The end of everything
Ini adalah kedua kalinya Zaid merasa tidak nyaman datang ke rumah keluarganya di Jogja. Biasanya dia selalu merasa senang dan bersemangat bertemu kedua orang tua dan adik-adiknya. Namun kali ini dia merasa lelah dan terpaksa saat datang ke rumah mewah besar putih ini. Kemarin tiba-tiba saja Risa menghubunginya. Dia bercerita bahwa ibu masih menganggap Risa adalah menantunya. Risa tidak keberatan akan itu tapi Risa merasa tidak nyaman terus membohongi ibu. Ketika itu Zaid hanya mengiyakan dan berjanji bahwa ia akan bercerita kepada Ibu dan Bapak. Meskipun Zaid tidak yakin kapan ia bisa bercerita akan hal itu.Tidak lama kemudian Kiki menghubungi Zaid. Mengatakan bahwa ia dan Yudhis akan segera berangkat ke Kanada dan mereka ingin mengadakan perpisahan dengan keluarga. Untuk itu Kiki mengharapkan Zaid bisa pulang ke Jogja sebelum Kiki berangkat. Zaid tersenyum dalam video call yang dilakukan oleh Kiki saat itu. Tidak tahu bahwa di dalam hatinya ia merasakan kegusaran. Ia tahu bahwa ini waktu yang tepat untuk bercerita sejujurnya kepada keluarga karena semuanya berkumpul. Semoga Zaid bisa memiliki kekuatan untuk menceritakan. Karena entah kenapa, semua ini terasa begitu berat bagi Zaid. Bukan sekedar bercerita, tapi Zaid khawatir ia mengecewakan Ibu dan Bapak setelah bertahun-tahun menjadi anak kebanggaan mereka.
Pintu depan dibuka perlahan oleh Zaid. Ruangan depan masih kosong. Menurut Kiki, semuanya sudah berkumpul di rumah. Jadi sepertinya seluruh keluarganya ada di halaman belakang. Zaid menaruh tasnya di kursi lalu berjalan pelan ke halaman belakang. Dia sudah bisa melihat keluarganya sedang duduk melingkar sambil menikmati hidangan. Mereka mengobrol dan tertawa. Berbanding terbalik dengan mereka, Zaid menelan ludah karena ia tahu ekspresinya pasti begitu tegang.
Yudhis yang pertama kali melihat Zaid. Ia tersenyum dan melambai. Kiki melihat gerakan suaminya lalu melihat ke arah pandang Yudhis dan mendapati Zaid sedang berdiri kaku. Kiki tersenyum lebih lebar lalu melambai penuh semangat. Setelah itu seluruh keluarganya ikut melihat. Zaid terpaksa melangkah menghampiri mereka, tersenyum setulus yang ia bisa.
"Apa kabar semuanya?" Zaid menyapa. Ia menghampiri Bapak dan Ibu lebih dulu, mencium tangan dan memeluk mereka lebih lama dan lebih erat. Setelah itu ia menyalami adik-adiknya.
"Risa gak ikut, Id?" tanya Bapak.
Pertanyaan Bapak membuat tubuh Zaid terasa kaku. Ia menegakkan tubuhnya perlahan setelah berpelukan dengan Fira. Sedikit demi sedikit Zaid berbalik dan duduk di antara Fira dan Kiki.
"Ada yang perlu Zaid bicarakan terkait Risa, Pak," Zaid memulai. Ia bisa melihat Bapak bertanya-tanya tapi tak bicara apa-apa. Sedangkan ibu menatap Bapak lalu menghela nafas. Kiki yang sudah tahu ke mana arah pembicaraan Zaid, menunduk dan memegang tangan Yudhis. Hanya Yudhis dan Fira yang tidak tahu apa-apa. "Zaid dan Risa sudah bercerai empat bulan lalu.""Serius Mas?" seru Fira.
Ibu menggeleng dan memijat keningnya. Kiki memegang suaminya semakin erat. Sementara ekspresi Bapak penuh tanda tanya.
"Kamu bicara jujur?" begitu tanya Bapak dalam suaranya yang berat dan berubah dingin. "Kenapa?"
Zaid memutuskan ini saatnya untuk berkata jujur atas apapun.
"Zaid menikahi Risa hanya karena agar Kiki bisa menikah. Risa setuju untuk membantu Zaid sehingga kami kemudian menikah." Zaid berkata dalam satu tarikan nafas. Ia sudah siap menerima segala resikonya. "Risa adalah teman yang Zaid kenal di PTV. Dia suka pada Zaid dan ketika Zaid menceritakan apa yang harus Zaid hadapi, dia bersedia membantu Zaid."
"Kenapa?" tanya Ibu pelan.
"Karena Zaid tidak bisa menikah dengan pacar yang Zaid miliki," suara Zaid mulai bergetar. Saatnya dia bicarakan kejujuran yang begitu pahit.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
Literatura KobiecaZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...