Bima Telah Pergi!

18 2 0
                                    


Indira menangis sambil memeluk guling di atas tempattidurnya. Dia tak hentinya mengutuki dirinya sendiri karena sudah termakan dengansemua janji bodoh yang dibuatnya dengan Bima. Seharusnya dari awal dia tidakpernah percaya dengan hubungan jarak jauh seperti ini. Dari awal dia tahu iniakan sangat menyakitkan. Tapi entah kenapa dia tetap menjalaninya.

Saharusnya dia tidak pernah sesumbar untuk melawan jarak.Seharusnya dia teguh dengan pendiriannya. Jarak adalah sesuatu yang sangat amatperkasa untuk dihadapi oleh seorang yang lemah sepertinya. Meskipun banyakorang yang berkenan membantunya untuk sama-sama melawan jarak, tatap saja itunggak akan pernah mungkin terjadi. Jarak tidak mungkin dapat di kalahkan denganbegitu mudahnya. Bahkan sekarang, jarak sudah mempecundangi dirinya

Pintu kamar Indira tiba-tiba terbuka, dan suaralangkah seseorang terdengar seolah sedang menghampirinya. Indira yang sedangberbaring membelakangi pintu, kini menoleh dan mendapati ibunya sedang berdirimenatapnya.

"Ibu...," ucap Indira lirih. Perlahan dia bangun danduduk di pinggiran tempat tidur.

"Kamu kenapa? Berantem sama Adrian?" tanya sang ibulembut.

Indira menggeleng.

"Terus kenapa?" Santi maju perlahan kemudian duduk disamping Indira dan mengusap pelan punggung indira.

"Bima, bu!" jawab Indira dengan suara yang hampirtidak kedengaran.

"Bima? Bima siapa?"

"Orang yang ngirim semua lukisan-lukisan itu."

Santi teringat sesuatu. Bima adalah pacar Indira yangpernah dia ceritakan tempo hari. Santi lantas mengangguk. "Dia kenapa?"

"Dia...," ucapan Indira terputus.

"Dia kenapa?" tagih santi lagi.

"Dia nggak akan pernah kembali untuk aku lagi, Bu!"jawab Indira kemudian air matanya menetes lagi. Dengan cepat dia memeluk sangibu, dengan sangat erat.

Santi tertegun. Entah apa maksud dari putrinya. Diabahkan tidak mengerti sama sekali. "Maksud kamu apa? Kamu kan udah nikah sama Adrian!"

Indira melepaskan pelukannya, "Aku dan Iyan, nikahkarena sebuah rencana, Bu!" ucap Indira dengan nada menyesal.

"Rencana?" Santi mengerutkan keningnya.

"Iya! Aku minta maaf, Bu!" jawab Indira. "Aku sama Iyannikah, hanya untuk ngulur waktu. Aku nggak mau nikah sama fikri. Makanya akuminta sama Adrian untuk nerima perjodohan ini. Bahkan setelah kita nikah, kitanggak pernah tidur seranjang, karena tujuan kita nikah bukan untuk itu. Rencananyasetelah nanti Bima kembali dari Amsterdam, Iyan akan ceraikan aku, dan kitaakan kembali dengan pasangan kita masing-masing."

"Jadi, selama ini kalian udah bohongin Ibu sama Ayah?Kalian nikah karena rencana kalian itu?" timpal Santi dengan sangat terkejut."Kalian keterlaluan!" lanjutnya dengan nada kecewa.

"Maaf, bu! Aku nggak punya pilihan lain. Aku nggak maunikah dengan Fikri, sedangkan Ayah maksa aku untuk nikah sama dia. Kalau sajaaku punya pilihan lain, semua ini nggak akan pernah terjadi."

"Kamu tahu, gimana reaksi Ayah kamu kalau dia tahumasalah ini? Dia pasti akan sangat terpukul, bahkan mungkin dia akan kenaserangan jantung! Kamu sempat mikir ke sana nggak? Nggak kan? Karena kamu hanyamikirin diri kamu sendiri. Kamu tuh egois!" balas Santi dengan nada amatkecewa.

BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang