I'm an actress
Zaid mengenakan salah satu jas terbaik yang ia miliki. Ia merapikan pakaiannya dan mematut diri di hadapan cermin. Rambutnya yang selama setahun ini dipotong dengan model yang sama, dirapikan hingga tidak ada helaian yang mencuat ke arah yang salah.
Tok tok."Ya masuk, Ris," seru Zaid.
Risa melongok ke dalam. Wajahnya sudah penuh riasan. Zaid harus mengakui hari ini Risa tampak cantik. Hasil riasan teman kuliahnya sewaktu S1 dulu.
"Mas Zaid sudah siap? Katanya Mama sama Papa sudah mau sampai di kampus," Risa bertanya.
"Sudah. Kamu sudah siap, Ris?" Zaid berbalik dan menghampiri Risa. Membuka pintu kamar lebih lebar sehingga ia tidak perlu melihat hanya wajah Risa.
Mengenakan kebaya hijau dengan make up sederhana namun menarik, Risa berdiri di hadapannya. Hari ini Risa akan wisuda untuk menutup pendidikan Masternya. Sebagai seorang suami, tentu Zaid akan ikut dalam proses wisuda ini. Menemani Risa. "Sudah. Kita pergi sekarang?"
"Boleh," Zaid mengangguk lalu kembali masuk ke dalam. Mengambil ponsel, kunci mobil, dan dompet. Kemudian dia dan Risa keluar dari kamar.
"Aku pulang ya Risa," kata Gita, temannya yang datang sejak subuh untuk bantu mendandani Risa.
"Iya, Gita. Makasih ya. Uangnya sudah aku transfer ya. Kita turun bareng aja gimana?" Risa menyalami Gita lalu menggandeng tangannya.
"Yuk sekalian kalau gitu," Gita mengangguk.
Risa mengambil tas tangannya lalu menghampiri Gita dan membuka pintu. Di belakang, Zaid mematikan lampu dan mengunci pintu. Bersiap menuju kampus Risa.
***
Zaid memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah ditentukan bagi setiap wisudawan dan wisudawati. Ketika turun dari mobil, Zaid langsung mengulurkan tangannya untuk digandeng Risa. Risa meraih tawaran Zaid tersebut dan menggenggam tangannya dengan erat. Tangan lainnya memegang toga yang belum ia kenakan."Pelan-pelan aja," ujar Zaid.
"Iya kok. Aku kan gak bisa jalan cepet karena kain ini," bisik Risa. Sesekali ia menoleh kepada orang yang dikenalnya lalu melambai.
"Mama sama papa dimana?"
"Katanya nunggu di pintu masuk B," Risa mengingat obrolannya di telepon tadi.
"Kamu memang masuk lewat situ?"
"Iya, tempat duduknya bagian Fakultas Psikologi,"
Mereka kembali berjalan beriringan. Tidak lama kemudian sampai di tempat yang dimaksud. Meski ramai oleh orang-orang, Risa langsung bisa menemukan kedua orang tuanya. Zaid sendiri masih sering merasa ciut saat melihat ayah Risa. Tinggi, besar, berkumis, dengan ekspresi galak.
"Pagi, Ma, Pa," Zaid menyapa lebih dulu dan mencium kedua tangan mertuanya.
"Macet gak?" sapa Mama Risa.
"Nggak. Makanya berangkat jam 6 dari apartemen," Risa menjawab.
"Acara mulai jam 8 kan Ris?"Zaid menoleh.
"Iya. Tapi paling sebentar lagi kita disuruh masuk," Risa berpaling dan melihat para panitia mulai bersiap untuk menerima wisudawan agar masuk ke hall JCC.
"Nanti kamu ditemenin Zaid ya Neng," Mama berkata sambil tersenyum.
"Lho, bukan sama Mama dan Papa?" Risa terkejut. Zaid juga. Mereka berdua menatap para orang tua.
"Yah dipikir-pikir sekarang kamu sudah punya suami. Jadi mending ditemani suami aja. Nanti Mama dan Papa tunggu di luar. Kalau acaranya sudah selesai, kita ketemu lagi. Gimana?" tanya Mama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
ChickLitZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...