When two become one.
Tadi pagi Risa bangun lebih pagi dari biasanya. Lokasi kerjanya yang terbilang dekat dengan apartemen seharusnya tidak membuat Risa sudah sibuk sejak subuh. Zaid membuka pintu kamar dan melihat apa sumber kebisingan yang ia dengar. Ternyata Risa sedang berkutat di dapur. Ia terkejut saat melihat Zaid yang masih mengantuk, bersandar ke dinding."Lagi apa?"
"Eh!" Risa melonjak dan berbalik. "Aku lagi siapin bahan masakan. Aku mau masak buat bekel."
"Oh," Zaid mengangguk.
"Mas Zaid mau bekel masakan aku juga?" Risa angkat bicara.
"Hmm," Zaid tampak berpikir. Risa belum pernah memasak selama mereka menikah. Risa juga pernah bilang bahwa dia tidak bisa memasak. Jika dibandingkan dengan Boy pasti masakan Risa tidak akan seenak masakan pacar chefnya itu. Tapi... "Boleh. Asal masih bisa layak makan ya,"
Mata Risa langsung berbinar dan dia mengangguk. Zaid akhirnya membiarkan Risa mengobrak-abrik dapur sesuka hati. Zaid sendiri memilih untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke kantor BrandPlus lalu siaran di siang hari nanti.
Pagi itu rupanya Risa membuatkan Zaid nasi dengan ayam filet kecap, bakwan jagung dan tumis kangkung dengan telur puyuh. Risa juga menyiapkan infused water sebagai minuman. Tidak lupa untuk sarapan, Risa menyediakan sarapan kesukaan Zaid.
Maka siang ini, setelah selesai siaran dan sebelum kembali ke kantor BrandPlus, Zaid membuka kotak bekal dan menatap isi bekal itu beberapa lama. Sudah hampir tiga bulan tinggal bersama namun Zaid masih sering t\erkejut akan sikap Risa. Risa yang selalu bersemangat. Risa yang bisa tiba-tiba bungkam karena sedang datang bulan. Risa yang sering menyanyi seperti sedang dalam ruangan karaoke. Risa yang sering fokus membaca sambil duduk di samping jendela. Risa yang selama di rumah selalu terlihat....seksi.
"Mau makan malam bersama?"
"Hah?" Zaid bengong ketika mendengar pertanyaan itu terdengar di telinganya melalui telepon.
"Zaid, aku ada waktu kosong nanti malam. Kamu mau makan malam bersama?" Boy mengulang pertanyaannya lagi.
"Oh. Nanti malam. Sepertinya aku tidak bisa. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan di BrandPlus," kata Zaid pelan. Ia mulai mengambil sendok dan menyuapkan ayam kecap ke mulutnya.
"Baiklah. Kalau kamu ada waktu luang, kamu bisa segera mampir ke restoran ya," Boy menutup telepon.
Saat itu Zaid tidak menanggapi dengan respon apapun. Zaid menaruh ponselnya di meja dan menatap lagi kotak bekal tersebut. Masakan Risa enak.
***
Zaid membuka pintu apartemen. Lampu masih gelap pertanda Risa belum pulang. Di tempat kerja barunya ini Risa memang sering pulang malam. Zaid membiarkan lampu depan dimatikan dan ia sendiri masuk ke kamarnya. Melepaskan pakaian dan langsung masuk ke kamar mandi. Sebagaimana pria, Zaid tidak mandi lama-lama. Begitu ia merasa tubuhnya sudah bersih, Zaid melilitkan handuk di pinggangnya dan keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba saja ia merasa haus. Sambil berasumsi bahwa Risa belum pulang, Zaid membuka pintu kamarnya."Kyaaaa!" Adalah hal yang menyambut Zaid begitu pintu kamar terbuka.
Ruang depan sudah menyala yang artinya Risa sudah pulang dan dia yang menyalakan lampu. Risa memang sudah pulang, karena sekarang ia berdiri membeku di hadapan Zaid. Menekap mulut sambil hanya mengenakan bra dan celana dalam.
"Ris?" Zaid memanggil pelan.
"Oh my God!" Risa berseru lagi. Ia segera berlari masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Zaid. Pintu ditutup kencang sampai membuat Zaid terlonjak.
Zaid sementara itu tertegun. Otaknya memutar kembali gambaran Risa yang berdiri terkejut di hadapannya dengan tampilan super minimalis. Tangan Zaid bergerak ke dadanya, merasakan salah satu organ tubuhnya beraktivitas jauh lebih kencang dari biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
Literatura FemininaZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...