Tidak ada yangbisa membendung semangatnya untuk menyambut impian yang sudah di semakin tampakdi depan mata. Baginya Amsterdam adalah tempat yang sempurna untuk semua orangyang mempunyai mimpi yang sama dengan dirinya.
Pelukis.
Semua orang yangingin menjadi pelukis atau orang yang memiliki hobi di dunia lukisanmengharapkan kesempatan yang sama dengan dirinya saat ini. Mungkin banyak darimereka yang iri karena Bima akan mengecap pendidikan di negeri yang menjadisurganya para pelukis dunia. Dan setelah memiliki kesempatan yang sangatberharga ini, tidak ada lagi yang bisa menahan hasrat Bima yang sudah sangatmembuncah untuk menjadi pelukis terkenal dunia.
Bima sedangmengepak semua barang yang akan dia bawa ke negeri Belanda nanti. Empat kardusbesar sudah hampir penuh dengan semua perlengkapannya. Tersisa beberapa barangberukuran kecil lagi yang harus dia masukan, dan kemudian kardus terakhir akandia tutup rapat dan di segel dengan lakban. Namun, kegiatannya harus terhentikarena ponselnya berdering kencang.
Bima meraihponsel itu kemudian menjawab telepon yang masuk itu dengan senyuman penuh kebahagiaan.
"Halo sayang!"
"Kamu lagingapain? Kok seharian ini kamu nggak ada kabar?" suara sang kekasih terdengarlesu.
"Maaf ya, akulupa untuk hubungin kamu hari ini. Aku lagi packing,nih! Tinggal beberapa barang lagi, sih!" Adrian menoleh ke sekeliling mengamatibenda-benda yang belum sempat dia masukan ke dalam kardus.
"Ohh! Kamu pastilagi sibuk banget, ya!? Kamu sampe lupa ngehubungin aku," nada suara itu masihsama. Dingin, datar, dan terdengar sangat berbeda.
"Ya..., lumayan,sih! Maaf ya!" Bima sudah mulai curiga dengan nada suara sang kekasih yangterdengar sangat berbeda itu.
"Yaudah! Maaf yaudah gangguin kamu," suara lemas itu semakin terdengar samar.
"Hei, kamukenapa sih? Kamu Lagi sakit?" Bima merasa khawatir.
"Nggak! Nggakkenapa-napa! Mungkin aku hanya perlu waktu untuk bisa ngerti aja."
Bima terdiam.Jawaban itu monohok hatinya. Indira adalah kekasihnya yang sangat dia cintai.Perjuangannya untuk mendapatkan cinta Indira pun sangatlah sulit. Namun di sisiyang lain Indira juga adalah satu-satunya orang yang tidak setuju dengankeputusan Bima untuk melanjutkan kuliahnya di Amsterdam.
Alasannya?
Sama sepertialasan sebagian besar perempuan ketika menghadapi momen seperti ini.
Jarak!
Baginya jarakadalah sesuatu yang sangat perkasa untuk dilawan oleh orang yang rapuhsepertinya. Jarak akan selalu menyeramkan, dan tetap menyeramkan.
"Kamu masihnggak izinin aku pergi, ya? Kamu masih ragu?" tanya Bima dengan nada mulaimerendah.
Terdengar suaradesahan napas panjang dari seberang sana, "Nggak, bukannya aku bukannya ragu!Tapi, yang akan kita hadapi nanti adalah jarak. Dan itu nggak main-main. JarakIndonesia sama Belanda itu jauh banget."
"Tapi, kansekarang udah canggih! Kita bisa teleponan, sms-an, bahkan kita bisa saling video call-an."
"Tapi kamu tahungga sih, yang selalu ngasih kabar, akan kalah sama yang selalu ada, manjaditeman dan pendengar yang baik, dan siap bantuin kamu kapan aja?" tandas Indira.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomanceImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...