Sebulanberselang, dan masih tidak ada kabar dari Bima. Setiap hari Indira mencobauntuk menghubunginya namun tetap saja hasilnya nihil. Telepon Bima tetap tidakaktif. Indira seolah kehilangan semangat dan fokusnya selama beberapa haribelakangan ini. Dia terus-terusan kepikiran tentang Bima. Ada apa dengannya?Kenapa dia tidak memberi kabar kepada Indira? Apa jangan-jangan dia sudahmenemukan Indira yang lain di sana? Segala macam pertanyaan melintas dalambenaknya.
"Haahhhhhh...,"Indira mendesah pelan. Dia sedang duduk sendirian di kantin fakultasnya. Entahapa yang harus dia lakukan saat ini. Dia bingung. Kini dia bagaikan sebuahkapal yang kehilangan arah tujuannya. Terlebih dia merasa semua penantiannyamungkin tidak akan mendapatkan apa-apa lagi.
"DIRA!!!"seseorang mengejutkannya dari arah belakang. Dengan cepat Indira menoleh danmendapati Adrian sedang berdiri dengan senyuman jenakanya.
"Adriiiaaaan!!!Kalo aku jantungan gimana?" cetusnya kesal.
"Nggak bakalan!Kalo kamu nangis, baru aku percaya!" sahut Adrian dengan gaya khasnya, kemudianmengambil posisi duduk di depan Indira.
"Kamu ngapain kesini?" tanya Indira dengan nada jutek.
"Aku bosen.Nggak tahu mau ngapain lagi. Sabrina lagi ikutan kegiatan kampus, jadi akulangsung ke sini deh!"
"Terus?" keningIndira terangkat tinggi.
"Yaa..., aku maungajak kamu jalan-jalan. Bosen tauk di kampus mulu!" jawab Adrian masih dengangaya khasnya.
"Aku nggak mau!Aku lagi nggak mau ngapa-ngapain sekarang," Indira langsung menolak. Dia memangsedang tidak ingin berbuat apa-apa sekarang. Semua semangatnya seolah hilangkarena tidak ada kabar dari Bima sejak sebulan terakhir.
Adrian kiniterdiam dia hanya menatap Indira dalam-dalam. Indira juga menatap mata Adrian,dan pandangan mereka beradu. Saat itu Adrian menyadari sesuatu, ada sesuatu dalampandangan itu. Sesuatu yang ingin segera keluar dan sangat kesepian. NamunAdrian sendiri masih menebak apa yang ada di dalam tatapan itu. Sudahseringkali pandangan mereka beradu seperti saat ini, hanya saja, Adrian barumenyadari atau lebih tepatnya baru menemukan 'sesuatu' itu.
"Kalo ada yangpengen kamu bagiin, kamu bisa bagiin sama aku!" ucap Adrian masih menatap ketempat yang sama dan dengan tatapan yang masih sama.
"Apaan sih?"Indira mengangkat keningnya.
"Aku bisa lihatitu. Sesuatu yang pengen kamu bagiin. Kamu bisa kok, bagiin itu sama aku, dankamu nggak perlu sungkan untuk itu. Aku sama Bima itu tumbuh sama-sama. Hampirsetiap hari kita sama-sama. Bahkan aku ngerasa ada banyak kesamaan antara akusama dia. Jadi kamu nggak perlu sungkan untuk berbagi sama aku. Rasanya jugapasti akan sama kayak waktu kamu berbagi sesuatu bersama Bima," jawab Adrian.
"Nggak mungkin!Kamu nggak mungkin sama kayak Bima! Kamu bukan Bima. Bahkan orang yang kembaridentik sekali pun, nggak mungkin bisa sama seratus persen walau pun merekaberasal dari Rahim yang sama," balas Indira.
"Tapisetidaknya, kamu nggak akan ngerasa kesepian dan harus nampung semuanyasendirian kayak sekarang!"
Indira terdiam.Pandanganya belum berpaling dari mata Adrian. Sejujurnya dia menemukan sosokyang sama di mata itu. Tatapan mereka sama. Ketulusan mereka sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA "Cinta, Persahabatan dan Janji"
RomanceImpian dan cita-cita mengharuskan Bima dan Indira berpisah. Adrian yang adalah sahabat Bima mengemban sebuah janji. Dia berjanji kepada sang sahabat untuk tetap menjaga Indira apapun yang terjadi. Sabrina yang adalah sahabat Indira dan juga kekasih...