19

4.6K 217 10
                                    

"Aku lapar. Ayo angkat pantat indahmu dan buatkan aku makan siang."

Sambil menggosok giginya kuat, kalimat menyakitkan Tom masih terngiang-ngiang dan berputar di otaknya bagai kaset rusak. Benar-benar berangsur memakan kewarasannya yang tak banyak tersisa.

"Bajingan itu, aku benar-benar akan membuatmu bertekuk lutut di bawah telapak kakiku. Setelah itu, aku akan pergi jauh dan meninggalkanmu sendirian dengan hati yang patah. Lihat saja," gumamnya bersemangat. Benar-benar lupa apa yang sedang terjadi sekarang.

Setelah lebih dari 1 jam membersihkan diri d kamar mandi, Lucy akhirnya keluar. Sudah ada satu set pakaian santai beserta dalaman di atas ranjang.

"Tidak buruk, setidaknya dia tidak melecehkanku dengan menyuruhku memakai pakaianku semalam." Mengangkat bahu tanda tak perduli, lagi-lagi Lucy selalu mengeluarkan tanggapan di luar imajinasi.

Setelah memakai pakaian lengkap dan mengikat rambutnya, Lucy berjalan keluar dan mulai mencari-cari. Rumah ini cukup luas meski tampat sederhana.

Rumah dengan dua lantai yang terletak di pinggir laut lepas sungguh membuat Lucy kian tak nyaman. Dia benar-benar membenci laut. Sebab air yang menggenang dalam volume banyak adalah musuh bebuyutannya sejak lama.

"Mencari jalan keluar Princess?"

Kaget, Lucy refleks berbalik. Melihat keterkejutan Lucy yang berlebihan membuat Tom merasa tertekan. 'Apakah tebakan asal-asalanku benar? batinnya.

"Dimana ini?"

Mengabaikan pertanyaan sebelumnya, Lucy memilih menyuarakan pertanyaan yang sejak awal tak dapat ia pecahkan. Berbalik, bukannya menjawab, Tom memilih pergi. Melihat ini, Lucy mendadak cemas.

"Hei, aku bertanya padamu. Ini dimana? Kenapa kau membawaku ke sini Sean?"

"Aku lapar, masak makanan dulu untukku baru kita bicara."

Mengangguk, Lucy memilih mengejar.

"Benar, masak dan makan jauh lebih penting," ucap Lucy bersemangat. Tom yang mendengar mendadak berhenti. Tampak muncul kerutan samar di kening Tom saat menatap wanita yang kini memandangnya dengan mata polos tak berdosa.

"Kenapa berhenti? Dan ada apa dengan kerutan di keningmu?"

Seperti biasa, entah itu kepolosan atau kebodohan Lucy yang akan selalu keluar di saat-saat yang kurang tepat.

"Lucy, apakah kecelakaan itu benar-benar sudah menghilangkan setengah otakmu?"

Tak terima, Lucy melotot dan mulai membalas, "tentu saja tidak sebanyak itu. Kau pikir aku apa? Idiot?"

Mengangguk, Tom membenarkan. Melihat pria dihadapannya menyetujui pernyataannya, Lucy kembali tersenyum ceria sambil berjalan ke arah yang dia yakini sebagai dapur. Kini Lucy jelas melupakan niat awalnya untuk mencari jalan keluar.

Lucy terus berjalan, tak menyadari pria yang dia tinggalkan masih berpikir keras.

'Jika tidak setengah, berarti tiga per empat. Idiot jelas jauh lebih baik dari kondisinya saat ini. Aku benar-benar harus menyelidikinya.'

###

"Sean, kamu mau makan apa?"

"Apapun yang bisa kau masak."

"Apakah kau sedang meragukan kemampuanku dalam hal memasak?"

"Ya." Mengangguk, Tom menjawab tanpa berpikir. Jelas terlalu jujur.

Bukannya marah melihat keterusterangan pria di depannya, Lucy malah mengangguk lesu.

"Ya, kau benar. Aku bahkan selalu meragukan kemampuanku sendiri."

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang