12

1K 155 45
                                    

"Kim Yerim~"

Jungkook tak bisa memahami ada apa dengan dirinya dua malam terakhir ini.

Jelas-jelas ia tidak pernah sekalipun terlelap sebelum tengah malam, namun tanpa alarm matanya selalu terbuka lebar persis pukul lima. Membuatnya hanya istirahat kurang dari enam jam dan mengakibatkan mata Jungkook selalu lebih cepat lelah di siang hari.

Parahnya, siang hari adalah jatahnya bekerja dan sudah pasti rasa kantuk itu membuat performa kerjanya berkurang. Parahnya, orang-orang sekitar Jungkook terlalu peka dari yang diharapkan.

Mata sayu, bibir yang tak henti-hentinya terbuka untuk menguap serta pipi yang memerah karena Jungkook menamparnya sendiri untuk membuatnya tetap tersadar--entah kenapa kata Mingyu dan Paman Jinyoung, itu adalah tanda kasmaran yang tak bisa pemuda itu sembunyikan. Balasan atas kesimpulan konyol mereka adalah Jungkook yang terkekeh sambil lalu.

Ketika ia sendirian, kadang ia kembali mempertimbangkan opini konyol mereka sembari menyangkutpautkan dengan kebiasaannya baru-baru ini yang selalu terlelap begitu menonton ulang video Yeri yang berusaha tersenyum.

"Oy, Kim Yerim." Mengingat kembali apa yang ia pikirkan sebelum tidur, membuat Jungkook tiba-tiba merasa panas sendiri.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu yang hebat. Cepat keluar." Pemuda itu segera meninggalkan pintu mahoni itu, bergegas menuju dapur dimana 'pertunjukkan'nya berada.

Disisi lain pintu, tampaklah seorang gadis yang sedari tadi dipanggil justru sedang duduk tegak didepan meja belajarnya. Menatap pantulan wajahnya di cermin kecil sembari tangannya tak berhenti membenahi sesuatu yang salah pada penampilannya.

Sejam sudah berlalu namun rasa-rasanya Yerim belum siap keluar kamar, tak peduli sudah berapa kali ia bercermin. Meski sudah membasuh wajahnya dengan tissue basah, menghilangkan lepek rambutnya dengan shampo kering peninggalan sang ibu--bahkan gadis itu sudah mewarnai bibir plumnya dengan setitik liptint yang bahkan baru ia buka bungkusnya pagi ini.

Kim Yerim bersumpah, semua rasa baru yang menyerangnya pagi ini dimulai ketika semalam--seorang Jeon Jungkook membuatnya rasa nyaman yang ia buat selama ini terasa canggung.

Perjalanan mereka semalam setelah berkunjung ke kediaman Doyeon dan Mingyu, rupanya berakhir terlalu larut sampai-sampai Mingyu sungguhan mengusir Jungkook untuk pulang. Tak disangka, pertemuannya dengan Doyeon semalam menyadarkannya betapa ia selama ini kurang bergaul lebih luas. Gadis semampai cantik dengan image ceria itu rupanya berubah menjadi absurd dan hyper dalam semalam Yerim mengenalnya. Namun segala tingkah ajaib Doyeon agaknya berbanding balik dengan ucapannya, cara bicara yang jujur agaknya membuat Yeri segan padanya.

Terlebih ketika ia berkata,

"Kakakku tidak mungkin menatapku seperti Kak Jungkook menatapmu, semua kakak tidak akan menatap adiknya sama seperti tatapan yang Kak Jungkook berikan padamu."

Sebagai manusia, tentunya Yeri tak boleh berperasangka buruk 'kan?

Tapi sebagai seorang anak gadis yang baru memasuki masa pubertasnya, ia tak bisa menahan dirinya untuk mempercayai ucapan sang teman yang sudah pasti membuat harapannya nanti terlalu tinggi.

Iya kalau Jungkook sungguhan​ menyukainya, kalau tidak?

Betapa sengsaranya ia nanti mengalami cinta pertamanya bertepuk sebelah tangan.

"Kenapa kak?"

Dengan nada dibuat-buat mengantuk, Yeri akhirnya menggeret langkahnya malas keluar kamar. Mengabaikan mulut menganga Jungkook yang menatapnya terkagum-kagum, meski hatinya tak sedetikpun mendengar pikirannya. Bukannya tenang, kini hati Yeri bagai drum yang dimainkan keras.

Little Do You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang