Mabuk

4.8K 211 2
                                    

Fauzan diam menyantap makanannya dengan lahap. Di depannya Papanya sedang berbincang bersama Mama.

Fauzan meminun air putih lalu beranjak untuk naik ke atas.

"Fauzan,papa mau bicara sama kamu"Fauzan kembali duduk di kursi semula. Ia menatap wajah Papanya yang ternyata sedikit mirip dengannya.

"Tentang kepindahan kamu sudah papa urus"Fauzan tersentak ketika Papanya angkat bicara.

"Aku gak mau pergi,kalau kalian mau pergi ke rumah kalian gak papa silahkan. Tapi jangan pernah ganggu saya disini."

"Jangan pernah datang ke rumah saya lagi kalau akhirnya kalian akan membicarakan topik yang dulu"Fauzan menatap dingin kedua orangtuanya.

"Sayang,kalau itu kemauan kamu Mama bakalan jagain kamu disini tanpa kamu pergi ke rumah Mama yang di Amrik"jelas Mamanya lembut dan tersenyum.

Papanya mengeram ketika Mamanya membela sang anak yang sudah kelewat manja.

"TIDAK ADA YANG BISA MELARANG SAYA!,KAMU HARUS IKUT SAYA!"

"KELUAR DARI RUMAH SAYA!!"Fauzan menatap nyalang papanya yang sudah berani bertiak di rumahnya.

"Mas,aku mohon jangan gi--"

Prak!!!....

Fauzan membelalak ketika Mamanya di tampar oleh sang Papa di depan matanya.

"Jangan pernah ngelawan Lily!"bentak Papa Fauzan ke Mamanya yang sudah bergetar akibat menangis.

Fauzan menarik Mamanya kepelukan hangatnya.

"Pergi saya gak butuh tawaran kamu!,carik orang lain untuk bisa mematuhi kamu!"Fauzan menatap dingin Papanya yang menganggukan kepalanya.

"Jangan pernah datangin saya untuk minta uang"Fauzan tertawa kencang ketika Papanya berucap seperti itu.

"Maaf tapi kamu yang mengirimin saya uang dan tidak pernah saya pakai karna saya juga orang kaya"balas Fauzan dingin.

***

Lisa menatap hand phone miliknya dengan gemas sekali. Fauzan tak membalas panggilannya ataupun pesan yang Lisa kirimkan.

Lisa jadi khawatir sama dia. Apa dia baik baik saja atau gimana?.

Lisa berdecak frustasi lalu tiba tiba saja hand phone miliknya bergetar menanadakan ada telfon yang masuk.

"Halo.."

"Kamu kemana sih?!aku khawatir tau?!"

"Apa?!!"

"Okey aku ke sana"

Lisa berdecak ia meraih tas sandangnya lalu berlari menuruni tangga dan membranikan diri mengambil kunci mobil secara diam diam dan bisa di pastikan Varo akan marah besar, persetan dengan itu semua pokoknya ia harus cepat sampai di mana Fauzan berada.

      Lisa memasuki ruangan yang sangat minim cahaya bahkan bau alkohol menguak membuat Lisa mual karna ia punya alergi tersendiri ketika mencium bau alkohol.

Lisa melihat Fauzan yang sudah meneguk air dari gelas kecil tersebut sampai habis.

"Zan,udah lo jangan minum lagi"Justin menjauhkan gelas tersebut dan memberi isyarat ke pelayan bahwa Fauzan tidak usah di kasih lagi.

"Lo tuh ya!kalau ada masal cerita jangan rusak diri lo sendiri!"Zain mengusap kasar wajahnya menatap Fauzan yang hanya tertunduk.

"Ya ampun Zan,kamu..--"Lisa menjauh dari Fauzan ketika Lisa tak tahan dengan bau yang melekat di Fauzan.

"Bawa dia ke mobil ya?,aku punya alergi kalau cium bau alkohol bisa mula mual"Justin dan Zain mengangguk mereka juga melihat wajah Lisa yang sudah pucat karna kelamaan mencium bau alkohol.

***
Lisa memapah Fauzan yang mabuk memasuki rumah Fauzan.

Dari tadi Fauzan hanya diam dan menatap Lisa dengan sendu. Lisa mendudukan Fauzan di tempat tidur king size di kamar Fauzan.

Lisa mengambil handuk basak lalu mengompres Fauzan karna badannya juga sudah panas.

"Lis,dia nampar Mama"Lisa mengehentikan gerakan tangannya yang ingin membawa air yang sudah tak hangat lagi ke dapur.

"Dia berani banget mukul Mama aku"Fauzan mengeram menatap dingin ke depan.

Lisa yang melihat itu dia mengenggam tabmngan Fauzan dengan lembut. Lisa tersenyum lalu memeluk Fauzan erat.

"Kamu udah benar Zan,kamu harus lindungi Mama kamu. Gak ada yang boleh mukul orang yang mau mempertaruhkan nyawanya hanya untuk kamu lahir di dunia ini"ucap Lisa tersenyum menatap mata Fauzan yang sendu.

"Aku gak jahat Lis,udah ngelawan Papa aku sendiri?"tanya Fauzan yang di balas gelengan oleh Lisa.

"Kamu sudah ngambil jalan yang benar Zan".

***

Varo merutuki dirinya karna membiarkan kunci mobil tergelatak begitu saja di meja ruang tv dan lihat Lisa pergi membawa mobil tanpa sepengetahuan Varo.

Ini sudah jam sebelas malam tapi Lisa belum juga pulang. Sudah di telfon dan pesan singkatpun saja tak di baca.

Varo memijit pelipisnya khawatir ketika saudari satu satunya itu mengendarai mobil di tengah malam ini. Mama dan Papanya juga sudah memberi tanggung jawab menjaga Lisa pada Varo.

Varo menatap garang mobilnya yag baru saja terparkir di halaman rumah. Lisa turun sambil tersenyum manis.

"I--ni kuncinya"Lisa memberikan kunci mobil ke Varo yang menatapnya garang.

"Dari mana?"Lisa merinding ketika Varo bertanya dengan suara dingin.

"Itu tadi Fauzan ada musibah"Lisa menundukkan kepalanya ia tau kalau ia sangat salah membuat saudara kembarnya ini sangan khawatir.

"Lo tau kan gue takut ada terjadi sesuatu sama lo ketika lo pergi gitu aja tanpa kasih tau gue"Varo menarik Lisa kepelukannya.

Lisa merasa sangat bersalah terhadap Varo ia janji takkan berbuat macam macam.

"Kalau lo kenapa kenapa Lis,gue mati tau gak!"Lisa kembali memasukkan wajahnya ke dada bidang Varo.

"Janji gak akan buat lagi Var.."Lisa menanggis di pelukan Varo.

"Gue pegang janji lo"Varo mencium pucuk kepala Lisa dan membawanya masuk ke dalam rumah.

***

Fauzan mengerjapkan matanya ketika sinar matahari masuk ke jendela kamarnya yang sudah terbuka.

"Mama.."suara serak khas orang bangun tidur membuat sang Mama menoleh ke Fauzan yang mengucek matanya.

"Kamu gak usah sekolah dulu deh,Mama udah bilang sama Om kamu kok"Lily mengusap rambut anaknya sayang.

Fauzan menatap wajah Mamanya yanh masih kelihatan muda dan cantik. Tapi sayang mata Mamanya sedikit bengkak seperti baru saja menanggis.

"Ma,jangan tangisi dia Ma. Aku di sini jagain Mama kok jangan khawatir"Lily tertegun menatap mata Fauzan yang serius memancarkan kehangatan.

Lily tak tahan ia kembali meneteskan air mata. Anak yang selama ini ia tinggalkan anak yang selama ini ia biarkan hidup sendiri tanpa adanya kasih sayang darinya sedang merangkulnya membawanya kepelukan hangat dan menjauhakn dirinya dari bahaya.

"Mama gak tau harus ngapain,papa kamu gak biasanya dia begitu"ucap Lily mengusap pipinya yang basah.

"Kalaupun dia mau pisah sama Mama nantinya aku ada di sini Ma,jagain Mama"Lily menganggukan kepalanya lalu tersenyum mengelus rambut hitam Fauzan.

Hai.....welcome aku bakalan berusah up cerita ini sampai habis biar kalian juga bisa senang....

Wkwkwkkwkkwk
Kasih komen dan suara kalian di cerita aku guysss....

Ketua Osis Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang