Fell in the same hole
"Aku ada dinas ke Semarang, Mas," kata Risa saat dia dan Zaid sedang menikmati sarapan. Sekarang hampir setiap hari Risa membuatkan sarapan bagi dirinya dan Zaid. Mereka juga menyempatkan makan sebelum berangkat ke kantor."Oh ya? Kapan? Aku juga ada liputan ke Semarang. Mungkin bisa bareng?" Zaid berkata dengan bersemangat.
"Sebentar," Risa membuka agenda di ponselnya. "Acaranya 23 dan 24 Maret. Tapi aku berangkat dari 22 siang. Pulangnya 24 sore."
"Tunggu," Zaid mengangkat tangannya. Dia tampak menelepon seseorang. "Fan, jadwal gue ke Semarang jadi? Tanggal berapa? Oh oke. Tanggal 24 pesawat sore aja. Iya istri gue mau ke Semarang juga. Biar kita bareng aja. Pesawatnya gue tanya dulu."
"Aku naik Garuda kok, Mas," Risa menjawab sebelum ditanya.
"Garuda, Fan. Ya lo carin gue pesawat 24 sore. Gak 25 gak apa-apa. Iya kalau berangkatnya 23 malem gak apa-apa. Gue 23 siang kan masih ada siaran. Oke Fan. Thank you," Zaid menutup teleponnya dan kembali menatap Risa. "Kita ketemu di Semarang walaupun kamu berangkat lebih dulu. Nanti aku nyusul. Kabari hotelnya ya,"
Risa hanya menanggapi dengan senyum tipis. Namun Zaid tidak menyadarinya.
***
Begitu Risa sampai di hotel pasca acaranya di hari pertama selesai, dia sudah melihat Zaid menunggunya di lobi hotel. Dia memang sudah sampai di hotel sejam yang lalu. Saat Risa masih berkutat dengan acara ramah tamah bersama karyawan cabang Semarang."Maaf lama," Risa menunduk, mendekatkan wajahnya pada Zaid yang sedang membaca.
"Hai. Its okay. Acaramu sudah selesai semua?" Tanya Zaid sambil bangkit berdiri.
"Untuk hari ini sudah. Besok belum. Besok Mas Zaid berangkat jam berapa?" Risa mengajak Zaid mengikuti langkahnya.
"Jam tujuh aku sudah siap untuk dijemput. Bagaimana dengan kamu?"
"Aku berangkat pukul 9. Sepertinya aku akan langsung check out. Berangkat ke bandara dari kantor cabang,"
"Hmm," Zaid tampak berpikir. "Ya sudah. Aku juga akan langsung bawa barang-barang. Kamu akan keluar dari kantor cabang pukul berapa?"
"Rencananya pukul dua, Mas." Risa menjawab sambil mengarahkan Zaid keluar lift dan menuju kamar mereka.
"Keberatan kalau mampir ke kantor PTV dulu? Mungkin aku akan selesai pukul 3. Dari situ kita bisa berangkat ke bandara sama-sama,"
"Baiklah. Asalkan gak ketinggalan pesawat ya Mas," Risa berpesan. Dia berbalik sekilas untuk memperingatkan Zaid.
"Siap!"
Pintu kamar mereka terbuka setelah Risa menempelkan card key. Zaid mengikuti Risa masuk dan menaruh kopernya di dekat sofa. Sementara Risa menaruh tasnya di meja rias.
"Udah makan?" tanya Risa.
"Tadi siang sudah," Zaid menjawab sambil membuka jaket dan menaruhnya di kursi. "Nanti kita bisa keluar makan malam bareng?"
Risa mengangguk. "Boleh. Nanti ada temen kantorku yang jemput untuk sedikit kuliner di Semarang. Kita bareng-bareng aja,"
"Oke. Kalau gitu aku mandi dulu. Gak apa-apa aku duluan?"
"Silakan, mas. Pasti Mas Zaid capek kan perjalanan jauh?" Risa tersenyum. Menghampiri koper Zaid dan mulai mencari pakaian untuk dikenakan setelah Zaid mandi nanti.
"Thank you, Ris." Zaid mengedip dan masuk ke kamar mandi. Sepeninggal Zaid, ekspresi Risa langsung ditekuk lagi. Perasannya...masih tidak karuan.
***
"Ngomong-ngomong, kantor PTV gak bookingin kamar buat Mas Zaid? Sampai kita harus sekamar?" Risa bertanya saat mereka sudah selesai makan malam dan sedang berjalan menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liars - Trilogi Zaid Risa 1 - END (WATTPAD)
Genç Kız EdebiyatıZaid adalah seorang public figure yang cukup dikenal di ibukota. Sedangkan Risa hanyalah karyawan swasta biasa yang lama kelamaan jatuh cinta kepada sosok Zaid. Zaid yang mulanya terasa begitu jauh namun lama kelamaan dekat dengan dirinya layaknya s...