Part 37

16.9K 1.5K 34
                                    

"Lana...." bisik Jansen, Lana menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku. Tapi ibunya yang mengatakan sendiri padaku kalau dirinyalah (Dania) yang membunuh keluarga kalian." Lana menarik tangannya dari genggaman Jansen.

"Itu fitnah!" jerit Andrea membuat Loly yang sedang asyik menggambar berhenti. Gadis kecil itu berdiri, lalu melangkah mendekati dinding. Mengintip untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Kau tidak tahu apa-apa soal itu, Azizalea! Jangan sembarangan kalau berbicara!" Loly menutup mulutnya, tidak suka melihat Lana dimarahi.

"Jangan membentak istriku!" protes Jansen, sementara Lyan masih tidak sanggup berbicara apapun. Tubuhnya mendadak lemas dan tak berdaya. Bagaimana pun juga, ucapan Lana tadi mempengaruhi Lyan. Fakta yang tidak dia ketahui selama ini kini terungkap sudah.

"Ternyata kau sama saja seperti Amora. Pokoknya kau tidak ada urusan dengan Loly. Loly putriku!"

"Enak saja! Loly putriku! Putri kandungku! Aku yang mengandung dan melahirkannya!"

"DIAM!!!" bentak Jansen membuat Andrea menutup mulutnya rapat-rapat.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu datang ke sini! Sejak saat itu, aku tidak pernah menganggap kau ada lagi!" Andrea menggeleng.

"Aku datang untuk mengambil putriku! Lagi pula dia bukan anak kandungmu!" Loly mengerucutkan bibirnya, sementara Lana menatap Andrea tidak senang. Ingin sekali rasanya Lana mencakar wajah Andrea.

"Aku sudah tahu. Tapi aku tidak akan memberikan Loly padamu! Mati saja kau ke laut!"

"Andrea...." desis Diamond. Tubuh Andrea bergetar. "Bawa aku bertemu ibumu, Nak...." suara Diamond begitu lembut seperti biasanya.

"Aku tidak tahu dia di mana!"

"Dia di rumah sakit jiwa, Bu...." jawab Lana dengan pelan.

"Aduh...." ringis Andrea saat ada yang menyiram air padanya. Pelakunya adalah Loly.

"Loly," panggil Lana.

"Pergi dari rumah Loly! Loly tidak suka kalau Bibi membentak Ibu!" jerit Loly. Lalu dia berlari mendekati Jansen dan Lana.

"Ayah, bukan anak kandung itu artinya apa?" tanya Loly merangkak kepangkuan Jansen.

"Loly dengar?" Loly mengangguk. "Loly anak tiri, ya?" Jansen mengusap sudut mata Loly.

"Iya, Loly. Aku ini ibu kandungmu. Sementara dia bukan siapa-siapa Loly. Kemarilah, Ibu datang menjemputmu, Nak." Loly menggelengkan kepalanya.

"Andrea!" Semua yang ada di ruang tamu mengalihkan perhatian pada asal suara yang berasal dari pintu utama.

Andrea langsung berdiri, dia mendekati Dimas yang berdiri berkacak pinggang di pintu.

"Maaf, aku tidak bermaksud."

Dimas menarik tangan Andrea, lalu membawa wanita itu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Beberapa saat setelah Andrea pergi, ruang tamu masih dilanda keheningan. Sampai akhirnya Lyan angkat bicara.

"Benar mereka yang membunuh?" tanya Lyan dengan bibir yang bergetar. Jansen mengembuskan napasnya pelan, lalu dia mengangguk.

"Kenapa? Kenapa kau tidak memberitahu aku, Jansen? Kenapa?" Lyan menutup mulutnya menggunakan tangannya yang juga bergetar.

"Maafkan aku, Tan. Hanya saja aku tak ingin membuat Tante sedih. Aku ingin Tante tersenyum terus." Lyan menggeleng.

"Bu, tolong bawa Tante Lyan istirahat. Nanti setelah tenang, kita bicara pelan-pelan." Diamond menghapus sudut matanya, dia mengangguk. Dia juga ingin menenangkan diri juga.

I Will Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang