. Aku akan menyelesaikannya, dengan caraku."

Degh....

Tubuh Lucy menjadi kaku. Menggelengkan kepala, Lucy tidak bisa membayangkan hal gila apa yang mampu dilakukan oleh pria yang sekarang tengah memeluknya erat.

Di lain sisi, Emily yang melihatnya mengepalkan tangan kuat. Matanya menatap tajam sepasang manusia yang tengah berpelukan sambil berbisik-bisik yang tak bisa dia tangkap artinya.

Josh yang melihat kejanggalan anaknya langsung menyeret Emily ke belakang. Meninggalkan sang majikan yang tengah berpelukan mesra. Dia bahkan tak menyadari bahwa skarang kedua majikannya tengah bersitegang.

**

Di lain tempat, Sean tengah duduk di dekat perapian rumahnya. Setelah membuat Nea menangis histeris, dia memilih pulang dan mengurung diri di rumah.

Drrrttt.... drrrtttt....

Tak lama kemudian, ponsel di sakunya berbunyi. Menyipitkan mata, Sean mengeraskan rahang saat sadar siapa yang menghubunginya.

"Tuan," suara pria di seberang sana langsung menyambut telinga Sean.

"Hm."

"Ini tentang kejadian yang menimpa nona saat panen raya. Itu bukan perbuatan nona Nea, tapi murni ada orang yang berniat mencelakai nona."

"Apakah kau yakin?"

"Ya, orang itu adalah ___"

"Hancurkan dia."

Tuuutt....

Belum selesai orang di seberang sana berbicara, panggilan sudah diputus sepihak oleh Sean.

Berdiri, Sean berjalan menuju kamar yang terkunci rapat. Kamar rahasia yang tak satu orang pun dia izinkan melihat. Berhenti, saat dia hendak membuka pintu, kakinya mendadak terpaku. Menggelengkan kepala, Sean memilih menjauh.

Samar, dia bergumam pelan, "mine, tunggu. Tunggu sebentar lagi."

***

tbc,

Hai, saya kembali.

Sorry jarang muncul.

Gimana dengan chapter ini, ditunggu comment nya ya.

Masih adakah yang menunggu?

Adakah yang bisa menebak karakter Sean sesungguhnya?

Dan pembalasan dendam seperti apa yang tengah Michael persiapkan?

vote 300 baru up.

Terimakasih, hahahahaha








My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang