"Semuanya berlangsung baik-baik saja kan?"
Restoran sepi dari pelanggan, agak berbeda dari biasanya.
Tapi Jungkook menyukainya.
Artinya pikiran pemuda itu bisa diterbangkannya kemanapun dan destinasi favorit Jeon Jungkook akhir-akhir ini adalah kejadian setiap malam, ketika hanya ada dirinya dan Kim Yerim bertemankan sunyinya rumah mungil mereka.
"Uh?"
"Aku tahu kita sedang santai. Sepi sekali rasanya dengan kau sibuk membayangkan hal-hal kotor." Pemuda semampai berkulit tan itu kini menyampirkan apronnya di pundak sebelum menarik kursi diseberang sahabatnya, lalu mendudukinya.
"Hei, aku tidak berpikiran kotor!"
"Lalu apa kau mau menceritakannya padaku?" Mingyu menaikkan sebelah alisnya, membuat Jungkook mengumpat dalam hati.
Well, apa yang baru terbesit dalam benaknya sesungguhnya bukan hal yang layak dibagi.
Apa reaksi Mingyu jikalau Jeon Jungkook bicara soal Kim Yerim mencubit puting susunya demi membangunkan sang heavy sleeper untuk segera berangkat kerja?
"Bukan apa-apa." Jungkook menyerah.
Ia harus mempertahankan harga dirinya, sekalipun dihadapan sang sahabat sendiri.
"Nah." Mingyu membanting punggungnya di sandaran kursi, dengan senyum kemenangan terpatri di wajahnya. "Sudah kuduga. Pikiranmu harus kubersihkan dengan sabun colek dulu, Jeon Jungkook."
"Terserah."
"Hei, apa kau dapat brosur?" Pemuda itu kembali menegakkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya seolah hendak memberitahu informasi penting.
"Brosur apa?"
"Kuliah umum."
"Gratis?"
"Gratis!"
Keduanya kini membelakkan mata bersamaan, bercahaya paling terang sebab kuliah adalah mimpi terpendam yang tak seharusnya diinginkan oleh bocah miskin yang mati-matian kerja paruh waktu seperti mereka sekarang ini.
"Mereka akan bicara soal apa?"
"Filsafat."
"Kurasa kau akan lebih cocok ikut kelas itu."
"Ayolah, Jeon Jungkook~" Pemuda yang lebih pucat itu segera mengeryit begitu sang sahabat menggenggam tangannya bersamaan dengan wajah yang dipasang ekspresi manja menjijikkan. "Mereka pasti memberiku 'tatapan' karena tahu aku bukan mahasiswa.."
"Audience lain tahu darimana? Yang tahu identitasmu hanyalah panitia." Tak tahan, Jungkook mengibaskan genggaman Mingyu dengan majah gelinya. "Datang sendiri saja."
"Aku tahu kau akan menolak." Timpalnya kesal, tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di layar. "JADI AKU SUDAH MENDAFTARKANMU!!"
********
"Nak Jeon Jungkook!"
Sudah cukup dengan Kim Mingyu yang diam-diam menyeretnya ke kuliah umum yang membayangkannya saja sudah membuat Jungkook bergidik ngeri.
Lalu ditambah dengan sikap ramah ber-aura ambigu dari paman gembul arogan yang melayangkan tinjunya kemarin dan menghasilkan reaksi khawatir Yeri akibat luka sobek di sudut bibir Jungkook.
Langkah pemuda itu yang sudah berjarak sepuluh meter lagi dari rumah tercintanya, mendadak mengalami sedikit gangguan. Sebuah suara sepuh memanggilnya, itu cukup membuatnya kesal namun juga sedikit bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Do You Know
Fanfiction"Tinggal dengan seorang yang tak seharusnya tahu soal rahasiamu, tentunya kau juga harus jadi pribadi yang lain 'kan?"