Adrian, Indiradan Sabrina tiba di sebuah tempat yang sunyi di pinggiran kota. Sebuah tempatyang mirip seperti taman kecil namun ternyata tempat itu adalah pemakamankeluarga Bima. Mereka turun dari mobil, kemudian memasuki pemakaman kecil itu.Dengan sangat bergegas Indira memasuki lokasi pemakaman kecil itu lebih dulu,Adrian menyusulnya dengan langkah yang sama cepatnya, sedang Sabrina menyusuldengan langkah pelan.
Indira terpakumelihat sebuah makam baru dengan batu nisan yang bertuliskan nama Bima dengansangat jelas. Langkah cepatnya berubah seketika. Indira berdiri menatap makamitu, mulai dari batu nisan sampai ke sisi yang lain. Dia masih tidak percayanamun apa yang sedang di lihatnya tidak bisa dia pungkiri. Dan mau tidak maudia harus percaya pada apa yang sedang dia lihat.
Adrian mengalamihal serupa. Adrian yang awalnya berlari untuk mendapatkan makam itu kinimeneguk ludahnya kuat-kuat ketika melihat makam sahabatnya. Adrian yang kiniberdiri di samping Indira langsung merasa lemas dan kakinya tidak bisa lagimenopang tubuh kekarnya. Adrian terduduk di samping makam itu sambil airmatanya perlahan jatuh.
Indira sedikitterkejut melihat Adrian. Adrian sedang terduduk dan kepalanya tertunduk menahantangis dan kesedihan. Indira terus menatap Adrian lekat-lekat. Dia belum pernahmelihat pemandangan itu sebelumnya. Adrian yang dia kenal adalah sosok yanghumoris dan kuat. Kini Adrian yang sedang dia lihat seolah bukan Adrian yangselama ini dia kenal.
"Aaaarrrrrggghhhhhhhh............,"teriak Adrian dengan nada tinggi, sambil kepalanya menengadah ke langit.
Indira sedikitterkejut lalu meneguk ludahnya kuat-kuat. Kesedihannya sekejap hilang karenasedikit terkejut dengan erangan Adrian.
"JADI INI BENAR?TAPI, KEENNNAAPPPAAA??? KENAPA BIM??? Kenapa loe ninggalin gue dengan carakayak gini? Kenapa loe sembunyiin penyakit loe dari gue? KENAPA BANGSSAATT!"ujar Adrian dengan nada yang tidak teratur. "Seharusnya loe bilang..., seharusnyaloe jujur sama gue, supaya gue bisa bantuin loe..., supaya loe nggak ngelewatinmasa-masa sulit loe sendirian!!!" lanjut Adrian sambil memukul-mukul tanahmakam itu dengan kedua tangannya.
Indira yangsedang berdiri di samping Adrian langsung ikut jongkok dan mengusap punggungAdrian perlahan. "Yaann...? Kamu tenang, ya!!!"
Adrian sontaklangsung tersadar, mengusap air matanya, dan langsung menoleh ke arah Indirasecepatnya. Pandangan mereka beradu, cukup lama. Adrian lantas menarik napaspanjang, "maaf ya, aku kelihatan lemah banget."
"Nggak apa-apa kok. Justru aku ngerasa kamu itusempurna ketika kamu lagi sedih. Selama ini aku pikir kamu orang yang kuat danselalu bahagia. Ternyata, kamu punya sisi yang seperti ini juga," sahut Indira.
Sabrina yangberdiri beberapa langkah di belakang mereka, merasa sedikit cemburu dengantingkah mereka. Dengan segera dia meninggalkan Adrian dan Indira di sana, danlebih memilih untuk menunggu mereka di mobil. Sedang Indira dan Adrian tidakmenyadari akan hal itu.
"Aku nggakpernah nyangka, kalau Bima akan ninggalin kita secepat ini, dan dengan caraseperti ini. Padahal dia kelihatan sehat banget. Dia nggak pernah ngeluh sakitsedikitpun. Aku nggak tahu dari mana asal penyakit itu, hingga dia bisa ngambilBima dari kita," ujar Adrian suara kedengaran sangat bergetar. Penuh kesedihan.
"Aku juga nggakpernah nyangka Bima akan pulang duluan," balas Indira. "Terakhir kali akulihat, senyumannya masih kelihatan indah banget. Dia sehat banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomanceImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...