Impossible Est Dilectio

21.9K 2.2K 43
                                    

Love is impossible

"Permasalahannya akan berbeda, Ris, kalau aku normal," Zaid membuka pembicaraan hari ini. Zaid menjemput Risa dari kantor dan mengajaknya makan malam bersama.

Risa menanggapi kalimat Zaid dengan anggukan.

"Kalau aku normal, saat Bapak menyuruh aku menikah, aku bisa langsung melamar pacar perempuanku. Walaupun mungkin aku belum siap untuk menikah. Tapi tidak ada seseorang yang benar-benar siap menghadapi sesuatu. Aku dan dia bisa belajar seiring jalannya waktu. Itu kalau aku normal, Ris." Zaid lanjut memakan makan malamnya. Sementara Risa hanya mendengarkan.

"Tapi kenyataannya aku gak punya pacar perempuan dan aku gak suka perempuan. Masalah akan tambah rumit kalau aku mengaku bahwa aku gak suka perempuan. Bisa-bisa Kiki malah gak akan menikah sama sekali karena Bapak murka."

"Keluarga Mas Zaid seketat itu?"

Zaid mendengus. "Kamu belum tahu ya pekerjaan Bapakku?"

Risa menggeleng.

"Bapakku punya bisnis furniture di Jogja. Sekaligus pengurus salah satu organisasi agama cabang Jogja."

Risa langsung melongo. "Jelas gak mungkin Mas mengaku kalau Mas gay,"

"Tepat sekali,"

"Maka satu-satunya cara ya Mas memang harus menikah. Dengan perempuan," Risa menyimpulkan. Mendadak paham situasi yang dihadapi oleh Zaid.

"Itulah kenapa aku meminta kamu, Risa," Zaid mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Risa.
Risa menarik tangannya dari genggaman Zaid. Menimbulkan tatapan penuh Tanya dari Zaid.

"Aku harus benar-benar berpikir. I'll come back to you with the answer,"

"Sampai kapan, Risa?" Zaid bertanya lemah. Khawatir Risa akan menolaknya.

"Sampai aku yakin,"

***

Risa tak kunjung menghubungi orang tuanya. Ia juga tidak menyebutkan apa-apa saat pulang ke rumah orang tuanya di Bogor. Ia hanya mengobrol seperti biasa, bermain dengan keponakannya, dan belanja dengan mamanya. Ia abaikan saja permintaan Zaid. Permintaan yang terasa begitu aneh di telinganya. Sedikit kesal Risa rasakan terhadap Zaid. Zaid seperti selalu menganggap mudah bagi Risa. Hanya karena Risa yang menyukainya lebih dulu.

Hanya saja, Risa paham posisi Zaid yang begitu terdesak. Bahwa ia harus bisa menikah agar adiknya bisa menikah. Tidak semudah adiknya membayar pelangkah bagi kakaknya, sesuatu yang lazim dilaksanakan kalau sang adik menikah lebih dulu dari sang kakak.

"Dek, kapan pulang bawa pacar?" Tiba-tiba Mama bertanya saat mereka sedang melihat-lihat sepatu.

"Hah? Kenapa Mama nanya gitu?"

"Kuliah kamu udah mau selesai kan. Saatnya berpikir ke tahap lain bukan? Usia kamu juga udah sesuai kan," Mama berpaling dari sepatu cantik yang dipegangnya, menatap putri bungsunya.

"Kalau Risa tiba-tiba bawa pacar ke rumah memangnya Mama gak kaget?" Risa mengetes, pikiran akan Zaid tentu saja muncul di benaknya.

"Mama malah senang. Asalkan pacar kamu orang baik-baik, sehat, beriman, sayang sama kamu," kata Mama lagi. Kali ini sambil meminta petugas mencarikan sepatu sesuai ukurannya.

"Kita lihat nanti aja ya, Ma. Risa cari dulu cowok sekeren itu,"

***

"Mas udah punya pacar belum?"
Zaid hampir menolak mengangkat telepon Kiki karena ia tahu Kiki pasti akan bertanya mengenai hal ini. Tapi tadi Kiki menelepon ke kantor dan Nina yang mengangkat. Tidak mungkin ia menolak.

"Kenapa sih kamu terus nanyain ini?" Zaid memijat keningnya.

"Karena kalau Mas gak nikah, aku juga gak bisa nikah. Oktober tahun depan, Mas Yudhis ditugaskan untuk pendidikan ke Kanada. Mas Yudhis mau aku ikut. Jadi kami udah harus menikah sebelum itu,"

The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang