18

5.6K 314 24
                                    

Warning : 18+

***

"Tuan... Tuan...."

Tok, tok, tok....

Ketukan dan panggilan saling menyahut seolah-olah siap menghancurkan pintu kamar bercat hitam setiap saat jika sang pemilik tak kunjung keluar.

Cklek...

Tom yang baru selesai mandi keluar hanya dibalut dengan celana kain panjang yang membungkus kaki panjangnya. Sementara tubuh bagian atas yang berotot terpapar jelas seolah menggoda untuk membuat para wanita yang melihatnya kehilangan akal.

Tak terkecuali sang maid yang tadi begitu bersemangat menggedor pintu mendadak kaku.

Menaikkan satu alis, Tom menatap dalam sang wanita yang berani mengganggu ketenangannya. Satu menit berselang, Tom masih bersabar menunggu hal penting apa yang membuat si maid kalap hingga hampir merobohkan pintu kamar pribadinya.

Merasa penantiannya sia-sia, Tom berkata kejam, "kau ingin aku memotong lidah dan tanganmu atau mencongkel mata kurang ajarmu?"

Tersadar, sang maid yang tadi sempat hilang akal melihat pemandangan indah di depannya mendadak sadar.

"A-ampun Tuan. Iii-tu No..."

"Nyonya!"

"Ah iya maksud saya Nyonya. Dia pingsan..."

Lari, tak menunggu sang maid menyelesaikan kalimatnya, kini giliran Tom yang kalap. Jantungnya mendadak berdebar kencang. Takut sang wanita yang selama ini dinanti meninggalkannya begitu mudah.

Saat Tom masuk ke kamar yang ditempati Lucy, badannya mendadak kaku. Melihat wanita yang biasanya tangguh terbaring lemah di atas tempat tidur membuatnya semakin kehilangan akal. Tergesa, dia bahkan melewatkan keberadaan seorang pria yang masih berdiri di sudut usai memeriksa kondisi sang wanita.

"Hai dude, aku disini. Tidakkah itu begitu tidak sopan dengan menganggap dokter jenius dan tampan sepertiku sebagai makhluk tak kasat mata?" Kesal diabaikan, sang dokter memberikan sindiran berupa rajukan.

Memeluk tubuh lemah sang wanita, seketika kilatan berbahaya terpancar di mata Tom.

"Apa yang terjadi dan bagaimana keadaannya Dev?" Mengabaikan pertanyaan sebelumnya, Tom justru memberikan pertanyaan baru yang tidak relevan.

Mendengus, pria yang dipanggil Dev jelas merasa tidak puas. Tapi saat melihat kilat bahaya di mata sang predator di depannya, Devon memilih mengalah.

"Apakah kau pernah mendengar kata AMNESIA?"

Devon bicara santai tapi jelas ada nada penekanan dikata akhir yang ia ucapkan. Mengerutkan kening, Tom yang pintar mulai mengaitkan beberapa kemungkinan yang sedang terjadi.

"Dia..."

"Ya itulah yang terjadi pada wanitamu. Jadi aku sarankan untuk berhenti memaksanya mengingat sesuatu hal yang sudah dia lupakan secara tak sengaja karena itu bisa membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat hingga mampu membuatnya kehilangan kesadaran seperti sekarang."

"Aku tidak memaksanya untuk mengingat apapun."

Jawaban santai dan tak bersalah Tom membuat Devon naik pitam. Bajingan ini jelas tidak mau mengaku. Betapa malangnya nasibmu Lucy, batin Devon berduka.

"Lalu siapa yang harus bertanggungjawab atas kejadian yang menimpa wanitamu saat ini?"

"Entahlah, yang jelas bukan aku."

"Oke anggap kau tidak memaksanya untuk mengingat apapun. Lalu katakan padaku hal apa yang kau paksakan padanya hingga membuat kondisinya begitu mengenaskan?"

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang