Parents' choice of woman
"Ada yang jemput kita atau kita ke rumah Mas Zaid pakai taksi?" tanya Risa begitu mereka mendarat di Jogja."Kiki yang akan jemput. Aku sudah bilang jam kedatangan kita. Sebentar aku telepon dulu," Zaid mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Risa memperhatikan sekitarnya. Menikmati suasana Jogja. Sudah lama ia tidak ke Jogja dan ia senang bisa kembali kesini.
"Apakah Kiki rambutnya panjang dan kulitnya putih?" Risa menyenggol tangan Zaid.
"Iya, kok tahu?" Zaid menoleh kepada Risa.
"Karena dia sepertinya sedang melambai ke arah kita," Risa tersenyum dan menunjuk seorang gadis yang sedari tadi melompat-lompat dan melambai ke arah mereka.
Zaid ikut melihat kea rah yang ditunjuk Risa dan setelah itu ia tersenyum. "Iya itu Kiki. Ayo,"
Mereka berjalan berdampingan menghampiri Kiki. Semakin dekat dengan Kiki, mata Kiki semakin berbinar melihat Risa.
"Halo pacarnya Mas Zaid," kata Kiki, menjabat tangan Risa dan mencium pipi kiri dan kanan.
"Halo adiknya Mas Zaid," Risa ikut menyapa dan terkikik.
"Welcome to Jogja," Kiki membuka tangannya dan tersenyum lebar.
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, namaku Risa, Padmiarisa Kinanti,"
"Kisyani Sudharma, Kiki. Aku sudah dengar nama Mbak Risa dari Mas Zaid. Aku suka namanya,"
"Terima kasih lagi," Risa mengangguk.
"Ngobrol terus sama Risa. Masnya gak disambut?" Zaid berdeham.
"Halo Masku paling ganteng," Kiki memeluk Zaid namun tidak terlalu lama. Ia kembali berpaling pada Risa dan mereka mengobrol akrab menuju mobil.
Risa berpaling ke belakang dan memberikan pandangan meminta maaf. Zaid menanggapinya dengan tersenyum saja.
"Bapak, Ibu, ini Mas Zaid sudah sampai," Kiki berseru begitu mereka sudah sampai di rumah.Risa terpana menatap rumah ini. Rumah dengan desain modern namun suasananya begitu asri. Berbeda dengan bayangan rumah tradisional yang terpikir begitu Zaid menyebutkan profesi Bapaknya.
"Tumben-tumbenan Zaid pulang minta dijemput sega..." kata-kata perempuan setengah baya itu terhenti begitu melihat siapa yang berdiri di samping putra sulungnya. Berdiri malu-malu dengan pinggang yang dirangkul erat oleh Zaid.
Menyadari ibunya bengong, Kiki angkat bicara. "Ibu, ini Mbak Risa. Pacarnya Mas Zaid,"
Ibu berjalan ke luar menghampiri Risa dan Zaid. Memandang keduanya dengan kebingungan.
"Bu," Zaid berinisiatif mencium tangan ibunya lebih dulu. Risa mengikuti setelahnya. "Ini Risa. Calon istriku,"
"Pantesan Zaid minta dijemput di Bandara. Tumben sekali. Ternyata ajak calonnya toh. Sini masuk-masuk," Ibu memberi jalan agar mereka semua bisa masuk.
Dengan sukacita Risa melangkah masuk rumah ini."Ki, panggilin Bapak dan Fira di belakang ya. Setelah itu minta tolong Mbok bikinin minum,"
"Siap, Bu!" Kiki lalu melesat ke belakang. Meninggalkan Risa dan Zaid dengan Ibu.
"Zaid gak bilang kalau dia sudah punya pacar. Waktu Bapak nyuruh dia nikah, dia sewot sekali,"
Risa memandang Zaid yang melengos. Itu pasti saat dia belum terpikir untuk meminta Risa jadi istri pura-puranya.
"Mungkin waktu itu Mas Zaid belum siap melamar aku, Bu," kata Risa.
"Tapi kalian sudah pacaran?"
Risa mengangguk.
"Risa usianya berapa?" tanya Ibu lagi.
"Usia aku 26 tahun Bu," Risa tersenyum.
"Pas lah ya. Zaid kan 28," Ibu mengangguk setuju. "Asli mana?"
"Sunda tulen, Bu,"
"Wah sama atuh. Ibu juga Sunda. Nikah sama Bapaknya Zaid, Jogja Batak. Jadi Zaid itu orang Sunda, Jogja, sama Batak. Nanti nikah pake adat Sunda aja berarti ya?"
"Bu, kita mau pake adat modern aja," Zaid menyela.
"Eh kenapa?"
"Kita sudah berpikir, karena waktu persiapannya mepet, kita mau nikah akhir bulan ini. Akad nikah di KUA. Malamnya pesta sama keluarga dan temen-temen deket aja,"
"Ih serius? Ini kan nikahan pertama Ibu dan Bapak," Ibu tampak merengut atas ide yang dilontarkan oleh Zaid.
"Ibu sama Bapak bisa habis-habisan di nikahan Kiki. Zaid gak keberatan. Ya kan, Ris?"
Risa mengangguk. Saat itu datang Bapak dan Fira, diikuti Kiki yang masih tersenyum-senyum. Begitu melihat Risa, Fira langsung ikut tersenyum seperti kakaknya. Mereka berdua berpandangan lalu terkikik.
"Pak," sapa Zaid lalu mencium tangan Bapak.
Risa ikut bangkit dan mencium tangan calon mertuanya.
"Pak, kenalkan. Ini Padmiarisa Kinanti. Pacar Zaid dan perempuan yang akan Zaid nikahi," Zaid berkata tegas. Membuat Bapak langsung menatap Risa dengan intens.
Risa memilih menunduk.
"Sudah yakin?" tanya Bapak. Nadanya kalem tapi menusuk.
"Iya Pak," jawab Zaid.
"Kapan mau diresmikan?"
Mendengar pertanyaan itu Risa mendongak. Tak menyangka ia diterima dengan begitu mudahnya. Tak ada interogasi akan apapun. Diskusi berikutnya adalah mengenai kesiapan Zaid dan Risa menikah lalu hal-hal apa saja yang bisa dilakukan mulai sekarang. Kali ini Zaid yang lebih banyak bicara. Risa mendengarkan saja.
"Jadi kita direstui?" tanya Risa saat dia dan Zaid hanya berdua di halaman belakang yang menghadap ke sawah.
"Iya," kata Zaid lalu menyeruput kopinya.
"Semudah itu?" Risa tidak percaya.
Zaid menatap Risa lekat. "Sejak dulu Bapak memang mau aku menikah. Sekarang saat aku sudah bawa calon, gak perlu ditanya apa-apa lagi. Langsung aja. Bapak juga bukan orang yang ribet soal pernikahan."
"Ya ampun. Aku gak nyangka. Jadi aku beneran nikah 30 Desember ini?"
"Gak ada kata mundur lagi, Ris," Zaid nyengir.
"Good for you and disaster for me," Risa mencibir dan menjulurkan lidahnya.
"Eh apa kamu bilang?" Zaid jadi sewot.
Risa tertawa dan buru-buru melepas sendalnya. Berlari menuju sawah yang terhampar. Zaid ikut melepas sandal dan mengejar Risa bermain di sawah.
"Mbak, Mbak foto Mbak. Buat prewed," kata Fira, menyenggol Kiki. Mereka berdua sedari tadi memata-matai Risa dan Zaid.
"Iya, iya sebentar," Kiki mengutak-atik ponselnya lalu sibuk mengambil gambar kakak dan calon kakak iparnya.
"Cocok banget ya," kata Fira sambil terharu.
"Iya. Aku kira Mas Zaid gak punya pacar. Ternyata pacarnya cantik dan baik," kata Kiki lega.
"Aku malah kira Mas Zaid gak suka cewek," Fira berkata cuek.
"Jangan sembarangan!" Kiki menjitak kepala adiknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
ChickLitZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...