Jaga Dia Buat Aku

24 2 0
                                    

Hari terusberganti. Tak terasa sudah dua bulan berlalu sejak makan malam di restoranJepang kala itu. Adrian dan Indira masih belum bisa mendapatkan kabar apa pundari Bima. Mereka sudah berusaha hampir setiap hari. Namun tetap saja hasilnyanihil dan tidak ada sedikit kabar pun dari Bima. Bukan hanya mereka berdua yangberusaha, kadang ketika ada kesempatan Sabrina juga turut membantu mereka.Mereka mengunjungi rumah Bima, sekolah lama mereka (untuk cari tahu alamatlengkap kampus Bima di Amsterdam), akun media sosial Bima, bahkan merekamengunjungi perusahaan milik ayah Bima. Namun yang mereka tidak menemukan kabarapapun. Bahkan karyawan kantor ayah Bima merahasiakan alamat rumah bahkankantor orang tua Bima yang ada di Amsterdam. Bahkan Indira memunda untukmembuat mimpinya sebagai seorang penulis menjadi kenyataan.

Sekarang merekatidak punya pilihan lain selain membatalkan perjodohan ini. Perjodohan yangseharusnya sudah mereka batalkan sejak pertemuan awal mereka. Alasannya cukupmengejutkan. Indira sudah menyerah, dan dengan sangat berat hati dia harusmenerima perjodohannya dengan Fikri, anak dari rekan bisnis ayahnya.

Keputusan yangsangat berat ini sempat membuat Adrian dilema. Pasalnya dia terikat oleh janjiyang didasarkan oleh persahabatan antara dirinya dengan Bima, namun di sisilain dia terikat oleh janji yang lain yang didasarkan atas dasar cinta antaradirinya dengan Sabrina. Sungguh keputusan yang sangat berat yang harus diambiloleh Adrian.

Malam ituSabrina, Indira dan Adrian berkumpul untuk mengambil keputusan mereka bersama.Perasaan Indira sudah mati, bahkan dia sudah memutuskan lebih dulu untuk segeramengakhiri ini semua dan menikah dengan Fikri sebelum pertemuan merekadilaksanakan. Dia sudah putus asa dengan kenyataan yang ada di depan matanyasekarang ini. Baginya, menikah dengan siapa pun rasanya akan sama. Menjadiistri, ibu, dan akhirnya menjadi seorang nenek dan memiliki keluarga yangbesar.

Pertemuan itudiawali dengan gurauan khas dari seorang Adrian. Kemudian perlahan berkembangmenjadi pembicaraan yang lebih serius dan akhirnya masuk ke pembicaraan inti. Walaupunsebenarnya Adrian sudah berusaha untuk menghindari percakapan itu, namunternyata sulit untuk menghindarinya. Sama saja dengan menghindari sesuatu yangmemang sudah diharuskan untuk terjadi.

"Terus?Keputusan kalian gimana? Kalau aku, terserah apa kata ayah aku aja. Buat aku,nggak akan ada bedanya menikah dengan siapa pun. Dan aku lebih milih untuknerima apapun rencana dari ayah aku kedepannya. Aku udah capek nunggu Bima.Seandainya dia ngasih kabar, atau mungkin dia ngasih aku kepastian apakah diaakan kembali atau nggak akan kembali sekalipun, aku mungkin nggak akan sesakitsekarang," Indira mengawali pembicaraan mereka ke arah yang lebih serius.

Wajah adrian danSabrina yang awalnya tengah sumringah dan penuh keceriaan kini sedikit meredup.Mereka berdua bertatapan kemudian menghentikan tawa mereka.

"Ra, janganngomong gitu, lah!" protes Sabrina. "Kamu tahu, kenapa aku nggak marah bahkannganggap perjodohan antara kamu sama Adrian ini tidak pernah terjadi? Karenaaku percaya suatu saat nanti Bima akan kembali. Dia akan kembali untuk kamu.Kamu hanya perlu nunggu lebih lama lagi, sebelum akhirnya kamu akan merasakanakhir yang bahagia itu."

Indira tertawasinis. "kamu percaya Bima akan kembali? Kamu percaya Bima akan pulang dari Amsterdam?"Indira tertawa lagi, bahkan kali ini lebih keras. "Bima itu bukan Tuhan yangharus kamu percaya tanpa kamu harus melihat sosoknya dengan mata kepala kamusendiri. Buat aku, Bima nggak akan pernah kembali lagi. Bahkan kalau pun diakembali, pasti bukan untuk aku. Aku bahkan nggak bisa ngebayangin masa depanaku sama dia lagi sekarang."

"Dira, kamu iningomong apa sih?" cecar Adrian.

"Seharusnya kamulebih ngerti posisi kamu sekarang, Yan! Aku udah mutusin untuk ngebatalinperjodohan ini. Aku lebih baik nikah sama orang lain, dari pada aku haruskehilangan salah satu dari kalian. Karena aku tahu, kalau kita terusinperjodohan ini, kita akan kehilangan Sabrina. Aku nggak mau itu terjadi."Timpal Indira dengan nada tegas.

BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang