Adrian danIndira menuju ke rumah mereka dengan perasaan yang berbeda. Adrian sedikitcemas dan khawatir apa yang sudah dipersiapkanya dengan Sabrina di rumah merekaakan membuat hati Indira terluka lebih parah lagi. Sedangkan Indira merasasedikit lega karena semua masalah mereka ternyata akan terselesaikan sebentarlagi. Hanya tinggal menunggu penjelasan dari Adrian yang entah itu apa.
Mereka tiba dirumah mereka. Perasaan Adrian semakin tidak karuan. Jantungnya berdegupkencang. Dan entah apa lagi yang dia rasakan sekarang, dia sendiri tidak tahu.Namun sebisa mungkin dia memasang senyuman, seolah tidak ada masalah seriusyang sedang menanti mereka. Dia percaya senyuman bisa memalsukan persepsi oranglain.
Mereka turundari mobil kemudian masuk kedalam rumah mereka sambil bergandengan tangan.Mereka masuk dan langsung menuju ke ruang keluarga, tempat mereka bersantai,menonton tv dan lain sebagainya. Tidak ada yang aneh dengan ruangan itu.Semuanya tampak biasa saja. Sampai tiba-tiba, entah kenapa, secara ajaib tv diruangan itu menyala dan langsung menayangkan sebuah tayangan yang sedikitmengejutkan.
Adrian danIndira seketika mematung melihat tayangan itu. Dalam tayangan itu tampakseorang yang sangat mereka kenal dan sangat mereka cintai, sedang terbaringlemas di sebuah tempat tidur pasien dengan mengenakan piyama biru muda khasseorang pasien juga. Orang itu adalah Bima. Mereka hampir tidak mengenalinyakarena kulitnya sudah mengeriput dan tidak ada lagi rambut di kepalanya bahkansehelaipun. Bima tampak lebih tua dari usianya saat ini. Dia kelihatan sepertiseorang kakek yang sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun.
Slide tayangan itu berganti. Kini di slide yang baru, tampak Bima sedangdalam posisi setengah duduk dan setengah berbaring. Ranjang pasien itu dibuatsedemikian rupa sehingga dia bisa duduk dalam posisi yang lebih baik sekarang.Selang infus dan oksigen masih menempel di lengan dan hidungnya. Namun ada yangberubah dengan raut wajahnya, kini nampak dengan sangat jelas dia sedangtersenyum. Walaupun tampak tidak lagi sama seperti dulu, Indira masih sangatmengenal senyuman itu. Senyuman yang membuat dia betah untuk menunggu di tengahketidak pastian.
Kerutan dikening Indira masih sangat jelas bahkan makin jelas lagi. Dia bingung denganapa yang sedang dia lihat. Entah apa maksud dari tayangan ini? Adrian jugatampak bingung. Walaupun sebenarnya Adrian sudah melihat salah satu video itudari Sabrina namun Adrian tidak menyangka kalau cerita sebenarnya seperti ini.
"Haaiii..., Dira!Apa kabar kamu, sayang? Semoga kamu baik-baik aja, bahkan setelah lihat videoini," Bima mulai bersuara. Suaranya terdengar serak dan sangat berat. Matanyaberkaca-kaca seolah merasa sangat berat untuk mengeluarkan rangkaian kata darimulutnya.
"Maaf ya, akuharus nyapa kamu dengan cara seperti ini. Aku nggak tahu lagi harus dengan caraapa aku bisa nyapa kamu tanpa nyakitin kamu. Atau lebih tepatnya, tanpa lihatkamu sedih dan tersakiti. Aku nyesel banget, seharusnya aku nggak penahninggalin kamu waktu itu. Harusnya aku tetap sama-sama terus sama kamu.Harusnya aku nggak pernah pergi ke Amsterdam untuk belajar sekaligus berobat,karena semuanya itu pasti akan sia-sia. Karena akhirnya aku akan kalah ngelawanpenyakit aku," Video itu berlanjut.
Kondisi Bimaterlihat sangat buruk. Rangkaian selang dan kabel yang terhubung denganbeberapa pangkat medis yang parkir di samping tempat tidurnya menambah kesanburuknya penyakit yang mendera Bima.
Indira menatapAdrian dengan tatapan aneh dan matanya berkaca-kaca. Wajah Adrian tampak serupadengan tampang Indira. Tidak ada yang menyangka kalau Bima akan menyapa merekadengan cara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomantizmImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...