Bibir kenyal yang lembut dan manis. Harum tubuh yang tak biasa. Tubuh halus yang selalu membuatnya mendamba. Michael akui dia benar-benar gila jika tak menikmatinya.
Ciuman itu semakin dalam. Pelukan itu semakin kuat. Tak tinggal diam, lidahnya pun kian berkelana di dalam mulut sang wanita.
Wanita yang sejak awal selalu dia jadikan prioritas utama.
Wanita yang entah sejak kapan enggan dia lepaskan.
Wanita yang akan menjadi sumber kebahagiaan sekaligus bencana untuknya.
Karena sejak awal dia sadar akan satu kenyataan yang tak kan pernah berubah meski dia sudah berusaha keras hingga tetes darah penghabisan.
Kenyataan bahwa wanita ini, wanita yang tengah dia dekap erat dan curi napasnya saat ini bukan dan tak kan pernah bisa menjadi miliknya.
Sebab wanita ini adalah wanitanya raja iblis yang sekarang sedang dititipkan padanya.
Tersadar, perlahan Michael melepaskan ciuman dan dekapannya. Melirik sekilas ke belakang punggung Lucy, dia dapat melihat bayangan sang iblis yang kian mengerikan. Mengabaikan, Michael mengalihkan tatapan ke wanita yang masih sibuk menghirup napas kuat.
Wanita ini, hanya tinggal menunggu waktu sampai sang raja iblis kembali dan mengambilnya. Membuat perasaan tak nyaman muncul jauh di dalam hati yang dia kira sudah lama mati.
Perasaan itu sangat mengejutkan, membuat Michael tersenyum masam.
"Manis. Ayo kita kembali ke kamar kitten." Dengan senyuman manis bak kucing rumahan, Michael menyeret Lucy yang masih belum sadar kembali ke rumah.
Di kejauhan, sosok gelap Sean kian mengerikan. Kata kamar yang keluar dari mulut pria di hadapannya membuat Sean tertawa hambar. Mendengus, Sean berbalik dan hilang di balik hutan lebat, menyisakan suara samar yang membuat Lucy dan Michael merinding seketika.
"Bersenang-senanglah, sebelum aku mengambil kesenangan itu secara paksa dari kalian."
***
"Hei bajingan, dasar iblis penggoda tak tahu sopan santun. Apa maksud ciuman itu ha?" Melotot, Lucy menghempaskan cengkraman tangan Michael kuat. Baru sadar akan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
Mendesah malas, Michael memilih mengabaikan dan terus berjalan.
"Hai, aku bicara padamu!"
"Bukankah tadi kau yang menyuruhku untuk kembali masuk?" Berhenti, Michael berbalik dan menatap Lucy malas. Merasa tak ada jawaban, Michael kembali bersuara, "cepatlah kemari, aku lapar."
"Ta__"
"Jangan pancing aku untuk berubah pikiran, kitten."
Belum selesai Lucy membantah, Michael memotong cepat, membungkam semua kata bantahan dan makian yang hendak dilontarkan Lucy padanya.
Tak ada jalan, Lucy memilih mengikuti sambil mengerutkan kening dalam.
"Kenapa aku merasa ada yang janggal dengan ciuman tiba-tiba itu? Dia tidak sedang mencoba menghancurkan citra polos tak berdosakukan?" batin Lucy berpikir keras.
"Jangan terlalu banyak berpikir, kasihanilah otak kecilmu itu."
Kembali, Michael menyemburkan kalimat hinaan tak berperasaan. Tapi yang dihina justru tak merasa terhina. Bukannya marah, Lucy justru mengangguk tanda menyetujui. Membuat Michael geleng-geleng kepala sambil mengelus dada.
"Entah kenapa jika melihatmu aku benar-benar sadar kalau Tuhan itu memang adil."
Menoleh, Lucy menatap Michael bertanya. Menunggu alasan dibalik pernyataan Michael barusan.
"Fisik dan otak berbanding terbalik seperti langit dan bumi."
1 detik, tidak ada respon.
3 detik, kening Lucy mengerut dalam.
7 detik, tatapan mematikan mulai terpancar.
Di detik ke 10, Michael berlari cepat ke lantai atas. Jelas melupakan niat awalnya untuk makan.
"Kya, iblis sialan jangan lari! Kembali ke sini! Hai!"
"Tidak. Aku tidak mau jatuh ke tangan babi bodoh sepertimu." Masih sambil berlari, Michael masih sempat membalas. Kilatam jenaka terpancar di wajahnya. Jelas dia sangat menikmatinya.
"Pagi yang indah, bersama kitten yang sudah menjelma menjadi babi gila," batinnya.
Di lain sisi, Lucy semakin bringas. Kakinya yang tak sepanjang kaki Michael membuatnya sulit mengejar. Kekalahan mutlak membuat kesabarannya yang tak lebih besar dari jarum kian terkikis tak bersisa. Tak ada pilihan lain, rasa kesal dan emosi tak terbendung membuatnya kembali mengumpat keras.
Melihat Michael berlari ke arah kamar dengan Lucy yang mengejar di belakang sambil membawa pisau buah yang dia curi entah dari mana membuat Emily yang melihat pemandangan tak normal itu memilih pergi ke belakang menenangkan diri.
***
"Jangan pancing aku untuk memusnahkannya juga Belluci."
"Hai apakah sekarang kau sedang terkena syndrom cemburu buta ala remaja?"
"Menurutmu?"
"Oh ayolah, bukankah kalian adalah ahlinya dalam hal bersabar dan bersikap dewasa? Mereka hanya bermain-main. Tidak bisakah kau memakluminya?"
"Sean mungkin bisa bersabar dan maklum, tapi aku tidak."
"Aku tahu, makanya sejak awal aku lebih mempercayai Sean. Jadi, tetaplah di tempatmu dan biarkan Sean bergerak."
"Tidak kah lau sadar ini sudah terlalu lama?"
"Tidak akan ada yang sia-sia demi masa depan bahagia."
"Termasuk mengorbankan wanita yang kami cintai?"
"Ya, tentu saja."
"Apakah kau sedang berkencan dengan kematian?"
"Kau jelas tahu bahwa kematian adalah istri tercintaku."
"Bagus, setidaknya aku sudah cukup berbaik hati untuk mengingatkan sebelum kematian menghampirimu."
"Hahaha, oh ayolah, bukankah aku sudah berjanji pada kalian saat itu? Hari dimana kalian bisa melenyapkan semua tikus itu, maka itu akan menjadi hari pernikahan kalian."
"Kalian? Cih, seingatku tidak ada kata kalian yang keluar dari mulutmu saat itu."
"Benarkah? Oh kalau begitu tolong maafkan kesalahanku saat itu."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan karena sejak awal bagiku, kau tak lebih dari sekedar baby sitter untuk pengantin kami."
"Wow, kata-katamu sungguh sangat kejam. Membuat hatiku sakit.
"Aku ingin lihat apakah kau masih bisa tertawa saat aku mengambil alih semuanya."
"Kau, jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda. Ini memang sudah saatnya aku kembali. Sean terlalu lemah dan dia juga sudah setuju."
"Hai kau__"
tut... tut... tut...
"Istirahat dan lihat lah Sean. Sekarang saatnya kau menjadi penonton."
"Ya."
***
Tbc,
Hi guys....
Adakah yang bisa menebak maksud dari percakapan ambigu di atas?
Siapakah mereka?
Di tunggu vote + comment nya ya.
Terimakasih,
DeAn
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession
RomanceMature content (21+) Lucy Blackstone merupakan wanita yang selalu di agung-agungkan dunia. Bentuk tubuh dan wajah yang rupawan menjadikannya model papan atas yang digilai para kaum hawa. Namun sebuah skandal tak terduga mengharuskannya berlari dan b...