Hampir setahunberlalu...
Malam itu Adriandalam perjalan pulang. Hari ini adalah hari yang cukup berat untuk Adrian.Pasalnya selain hari menjalani serangkaian meetingpenting dengan beberapa klien, Adrian juga harus menghadiri beberapa peresmianproyek dari perusahaannya. Jalanan yang macet juga membuat Adrian gerah dansedikit jengkel.
Dari arah dashboard mobilnya, handphone putih miliknya berdering kencang. Dengan sangat bergegasAdrian meraih ponselnya. Keningnya mengerut ketika mengetahui bahwa itu adalahtelepon dari ibunya. Dengan sangat bergegas dia menjawab telepon itu
"Iya, halo Ma?"
"Yan, kamu dimana, sayang? Mendingan kamu buruan ke sini deh, ke rumah sakit Kartika!" suaraibunya terdengar memburu.
"Rumah sakit?Siapa yang sakit, Ma? Papa?" tanya Adrian dengan nada panik.
"Bukan papa!Indira..., Indira udah mau lahiran!!!"
"Hah? Lahiran?Sekarang???"
"Iya!!! Buruangih!"
"Yaudah, akulangsung ke sana!" Adrian langsung mematikan ponselnya kemudian bergegas menujuke rumah sakit Kartika.
Jalanan yangmacet membuatnya harus sedikit bersabar sekaligus melatih keahlianmengemudinya. Jarak mobilnya dan rumah sakit kartika memang tidak begitu jauh,namun karena jalanan yang macet membuatnya harus memakan waktu yang cukup lamauntuk bisa sampai di rumah sakit itu.
Hampir limabelas menit kemudian tibalah Adrian di rumah sakit itu. Ayah, ibu, dan keduamertuanya sudah menanti dengan harap-harap cemas di luar ruang bersalin. Adiranlangsung mempercepat langkah kakinya, dan mendapatkan keluarganya.
"Ma? Gimanakeadaan Dira?" tanya Adrian dengan napas memburu ketika dia baru saja sampai didepan ruang bersaling itu.
"Indira masih didalam masih dalam proses persalinan. Mungkin seben—"
Ooowweeee..., Ooowweeee..., Oowweeeeee...
Terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamarbersalin itu. Adrian langsung bergegas menghampiri pintu kamar bersalin itu.Anggota keluarga yang lain juga langsung menghampiri kamar bersalin itu. Taklama berselang seorang suster keluar dari kamar bersalin itu dengan senyumanyang merekah sempurna di kedua sudut bibirnya.
"Sus, gimanakeadaan istri saya? Anak saya udah lahir kan, Sus?" tanya Adrian cepat.
"Iya pak! Anakbapak laki-laki. Ganteng! Mirip banget sama bapak!" jawab suster dengansenyuman indahnya.
"Aaahhhhhhh.....,"seluruh keluarga yang hadir saat itu mendesah.
"Saya bolehmasuk kan, Sus?"
"Boleh Pak!Silahkan!" sang suster membukakan pintu untuk Adrian.
Dari tempatnyaberdiri Adrian bisa melihat dengan jelas Indira dengan peluh yang masih ada didahinya. Indira sedang tersenyum ke arahnya. Adrian membalas senyuman itukemudian langsung menghampiri Indira.
"Kamu nggakapa-apa, kan?" tanya Adrian kemudian mencium dahi Indira.
"Nggak! Akunggak kenapa-napa!" senyuman Indira membuat senyuman Adrian semakin mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomanceImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...