Tiga hariterakhir Bima di Indonesia, berlangsung dengan sangat menyenangkan. Bima danIndira sering menghabiskan waktu bersama. Mereka mengunjungi tempat-tempat yangbiasanya mereka kunjungi selama beberapa tahun tarakhir. Mulai dari toko buku,taman kota, dan juga dermaga favorit mereka. Bukan hanya itu, mereka jugasering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar jalan-jalan ke Mall dan bermainbeberapa permainan di sana.
Senyuman Indiratidak pernah surut dari wajahnya. Senyuman itu selalu tergambar dengan sangatjelas, dan senyuman itu tidak berubah meskipun dia tahu ini adalah hari-hariterakhirnya bersama dengan Bima. Senyuman itu tetap indah, tetap tulus, dantetap menawan. Indira ingin membuat Bima merindukan senyuman itu. Dia ingin,suatu saat Bima kembali karena sebuah alasan, dan alasan itu adalah..., senyumannya.
Buat Bima, iniadalah tiga hari terbaik sepanjang perjalanan cintanya dengan Indira. Mereka pernahbahagia, mereka sering bahagia, tapi tidak pernah sebahagia ini. Seandainyasaja waktu dapat dia hentikan atau mungkin dia perlambat beberapa saat saja,dia ingin semua jangan cepat berakhir. Namun, entah kenapa waktu selalu tidaksejalan dengan perasaan manusia. Saat bahagia, waktu terasa seolah cepatberlalu sedangkan di saat sedih waktu berjalan seolah sangat lamban.
"Bim!? Aku bolehminta tolong sama kamu nggak?" tanya Indira. Kepalanya bersandar di pundakBima. Saat itu mereka sedang berada di tempat favorit mereka. Yaitu, dermaga.
"Minta tolong?"Bima merasa aneh dengan pertanyaan Indira.
Indiramengangguk pelan.
Bima menariknapas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, "minta tolong apa?"
"Tolong, janganpernah selingkuh dari aku, ya! Aku janji aku akan selalu setia untuk nunggukamu dengan cara apapun, asalkan kamu harus janji untuk tetap setia untuk aku,"pinta Indira.
"Kamu kokngomong gitu sih? Tanpa kamu minta kayak gini, aku pasti setia dan aku wajibuntuk setia sama kamu!" balas Bima.
"Aku cuman butuhkepastian!" kata Indira, lagi. "Aku juga minta sama Tuhan untuk selalu bantuaku untuk jaga kamu dan hati kamu, supaya tetap jadi milik aku."
"Aku hanya mintasama Tuhan untuk berikan aku kesempatan lebih lama lagi, untuk bisa di sampingkamu, lebih lama dari waktu yang sudah Tuhan tentukan. Kalau pun nanti akan adaair mata, aku harap itu nggak akan terlalu menyakitkan," balas Bima.
Indiramenegapkan tubuhnya, lalu menatap Bima dengan tatapan aneh, "nggak akan ada airmata. Dan nggak akan ada sesuatu yang menyakitkan di antara kita berdua. Tuhanakan selalu jaga kamu. Dan Tuhan akan membuat akhir yang indah untuk ceritakita berdua."
Bima tersenyumkemudian memeluk Indira dengan sangat erat.
-**-
Tiga hariberlalu. Semua senyuman dan canda tawa mereka kini tinggal kenangan. Hari iniadalah hari keberangkatan Bima ke Amsterdam. Hari yang paling ditakutkan olehIndira akhirnya datang juga. Hari ini memang tidak bisa dia hindari. Indirasadar akan hal itu dan dia sudah bersiap dengan baik untuk melewati hari inibahkan hari-hari selanjutnya.
Bima berpamitankepada kedua orang tuanya. Wajah Arini, ibunda Bima, terlihat begitu sedih.Sedikit berat baginya untuk melepas Bima pergi, apalagi Bima anak bungsunya.Berbeda dengan Arini, Arman, ayah Bima, terlihat sedikit lebih tegar, mungkinkarena ini bukanlah kali pertamanya melepas anaknya pergi untuk belajar kenegeri orang. Bima mempunyai dua orang kakak, dan keduanya berjenis kelaminperempuan. Kakak pertama Bima sudah berkeluarga, dan tinggal bersama dengansuaminya di luar kota. Sedangkan kakak keduanya sedang menempuh kuliah S1-nyadi salah satu Universitas terbaik di kota Amsterdam. Sedangkan rencananya Bimaakan masuk ke Universitas yang sama dengan sang kakak, dan tinggal bersamadengan tante mereka di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomantizmImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...