Forced love
Risa dan teman-temannya bersiap memasuki taman yang katanya disulap sedemikian rupa sehingga terasa begitu magical. Pernikahan dosen cantik idolanya ini seperti pesta yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa. Risa termasuk yang beruntung karena bisa hadir. Selain karena ternyata pestanya begitu syahdu, unik, dan manis, ada kamera juga. PTV sengaja memasukan acara pernikahan salah satu Kepala Divisinya ke dalam acara pernikahan yang mereka punya. Spesial ditayangkan dalam 2 edisi katanya.
"Make up gue rapi? Siapa tau kan ya gue masuk kamera," celetuk Risa.
"Udah kayak ondel-ondel lo Ris," balas Ekki, teman kuliahnya.
"Tabok!" kata Risa sambil menjulurkan lidah.
"Buruan ah. Lama amat ini cewe-cewe," kata teman kuliah Risa yang lain, Heru.
"Tau dah. Udah lama dandannya, eh pas nyampe masih lama lagi aja," Ekki menggeleng.
"Eh gue sumpahin ya kalian para cowo dapet istri yang dandannya lebih lama dari kita," Fania mencibir. Risa mengangguk-angguk.
"Gina gak banyak dandan," kata pria lainnya, Catur.
"Gina mah emang udah cantik kaliii," Dinda menimpali. Gina si Wajah Femina. Semua orang heran Catur yang cuek ini bisa mendapatkan pacar secantik, sebaik hati, dan secerdas Gina.
"Jadi kita masuk gak? Keburu Mbak Driana honeymoon nih," Ekki mengingatkan.
Mereka semua mengangguk dan bergegas merapikan pakaian lalu turun dari Innova milik Heru. Mereka memang sengaja berangkat bersama. Hanya para mahasiswa tanpa pacar.
"Gilaaaa, keren banget!" seru Dinda begitu mereka sampai di area resepsi. Suasana malam dengan lampu-lampu berwarna warni menambah keromantisan.
"Tau gitu gue ajak Rona ya," celetuk Ekki si ketua kelas. Rona adalah pacarnya.
"Gak ada. Gak ada ajak-ajak pacar," Risa mencubit Ekki.
"Iri aja lo jomblo," balas Ekki.
"Kalau mau foto romantic sama gue aja, Ki," kata Catur dengan wajah datar.
"Sebagai para pria yang gak bawa pacar ya Tur? Boleh lah," Ekki mengangguk setuju.
"Ih geli amat sih kalian," Fania menggeleng.
"Mending kita kasih selamat sama Mbak Driana yuk," ajak Dinda. Menunjuk podium sederhana yang dijadikan pelaminan. Di sana mereka melihat Driana berdiri di samping suaminya. Mereka terlihat bahagia.
"Mbak Driana cantik banget," gumam Heru.
"Mas Leandro ganteng banget," kata Fania.
"Istri orang woy," Risa menjitak kepala Heru.
"Suami orang dodol," Ekki menoyor kepala Fania.
"Aduh!" seru Heru dan Fania bersama-sama.
Mereka berenam berjalan menghampiri pelaminan. Begitu melihat para mahasiswanya, Driana melambai. Risa berjalan lebih cepat, menyalami para wali dan langsung memeluk Driana.
"Mbak selamat ya! Cantik banget!"
"Makasih ya Risa," Driana balas berseru gembira. "Thank you for coming,"
"Ris Ris gantian dong," seru orang-orang di belakang.
Risa segera bergeser. Memberi ruang bagi temannya untuk memberi selamat.
"Selamat ya Mas Leandro. Semoga langgeng sama Mbak Driana," Risa menyalami suami dari sang dosen.
"Thank you, Risa," Leandro menanggapi dengan senyum. "Masih suka ngobrol sama Zaid?"
Risa mendadak diam. Ia menanggapi pertanyaan Leandro hanya dengan senyum. Sejak Zaid mengabaikan janji menontonnya dulu, Risa mengambil langkah mundur dari Zaid. Khawatir ia berharap terlalu banyak pada Zaid namun pada akhirnya ia akan kecewa.
"Zaid baru datang juga. Sama anak-anak PTV," Leandro melanjutkan.
Risa tercengang. Cepat-cepat ia mengangguk saja. Ajakan teman-temannya untuk berfoto wefie dengan pengantin mampu membuat Risa mengalihkan pikirannya dari kata-kata Leandro.
Risa bisa langsung menemukan Zaid. Hanya karena Risa tidak pernah benar-benar melupakan Zaid dan Zaid terlalu berharga di matanya. Sehingga sosok Zaid seakan memiliki cahaya tersendiri yang membuat Risa bisa menemukan dirinya dengan begitu mudah. Zaid berdiri sambil mengobrol dengan teman-teman para kru PTV. Sesekali ia tersenyum dan tertawa.
Risa rindu Zaid.
"Ambil makan apa lagi kita?" Tanya Dinda dari samping Risa. Mereka sudah mencoba wafel dan pempek tadi.
"Gue mau minum dulu, Din. Seret," Risa menunjuk lehernya. Mengalihkan tatapannya dari Zaid.
"Yuk. Ada booth minuman sehat tuh. Gue pengen coba. Kali bisa nurunin berat badan," Dinda mengangguk setuju.
"Yee, kalau minuman sehatnya Cuma segelas tapi sisanya karbohidrat semua mana bisa kurus," kata Risa menyindir.
Dinda hanya tertawa.
***
Zaid merasa matanya salah. Tapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Termasuk saat ia seperti melihat Risa di pesta pernikahan Leandro.
"Id, kita mau foto se-kru PTV," ajak salah satu kru yang mengenakan seragam.
"Oh oke. Ayo," Zaid berpaling dari sosok yang tadi ia anggap Risa. Mungkin sosok itu hanya mirip dengan Risa. Sedikit rasa bersalah menyelusup ke hati Zaid. Terakhir Risa menghubunginya adalah ketika Risa mengingatkannya tentang janji menonton mereka. Tapi saat itu Zaid sedang risau. Jadi ia mengabaikan hampir semua pesan yang ditujukan padanya. Hingga hari ini, dua minggu kemudian, Zaid belum juga meminta maaf atau menanggapi Risa. Risa pun sepertinya marah karena ia tidak menghubungi Zaid sama sekali.
Zaid berjalan menuju photo booth, menghampiri pengantin yang terlihat begitu bahagia. Kata-kata Bapaknya kembali muncul di pikirannya. Setiap hari pula ia dirongrong oleh Kiki. Bertanya apakah ia sudah punya calon istri. Sampai akhirnya ia sempat memarahi Kiki. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan.
Semua orang berpose menghadap kamera. Tidak terkecuali Zaid, memasang senyum yang membuatnya sering dipuji tampan. Namun tatapannya beralih dari kamera ke sosok orang yang balas memandang para kru PTV dengan tatapan penasaran.
Ternyata benar. Itu Risa. Hati Zaid langsung mencelos. Sebisa mungkin ia menutupi kecemasannya dan tetap tersenyum ke arah kamera. Sedikit banyak berharap Risa tidak pergi setelah acara foto selesai.
Benar. Begitu acara foto selesai dan semua orang turun dari photobooth, Risa masih berdiri di samping fotografer. Matanya mengikuti setiap gerakan Zaid. Zaid berjalan pelan menghampiri Risa. Semakin dekat posisi berdiri mereka berdua, semakin intens tatapannya.
"Hai," Zaid menyapa lebih dulu.
"Hai, Mas Zaid," sapa Risa dengan nada biasa. Bukan nada penuh keceriaan yang dulu sering Risa lontarkan.
"Kamu kesini juga?" Zaid bertanya lagi.
"Iya. Diundang sebagai mahasiswanya Mbak Driana," jawab Risa seperlunya.
"Apa kabar, Ris?"
"Biasa aja, Mas," Bibir Risa menyunggingkan sedikit senyum yang langsung hilang lagi.
"Sama siapa kesini?" Zaid menoleh ke sekeliling.
"Sama temen-temen kuliah," Risa menjawab sembari melirik ke kanan dan ke kiri. Rupanya teman-teman kuliahnya sedang entah dimana.
"Kamu tuh...." Zaid menggantungkan kalimatnya. Sedikit ide gila muncul di otaknya yang katanya brilian. "Gak punya pacar kan?"
Pertanyaan Zaid membuat Risa mengernyit. Tatapannya pada Zaid terasa seperti Zaid baru saja menyinggung perasaannya.
"Nggak," Akhirnya Risa berkata.
"Bagus. Menikah denganku kalau begitu. Kamu mau kan?"
***
Unromantic proposal. Will you say 'yes' or 'no'?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
ChickLitZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...