3

1.7K 214 18
                                    



"Usahaku berhasil 'kan?"

"Berhasil dari mana? Sialan kau, Kim Mingyu."

Upacara pembukaan restoran makanan tradisional Korea kecil itu dibuka dengan pertikaian kecil antar dua pegawainya—atau lebih tepatnya hanya Jungkook yang menyalurkan rasa kesalnya pada pemuda semampai itu.

"Aku tidak memakai emoticon, seperti saranmu."

"Lalu?"

Jungkook menggantungkan pertanyaan penasaran sang sahabat, malah memunggunginya dan tangannya sibuk menurunkan bangku-bangku kayu. Sembari kembali berpikir, rasa kesalnya kemarin sesungguhnya bukan bersumber dari Minggyu.

Malam berlalu terlampau berat untuknya semalam, tidurnya yang tak pernah nyenyak setelah kejadian itu—semalam terasa lebih menyebalkan kembali. Ketika dirinya kembali diingatkan soal dosa yang dilakukannya, yang memisahkan orangtua Yerim dengan sang anak semata wayangnya.

Terlebih bagaimana derasnya air mata gadis itu yang semalam membanjiri lutut telanjang Jungkook, pemuda itu tak bisa menyangkal keinginannya detik itu untuk melakukan apapun untuk menebus kesalahannya. Sekalipun Kim Yerim memintanya untuk terjun dari gedung tertinggi dan mati, sudah pasti Jeon Jungkook akan bersedia.

Namun, apa yang dilalui pemuda itu selama kurang lebih seminggu itu lebih buruk daripada bunuh diri.

Tinggal dan mengurus korban gagalnya yang mogok bicara, itu yang lebih membunuh Jeon Jungkook.

Dan sampai detik ini, Jungkook hanya mampu menyimpulkan beberapa teori dibalik sikap Kim Yerim:

Pertama, Kim Yerim dendam dengannya yang membunuh orangtuanya.

Kedua, Kim Yerim murka dengan fakta ia harus menghabiskan uang tabungannya untuk membeli rumah dan tinggal bersama sang tersangka.

Ya.

Jungkook membuat peraturan sedikit aneh.

Dalam rangka kabur dari para hyung untuk menyembunyikan satu-satunya korban selamat dari pembantaian tempo hari, Jungkook meminta gadis itu untuk mencairkan tabungannya dan membeli rumah mungil di daerah pelosok—dengan persyaratan pemuda itu akan mencari pekerjaan sampingan untuk menghidupi mereka berdua.

Dan disinilah sang kriminal bersembunyi, menata kursi di restoran kecil yang etalasenya dipenuhi stiker belum lunas pajak.

"Hei, Jeon Jungkook!" Tepukan keras di pundak, menyadarkan pemuda itu dari lamunan kelamnya sejenak.

"Uh? Apa?"

"Lalu bagaimana dengan Kim Yerim kemarin?"

Ditatapnya manik mata Mingyu yang membesar karena penasaran, Jungkook mengeluarkan nafas kesal.

"Aku takkan bercerita macam-macam soal Kim Yerim padamu."

*******

"Pfft."

Tatapan bingung Kim Mingyu yang menghantui pikiran Jungkook sejak ia memberitahu sahabat tingginya itu kalau akan mengambil shift malam juga, rupanya justru memperburuk moodnya. Seharusnya kedua pemuda itu bersamaan pulang persis pukul lima sore, namun rasa-rasanya Jungkook sudah memprediksi betapa perasaannya akan semakin buruk jikalau ia akan pulang sore dan menemui Kim Yerim. Setidaknya kalau pemuda itu mengambil shift malam, ia hanya akan disambut oleh rumah yang sepi dan gelap.

Little Do You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang