15 (2)

7.1K 349 32
                                    

"Elbert, biasanya kau selalu memanggilku itu meski nama sebenarku bukan itu."

Mengerutkan kening, sang wanita yang tak lain adalah Lucy menjadi semakin bingung. Kata biasanya jelas membuatnya merasa janggal. Dia memang bukanlah wanita jenius tapi jelas dia bukan orang bodoh.

Dia sangat sadar bahwa pria di depannya bukanlah orang asing. Akan tetapi dia tidak ingat. Benar-benar tidak ingat dan itu sangat menyebalkan.

Melihat wanita di depannya merasa terganggu, sang pria semakin tersenyum puas. Semakin mendekat, tangannya perlahan bergerak hendak menggapai wajah mungil Lucy yang masih sibuk berpikir keras. Sayang, belum sempat tangan besar itu menyentuh kulit putih mulus Lucy, suara serak sarat akan ancaman menghentikan niatannya.

"Sepertinya ada yang ingin tangannya di mutilasi."

Degh...

Terkejut, mereka berdua menoleh ke belakang. Samar, terlihat siluet sosok pria mendekat. Sosok yang langsung menyentak kesadaran Lucy sepenuhnya.

Bagai sang musafir yang menemukan oase di padang gurun disaat detik-detik terakhir, Lucy benar-benar menatap sosok itu seolah sosok itu adalah satu-satunya yang dia butuhkan di dunia ini.

Bagai sang musafir yang menemukan oase di padang gurun disaat detik-detik terakhir, Lucy benar-benar menatap sosok itu seolah sosok itu adalah satu-satunya yang dia butuhkan di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Lucy yang awalnya kosong berubah bersinar cerah. Wajah yang awalnya terlihat pucat pasi mendadak merona merah. Senyuman manis langsung tersungging di bibir tipisnya. Dalam sekejap mata, sosok yang beberapa saat lalu bagai manusia tanpa jiwa kini sudah berubah menjadi remaja labil yang sedang jatuh cinta.

"Ayo pulang."

Begitu sampai, sang pria langsung memegang tangan Lucy erat. Berniat menyeretnya menjauh dari sang pria penggangu yang masih membeku ditempat. Lucy yang diseret hanya pasrah. Berpura-pura menjadi kucing manis yang penurut terhadap tuannya. Berharap sang tuan mau merelakan tubuhnya untuk dia nikmati sepenuhnya.

Tersadar, Elbert langsung berkata tegas, "aku pikir kesepakatan kita sudah jelas dan sekarang belum waktunya."

Berbalik, sang pria menatap tajam Elbert yang dulu merupakan sosok yang tak bisa dia lawan. Tapi ya, itu dulu bukan sekarang.

Menaikkan satu alis, sang pria yang masih kukuh memegang tangan Lucy angkat bicara. "Aku pikir sekarang informanmu sudah tidak kompeten lagi Mr. Collin. Aku sarankan untuk mengganti mereka sesegera mungkin."

Setelah mengatakan itu, sang pria beserta Lucy berangsur menjauh meninggalkan Elbert yang siap meledak.

Merogoh ponsel di balik jas, Elbert menghubungi seseorang dengan rahang terkatup rapat. Begitu sambungan terangkat, tanpa membuang waktu, Elbert langsung bicara tegas.

"Sam, apakah kau melewatkan sesuatu?"

"Tu_an, sebenarnya dari semalam saya mau mengabari tuan terkait__"

"Bisakah langsung ke intinya?"

"Dia sudah berhasil membasmi mereka semua dalam satu malam."

***

Diperjalanan yang entah menuju kemana, Lucy tak henti-hentinya melirik sosok pria yang masih memegang tangannya erat. Melirik ke samping, sang pria tersenyum tipis.

"Wajah tampan ku bisa berlubang jika kau terus melihatku dengan pandangan seperti itu."

"Tidak masalah, walau berlubang aku akan tetap menjadi jalangmu Sean."

Seperti biasa, tanpa berpikir mulut cerdas Lucy langsung mengeluarkan kalimat yang mampu membuat orang shock. Berhenti, sang pria menatap Lucy tajam. Tatapan sayang yang tadi dia tunjukkan sudah lenyap digantikan dengan tatapan membunuh yang membuat Lucy merasa terancam.

"Jalang?"

Suara baritone seksi itu keluar dari bibir merah Sean. Membuat Lucy kembali gagal fokus dan mengangguk tanpa sadar.

"Tarik kembali atau__" merunduk, sambil menggigit telinga Lucy pelan dia kembali bersuara, "disini, sekarang juga aku benar-benar akan membuatmu mengandung anakku."

Terkejut, wajah Lucy mendadak pucat. Tidak menyangka bahwa pria dingin bermulut pedas dihadapannya bisa memuntahkan kalimat sensual yang membuat libidonya kian tak tertahankan.

Ditambah dengan gigitan-gigitan kecil beserta jilatan di leher dan telinganya membuat tubuhnya kian gemetar.

'Bahaya, bagaimana mungkin mendadak pria gila super seksi ini bisa berubah menjadi iblis penggoda. Oh imanku yang tak seberapa aku mohon bertahanlah," batinnya berusaha tegar.

Melihat tak ada tanggapan dari Lucy, sang pria mengangkat kepalanya dari leher jenjang Lucy. Menatap wajah merah Lucy sesaat, dia memutuskan kembali berjalan. Tak lupa tangannya masih menggenggam erat tangan mungil Lucy yang sejak tadi tak pernah dia lepas.

Lucy yang tersadar langsung menyentak galak. "Hai, bukannya kau bilang tadi mau__"

"Diamlah Princess, aku tidak akan menyentuhmu sebelum hari pernikahan kita."

"Pe__pernikahan?" Pucat, wajah Lucy berubah pucat. Bagai mendapat berita akan vonis kematiannya, tubuh Lucy mendadak kaku.

Melihat hal tersebut sang pria menyipitkan mata. Menganalisa apa yang terjadi dengan perubahan mendadak sang wanita di sampingnya. Saat satu kesimpulan mutlak menyentaknya, emosi sang pria mendadak meledak.

"Princess, kau tidak berpikir untuk meninggalkanku dan menikah dengan pria lain bukan?"

Lucy yang mendengar pertanyaan itu menjadi semakin kaku. Menatap heran ke sosok pria di hadapannya, Lucy mulai berpikir keras.

Suara rendah yang sama.

Wajah dan tubuh yang sama.

Tapi kenapa aku merasa dia berbeda.

Kenapa aku merasa dia bukanlah orang yang sama.

Kenapa aku merasa dia adalah orang yang tak bisa aku atasi.

Kenapa aku merasa.....

Begitu banyak kata kenapa di dalam kepalanya. Belum selesai Lucy menjabarkan satu persatu kecurigaan itu, mendadak dia merasakan ada bau menyengat masuk ke indra penciumannya. Menghantam kesadaran dan memaksanya tenggelam dalam kegelapan.

Samar, dia mendengar suara pria yang tengah menyangga tubuhnya sebelum kegelapan menelan kesadarannya.

"Jadilah baik princess sebelum aku menghukummu karena sudah berani melupakan dan berniat meninggalkanku."

***

tbc,

Bagaimana?

Chapter ini sudah menjawab beberapa pertanyaan kalian bukan?

Di tunggu Vote + Comment nya ya.

Terimakasih,
DeAn



















My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang