Di rumah Jansen
Pukul sembilan pagiJansen menatap Lana yang masih tertidur pulas. Sementara dia sudah bangun sejak pukul enam tadi. Dia juga sudah mengantarkan Loly ke sekolah.
Jansen mengusap kening Lana yang berkerut, seperti ada hal yang tidak mengenakkan dalam tidur Lana.
"Mimpi buruk, ya?" Jansen terus mengelus kening itu sampai kerutannya hilang. Tanpa sadar, dia tersenyum lebar.
Jansen menatap perut Lana dengan berbinar-binar, senyumnya semakin merekah. Dia merasa tubuhnya menghangat saat melihat perut itu.
Jansen menaikkan baju Lana dengan malu-malu. Pipinya saja merona. Dia mengelus bekas luka di perut Lana.
"Aku akan membalas semua perbuatan Amora, Lana." Tatapan Jansen berubah menjadi nanar saat dia menggenggam tangan Lana. Masih jelas terlihat bekas pasungan itu. Dia meletakkan tangan Lana, lalu beralih pada baju Lana. Membuka satu per satu kancing baju tidur Lana.
Tatapannya semakin nanar, bahkan yang tadinya dia malu-malu, kini raut wajah marah itu terlihat jelas saat melihat ada beberapa bekas luka di dada Lana.
"Kejam sekali...." geram Jansen pelan. Dia mengancing kembali baju Lana saat ada pergerakan dari Lana.
"Hah, kenapa?!" tanya Lana dengan menjerit. Jansen langsung menoleh pada Lana, mata Lana masih tertutup rapat.
Jansen menyelimuti Lana, lalu dia berbaring di sebelah Lana, dia juga memiringkan tubuhnya agar bisa menatap istrinya itu. Dia menggenggam tangan Lana, menatap wajah Lana yang gelisah.
"Lana...." Jansen mengecup punggung tangan Lana membuat Lana membuka matanya. Napasnya tersengal.
"Mimpi buruk?" tanya Jansen dengan lembut. Lana juga memiringkan tubuhnya agar berhadapan dengan Jansen. Dia menatap Jansen penuh perasaan.
"Lana...." Lana hanya tersenyum tipis. Dia menyentuh wajah Jansen menggunakan sebelah tangannya.
"Kau seperti nyata. Padahal aku tahu ini hanya mimpi." Jansen menggeleng. Tapi Lana juga menggeleng.
"Tadi kau menyiksaku, sekali menggenggam tanganku. Kadang mimpi itu lucu, ya ... aku saja tidak mengerti." Jansen mengusap sudut mata Lana. Lalu dia memeluk Lana.
"Tapi aku nyata, Lana." Lana hanya diam saja. Dia bisa mendengar suara debaran jantung yang berdebar dengan kencang. Entah itu jantungnya atau jantung Jansen.
"Jansen, kau mencintaiku? Karena sepertinya aku mencintaimu. Aduh, aku tidak tahu kenapa begini. Pipiku rasanya panas."
Jansen tersenyum lebar saat Lana mendongak padanya. Wajah Lana memerah dan dia suka melihat rona di wajah itu.
"Iya, Lana. Sepertinya aku jatuh cinta padamu. Jatuh hati padamu entah sejak kapan." Lana mencubit perut Jansen dan dia kembali menyembunyikan wajahnya dia dada suaminya itu.
"Aku malu. Tapi aku tidak tahu kenapa jadi malu. Aduh...." Lana bergerak dengan gelisah. Jansen melonggarkan pelukannya dan Lana langsung mendorong Jansen.
Dia menepis tangan Jansen membuat raut wajah Jansen berubah-ubah.
"Jansen, aku ke kamar mandi dulu, ya. Perutku sakit!" Lana duduk dan turun dari tempat tidur. Jansen mengikuti Lana.
"Lana, bagian mana yang sakit?" Jansen menahan tangan Lana, khawatir pada Lana dan juga kandungan Lana.
"Aduh, lepaskan! Perutku semakin sakit!" jerit Lana menarik tangannya. Jansen menggeleng.
"Jansen, aku mau...."
"Oke, baiklah. Pelan-pelan, Lana!" kata Jansen saat sudah mengerti. Lana mengangguk.
Jansen menggeleng sambil tersenyum dengan tingkahnya barusan. Hatinya berdesir dan menghangat. Rasanya dia belum pernah merasa sebahagia sekarang.
★∞★
Di suatu tempat
Pandangan mata itu begitu tajam dan suasana di ruangan persegi itu semakin menyesakkan.
"Kenapa kau menatapku seperti itu, Dimas?" wajah Dimas semakin memerah karena amarah.
"Oh, aku tahu. Jangan-jangan kau menyukai Azizalea. Iya kan?" Andrea yang ada disebelah Dimas langsung menatap Dimas dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Aku harus mengambil putriku," desis Andrea membuat tawa Dimas pecah.
"Haha, jangan mimpi kau, Andrea!"
"Sebenarnya kau ini berpihak pada siapa sih?" Andrea mulai kesal.
"Biar aku yang mengurus Lana!" suara yang sudah lama tidak terdengar itu membuat Andrea, Dimas, dan Dania mengalihkan pandangan.
"Amora?" tanya Andrea dengan pelan.
Amora mendekat, lalu duduk diantara kakak dan ibunya.
"Dari mana saja kau?" tanya Amora pada Andrea. Andrea tidak menjawab membuat Amora gemas.
"Amora, kau tidak tahu apa pun sekarang! Azizalea sudah bertemu Diamond dan dia sudah menikah dengan Jansen!"
Amora melotot pada ibunya.
"Yang benar saja, Bu?" Dania mengangguk.
"Kenapa bisa? Apa selama aku pergi kalian hanya diam saja?"
"Siapa suruh kau pergi? Dan Diamond sudah tahu kalau Lana itu Azizalea!"
"Apa?!"
"Pelankan suaramu, Amora!" Dimas memperingati.
"Sialan! Kenapa aku tidak tahu apa-apa? Kenapa kalian tidak memberitahu padaku? Bagaimana bisa Lana bertemu dengan Jansen? Dan mereka sudah menikah? Yang benar saja! Candaan kalian sama sekali tidak lucu!" Amora melemparkan tisu di tangannya.
"Kau tidak bisa melakukan apa-apa sekarang, Amora. Azizalea ada di bawah perlindungan dan dijaga dengan ketat. Apa lagi dia sekarang sedang hamil." Amora semakin panas mendengar ucapan Dimas.
"Hamil? Cih, aku tidak akan biarkan Azizalea bahagia." Gadis itu tersenyum jahat.
"Amora, kau pikir kau siapa sekarang? Diamond bahkan sudah tahu segala perbuatanmu selama ini pada Azizalea!" Dimas berdiri, lalu dia menarik tangan Andrea.
"Kami harus pergi. Aku ingin menghukum Andrea karena dia sudah berani nakal dibelakanhku."
Amora mengepalkan tangannya. Dia tidak menghentikan Dimas yang membawa Andrea pergi. Malahan dia menatap ibunya dengan sinis.
"Kau sudah jatuh miskin, Putriku!" Dania tersenyum lebar menambah kekesalan di hati Amora.
Amora bangkit berdiri, lalu dia memutar tubuhnya.
"Aku tahu bagaimana menghancurkan Azizalea dan dirimu, Bu!" Usai mengucapkan itu, Amora pergi meninggalkan Dania.
"Kau yang akan kuhancurkan lebih dulu, Gadis bodoh!" Dania tersenyum tipis, dia meraih ponselnya. Lalu menghubungi seseorang.
"Hallo, kapan bisa kau mengeluarkanku dari sini? Ada sesuatu hal yang harus kulakukan. Aku harus melindungi seseorang." Ucap Dania begitu saja. Dia sendiri bahkan tidak tahu siapa yang akan dia lindungi.
★∞★
Maaf kalo ini lama sekali! Mood akhir-akhir ini emang rusak parah😭
Semoga suka, dan jangan lupa di vote dan di komen, ya.
Terima kasih!
18 Oktober 2017
Ig: Naomiocta29
Silakan bantu polling cover di sana ya😍
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Still Love You
RomanceLoly tidak punya ibu, tapi Loly sering menanyakan pada ayahnya di mana ibunya, tapi kadang ayah membentak Loly karena menanyakan ibunya terus. Karena Loly belum pernah melihat ibunya, Loly ingin punya ibu seperti teman-temannya di TK. Loly terus men...