Waktu untuk pernikahan sudah ditentukan bahkan waktunyasudah sangat dekat. Besok semuanya akan berubah. Besok, Adrian akan menjadisuami Indira dan begitu sebaliknya, Indira akan menjadi istri bagi Adrian.Semua orang tampak sibuk dengan ini dan itu. Bersliweran ke sana ke marimempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan Adrian dan Indira.
Seperti janjinya, Sabrina datang dan membantumenyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Semuanya berlangsung dengan sangatrapih, indah dan elegan. Sesuai dengan konsep dari pernikahan itu. Sabrinatampak sangat bersemangat padahal yang dia sibukan ini adalah acara penikahandari kekasihnya sendiri. Namun dirinya tampak sangat berbeda dan penuh semangatdan keceriaan.
Semuanya siap tepat pada waktunya. Indah, rapih, dansangat sesuai dengan konsep pernikahan yang diatur oleh keluarga Adrian danIndira. Sabrina merenggangkan lehernya yang sedikit kaku sambil mengagumi apayang sudah dibuatnya. Setelah selesai Sabrina lantas pulang ke rumahnya untukkemudian beristirahat.
Sepanjang perjalanan pulang dia merenung. Untuk apa diabersusah payah bahkan merelakan seseorang yang dia cintai untuk menjadi suamidari sahabatnya sendiri. Saharusnya itu sangat menyakitkan. Tapi kenapa diatidak lagi merasakan rasa sakit itu. Kenapa justru dia merasa turut berbahagiadengan apa yang seharusnya menyakitkan baginya. Tidak bisa dia pungkiri sejakmalam itu semuanya berubah.
Apakah karena orang itu? Mungkin!
Bukan! Bukan karena orang itu! Orang itu hanya membuatdia sadar, dan mengajarkannya satu hal. Hal yang lebih indah dair jatuh cinta.
-**-
Keesokan harinya.
Semua undangan sudah hadir di sebuah Gereja di tengahkota itu. Jauh dari kesan mewah namun sangat terlihat elegan dengan semuakesederhanaannya. Ini yang diinginkan oleh Indira menikah di Gereja ini dengankesederhanaan ini. Nuansa putih yang sangat kental nampak dari seluruh ruanganGereja ini.
Sebentar lagi acara pemberkatan nikah akan di mulai.
Adrian sudah berdiri di altar Gereja di dampingi olehayahnya yang berdiri beberapa meter di belakangannya. Seorang pendeta yangsudah menua yang akan memimpin acara pemberkatan nikah ini, berdiri di sampingAdrian sembari menanti kedatangan mempelai perempuannya.
Tak lama berselang, mempelai perempuan tiba. Pintugereja itu terbuka dan mempelai perempuan itu menelusuri lorong kecil yang dibentukdengan bangku-bangku di sisi kanan dan kirinya. Tangan kanannya memegang bungasedang tangan kirinya tersampir di lengan sang ayah yang sedikit ditekuk.Dengan langkah perlahan Indira didampingi sang ayah menelusuri lorong kecil ituhingga sampai di samping Adrian.
Sepanjang langkah yang di tempuh oleh Indira, setiapmata yang memandangnya nyaris tak berkedip. Mereka tidak mau melewatkan momenini. Indira kelihatan sangat indah dengan gaun putih itu. Tak terkecuali denganAdrian. Adrian dibuat terperangah dengan kecantikan Indira. Sabrina pundemikian. Sabrina yang duduk di bangku paling depan tak henti-hentinya memujikecantikan Indira dalam hatinya.
Ketika tiba di altar, Indira lantas menyerahkan bucketbunga yang sedang di pegangnnya kepada sang ayah, lalu dia berdiri menatapAdrian dalam-dalam dan mengulurkan kedua tangannya. Pak pendeta lantastersenyum kemudian memulai acara pemberkatan nikah itu.
"Cinta itu selalu baik dan sabar. Cinta tidak pernahcemburu. Cinta tidak pernah sombong dan angkuh. Kasih tidak pernah kasar atauegois. Cinta tidak pernah membenci. Cinta tidak pernah senang di ataspernderitaan orang lain, tapi bercahaya dalam kebenaran. Cinta selalau siapuntuk memaafkan, percaya, berharap dan bertahan apa pun yang terjadi," kata pakpendeta, sebagai nasehat untuk Adrian dan Indira. "Apa yang telah dipersatukanoleh Tuhan, sebaiknya jangan pernahh dipisahkan oleh manusia," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomanceImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...