16

952 145 39
                                    

"Ada yang bisa kubantu, noona?"

Suasana sarapan pagi itu menghangat, terima kasih berkat kemunculan ajaib Jungkook semalam.

Sekuat tenaga mengacuhkan pasangan yang sedikit bersitegang saat itu dan memutuskan untuk duduk dekat sang magnae, Jungkook mengabaikan sikap dingin Irene dan Taehyung lalu memutuskan untuk bergabung dalam percakapan seru Wendy dan Seulgi. Hoseok yang sebenarnya sangat menyayangkan momen ini pun harus pamit lebih dahulu, bagaimanapun ia lebih memilih pekerjaannya dibanding tamu yang sangat ia inginkan kehadirannya akhir-akhir ini. Mengambil setangkap roti panggang dan menyesap jus jeruknya, pemuda itu tak melupakan Jungkook sedikitpun. Melarikan tangannya dari pinggang Wendy, Hoseok dengan cepat menyusupkannya dalam rambut Jungkook lalu mengusapnya lembut. Berharap sang pemuda yang lebih muda itu paham akan kata hatinya, bahwa Hoseok tak ingin ia pergi.

Sedikit tertegun, Jungkook baru menyadarinya begitu punggung Hoseok-lah satu-satunya yang ia bisa lihat. Masih dengan berat hati, Jungkook kembali berfokus pada masalah Wendy dan Seulgi yang nampaknya masih sama sejak ia datang pertama kali kesini.

Soal bagaimana Wendy kesulitan membagi waktunya dengan Hoseok dan Yoongi serta Seulgi yang horny--seperti biasa, menyampaikan betapa frustasinya ia yang selalu ditolak berhubungan badan dengan Jimin.

Dan pemuda itu tak menemukan reaksi yang lebih tepat lagi dibanding kekehan ringan yang terus ia lempar sembari berucap bahwa semua itu adalah murni kesalahan mereka sendiri.

Salah Wendy sendiri melakukan imprint pada dua lelaki sekaligus..

Salah Seulgi sendiri melakukan imprint pada seorang pastor..

Namun bedanya, kali ini sebuah pertanyaan justru muncul dan menyakitkan hati Jungkook.

Apakah ia juga salah

Berhubungan dengan para gadis, yang notabenenya bukan manusia?

"Oh!" Jungkook ikut terkekeh mendapat respon lonjakan pundak Wendy yang terkejut bukan main ketika sepasang lengan muncul misterius dan masuk ke dalam bak cuci piring bersamanya. "Kau mengagetkanku, Jeon Jungkook!!"

Pukulan di lengan sebagai tambahan, Jungkook semakin tak bisa menahan tawanya. "Maaf."

"Jadi.. Aku lupa bagaimana aku bisa datang kesini, noona."

Mungkin waktu telah berlalu satu menit ketika keduanya tak berucap, sibuk membilas dan mengusap piring-piring keramik raksasa itu. Sampai ketika pantulan kulit pucat Wendy mengenai wajahnya, mendadak bayangan akan Min Yoongi terpatri dalam benak Jungkook.

"Taehyung dan Yoongi  yang membawamu."

"Lalu?"

"Kurasa kau sudah mati kalau tidak ada Namjoon, Seokjin dan Jimin untuk menghentikan Taehyung menghabisimu. Yoongi langsung tidur pulas begitu sampai."

"Serius?"

"Serius."

Tangan Jungkook berhenti mengusap, kebingungan yang massive terjadi di otaknya dan sukses membuat tubuhnya membatu. "Kenapa?"

"Taehyung masih marah atas 'proyek'mu dulu." Seolah bukan masalah besar, perhatian Wendy masih pada piring-piring yang siap dibilas itu. "Dia ingin membantumu, tapi membunuh bukan tujuan utama kalian. Dan dia terus-terusan menyalahkanmu yang membuatnya kalap malam itu sampai menghilangkan nyawa dua orang."

"Oh.." Itu tentunya tidak masuk akal bagi Jungkook.

"Sebab membunuh itu bukan permintaan utama pemesan, kami tidak bisa menerima pesanan lagi karena pemesan tiba-tiba lenyap sebelum ia mengkonfirmasi puas atau tidaknya dia atas jasa kami."

Little Do You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang