Part 1

52.9K 4.2K 176
                                    

Rantauprapat
Di bulan April

Gerimis mulai membasahi kota itu lagi. Hanya menunggu gerimis berubah menjadi hujan lebat, seperti biasanya di bulan April. Tak kenal waktu, kadang kala dia turun saat kita memulai aktivitas di pagi hari, siang, sore, dan malam. Seperti saat ini, di malam Minggu yang kelabu ... langit begitu gelap tanpa ada bintang karena tertutup awan.

Doa orang jomblo di malam Minggu, hujan.

"Lana! Cepat masuk dan keringkan tubuhmu!" Jeritan itu begitu kuat membuat gadis penikmat hujan itu terpaksa harus beranjak dari tempatnya setiap hujan turun.

"Cepat sedikit! Sebentar lagi akan ada orang yang akan menjemputmu! Pakai bajumu paling bagus dan rias dirimu secantik mungkin!"

"Tapi, Bu...."

"Tidak ada penolakan, Lana! Kau mau Ibu kembalikan ke hutan lagi?" Lana menggeleng, dia berlari menuju kamarnya untuk mengganti bajunya yang sudah basah.

"Anak aneh. Anak hutan memang aneh!" Sungut Lisda, ibu yang menampung Lana di rumahnya.

"Cepatlah Lana! Mereka sudah datang!" Jeritnya lagi saat mendengar suara deru mesin mobil berhenti di halaman rumahnya. Lisda langsung berlari ke teras rumah, siap menyambut tamu pentingnya.

"Silakan masuk, maaf kalau rumahnya kecil." Lisda mempersilakan empat orang lelaki masuk ke dalam rumahnya. Satu orang berpakaian rapi, lengkap dengan jasnya, sementara tiga orang lagi berpakaian seragam. Ada satu orang membawa tas berbentuk persegi.

"Silakan duduk, saya akan ambilkan minun dulu."

"Tidak perlu, karena saya tidak mau berlama-lama." Suara itu entah kenapa membuat Lisda terintimidasi.

"Anu, ah ... baiklah...." katanya gelagapan. Lisda duduk berhadapan dengan lelaki yang menatapnya tajam setajam silet. Sementara tiga anak buahnya berdiri di belakang bos besar.

"Jadi?"

"Dia sedang merias diri, Tuan."

"Kuharap kau sudah mempelajari dan membaca surat perjanjian itu baik-baik."

"Ah, ya. Saya sudah mengerti." Lisda tersenyum lebar saat anak buah lelaki itu meletakkan tas berbentuk persegi itu di depannya.

"Itu milikmu sekarang, dan putrimu milikku sekarang." Mata Lisda langsung berbinar-binar, dia mengambil tas itu dan memeluknya.

Cih, dasar mata duitan!

"Terima kasih. Saya pastikan semuanya baik-baik saja. Dia juga sangat pintar mengurus anak karena sudah berpengalaman."

"Aku akan memegang kata-katamu. Lalu, kenapa dia tidak keluar juga?"

"Maaf, Bu ... tapi bajunya cuma ada yang in—" Lana terdiam saat melihat ada tamu ibunya. Dia mengenakan kaos rombeng yang warnanya sudah kumal.

"Lana, duduk di sini, Sayang...." Lana mengangguk patuh saat Lisda menyuruhnya duduk di sebelahnya.

"Jadi Lana, nanti kau akan ikut bersama Tuan ini. Kau mengerti?" Lana kembali mengangguk.

"Lalu Ibu ikut, kan?"

"Tidak, kau sendiri saja. Ingat, jangan buat ulah! Kalau di suruh ini itu, kau harus mau. Mengerti?" Lana terdiam, dia menatap lelaki di depannya sekilas, lalu menundukkan kepalanya.

"Baiklah, dia sudah siap, Tuan Jansen."

Jansen berdiri begitu juga dengan Lisda, tapi tidak dengan Lana.

"Berdiri, Lana! Kau ikut dengan mereka!"

"Ikut ke mana, Bu?"

"Kerja. Nanti Ibu akan menyusulmu." Lana berdiri. Tangannya di tarik Lisda saat Jansen melangkah keluar.

I Will Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang