"For real?"
"Yes, Taehyung."
Selain dari pantulan sinar kolam yang membalikkan cahaya mentari siang itu, sang surya juga mendapat balasan yang sedikit membuatnya tersipu malu--pemandangan topless enam pemuda tampan yang berjemur di pansionnya rupanya tak menjadi favorit para wanita saja.
Memakai kacamata hitam dan lelah bermain air hampir seharian, benak keenamnya justru masih berputar pada topik yang sama--topik yang membuat mereka ingin kehilangan kewarasan demi lepas dari kompensasi atas ketidaksanggupan memenuhi kewajiban mereka.
Darah seorang Jeon Jungkook.
"By the way, rahangmu bagaimana? Jimin menegakkan sedikit lehernya, melirik sang sahabat yang berbaring tenang disisinya--meski ia yakin sepenuhnya Taehyung tidak baik-baik saja.
"Irene noona tidak sekuat dulu, anehnya." Desah Taehyung pelan, sekeras mungkin tidak membuat pergerakan lebih di wajahnya. "Rahangku sudah pernah hampir lepas karenanya. Tadi ia hanya menggesernya."
"Pft.. Wendy tidak pernah sadis seperti itu." Balasan sarkas Yoongi, mau tak mau membuat Taehyung mengangkat kacamatanya demi memberi hyung itu tatapan sebal. Namun, yang terjadi justru sebuah pernyataan yang muncul dibenaknya ketika matanya mendarat di wajah pucatnya.
"Hyung.. Kalian serius?"
"Hei! Bicara pelan!" Ancaman Seokjin yang akhirnya duduk sembari menegak mojitonya, kini menyadarkan Taehyung betapa mengerikannya rencana itu.
"Kalian tidak usah melakukannya."
"Kita sudah melakukannya."Ucapan Namjoon sungguhan nyaris melepaskan kedua bola mata Taehyung dari tempatnya.
Jikalau sang professor muda satu itu sudah berucap, seseorang tidak bisa meragukannya--apalagi melawannya.
Sadar pernyataannya barusan membuat sang pemuda beralis tebal itu lupa bernafas, Namjoon membenahi handuknya di pinggang sebelum duduk disisi Taehyung. Mengamati lebih dalam apa sesungguhnya konflik dalam pikirnya sampai membuat pemuda itu seakan ingin menolak keputusan bersama.
"Jadi.. Kita akan mati, hyung?" Yang didapat Namjoon, justru pupil bergetar Taehyung.
Menimbulkan satu lagi kesangsiannya atas perilaku pemuda yang lebih muda setahun darinya itu.
Sejak kapan Taehyung takut mati?
"Kau. Kita. Selayaknya pergi dan mati, Taehyung." Memamerkan lesung pipinya, Namjoon mengusap lembut punggung telanjang Taehyung. "Bukannya malah hidup dengan jiwa pinjaman para iblis rupawan dengan surai kuning itu, Taehyung."
*******************************
"Coba lihat ponselku, Kak."
"Kenapa?"
"Banyak sekali nomor asing berusaha menelponku dan kurasa aku melihat ada nama Doyeon Saeron."
Jungkook segera menarik gadis mungil itu dalam peluknya, melepas berbagai perasaan kacaunya yang timbul sejak kemunculan Taehyung. Terlebih semalam, sebuah headline news menggegerkan seisi Seoul.
Perampokan yang berujung pembunuhan atas suami istri pengusaha di Gangnam. Satu-satunya saksi yang masih hidup adalah sang anak bernama Kim Yerim.
Headline news yang terbit semalam, menjadi sebab utama banyak reporter muncul di depan rumah mereka. Sekalipun Jungkook tidak pernah membicarakan alamat aslinya saat ini pada siapapun, teras mereka semalam seakan tumpah ruah akibat betapa tak terhingganya media yang berusaha mencari keberadaan Yerim.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Do You Know
Fanfiction"Tinggal dengan seorang yang tak seharusnya tahu soal rahasiamu, tentunya kau juga harus jadi pribadi yang lain 'kan?"