9

900 163 18
                                    

"Kau tampak baik-baik saja, Jungkook-ah."

Bombardir telepon dan pesan singkat Mingyu, untuk pertama kalinya Jungkook mengabaikannya dengan santai. 

Biasanya, ia akan segera bangun terkaget-kaget dari tidurnya dan berlari ke tempat dimana pemuda tan itu berada. Namun siang ini, Jungkook sudah menebak alasan kenapa Mingyu membutuhkannya.

Sang professor utama tiba-tiba lenyap dan tidak dapat menghadiri kelas, membuat dosen lain ikut panik bagaimana menutup keabsenannya. 

Terlihat seperti lelucon memang, bagaimana sang professor yang menjadi bahan pembicaraan para mahasiswa yang sudah siap di hall tadi mendadak lebih mementingkan Jungkook daripada kelas kuliah umumnya.

"Ayo duduk."

Image Namjoon hyung yang punya bakat alami merusak barang-barang dirumah, rupanya tetap membuatnya menonjol di dunia luar.

Kalau saja Namjoon tidak menabrak--atau lebih tepatnya merobek lengan kemejanya, Jungkook takkan berakhir disini.

Di ruang kerjanya yang didominasi putih dengan tatanan modern.

"Semua orang merindukanmu, tidakkah kau tahu?"

Pemuda yang lebih tua itu kini mengunci ruangannya rapat-rapat, sudah cukup dengan tatapan bingung nan penasaran motif dibalik munculnya professor disitu--bukannya memberikan materi di kuliah umum perdananya.

"Aku tahu, hyung."

"Lantas kenapa tidak kembali?"

Jungkook mendongak, ia tahu Namjoon cepat atau lambat akan melontarkan pernyataan itu padanya.

Yang tidak ia sangka, Jungkook tak mengerti kenapa ia menangkap secercah intonasi rindu didalamnya.

"Kami sungguh merindukanmu." Balas Namjoon, memamerkan lesung pipi legendarisnya.

Membuat Jungkook,semakin tak berkutik.

"Oh iya, aku akan mengganti kemejamu." Tiba-tiba saja pemuda semampai itu berdiri, menghampiri meja kerjanya sebelum menarik salah satu almarinya dan mengeluarkan sepotong kemeja linen yang dari baunnya saja sudah tercium puluhan dollar.

"Kau bisa memilikinya, Jungkook."

Selalu seperti ini.

Kim Namjoon yang rela memberikan apapun padanya.

Terlebih dengan sambutan hangat dari hyung yang paling ia segani, Jungkook merasa semakin lama detik ia habiskan disini--semakin lemah imannya untuk bersiteguh pada pendiriannya.

"Kenapa kau terlihat begitu lelah?" Namjoon kini menyandarkan pantatnya di sudut meja kerja, mengamati Jungkook dari ujung rambut sampai kaki.

Sedikit menyakitkan buatnya, sang magnae rumah yang biasanya terlihat ceria--kini muncul dihadapannya dengan kantung mata raksasa yang membuat Jungkook terlihat menua.

"Aku mengambil kerja paruh waktu, hyung."

"Kau bahkan tidak pernah mencemaskan soal uang ketika bersama kami, huh?" Namjoon melemparkan jokesnya, sekalipun itu terdengar lucu hanya untuknya sendiri. "Lalu bagaimana dengan uang yang kau ambil tempo waktu? Saat perampokan terakhir dan pertamamu itu."

Little Do You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang