EPILOGUE

2.2K 133 47
                                        

"Aku pulang."

Taehyung sungguhan tak pernah membayangkan akan pulang ke rumah bernuansa Yunani itu dengan mood buruk, terlebih dengan fakta ingin sekali ia kabur setelah mengajak para hyung dan tinggal bersama.

Jauh-jauh dari the blonde ones, hidup layaknya seorang manusia normal. Meski artinya Taehyung sama saja tidak akan hidup lagi jikalau berpisah dari para gadis berambut pirang itu.

Yoongi hyung yang menelponnya dengan deru nafas panik, Taehyung tidak bisa berdiam diri di rumah lebih lama lagi. Langkahnya melesat begitu saja begitu mendapati, Kim Yerim rupanya membuntuti Yoongi yang hendak menemui Jungkook. Dan benar saja, mimpi buruk Taehyung akan terbongkarnya rahasia mereka rupanya tidak ada bandingannya dengan kondisi yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Pikirnya, Jimin telah menyimpan seluruh video pengakuan dosa Seulgi yang penuh akan cerita bagaimana para gadis itu memanipulasi pikiran para lelaki untuk membunuh sesuai pesanan. Tercatat, sudah nyaris empat belas kasus yang Seulgi sebutkan dalam video. Meski Taehyung yakin betul sebenarnya ada lebih banyak kasus yang tidak Seulgi sebutkan, setidaknya itu cukup sebagai bukti untuk menyeret keempat perempuan itu ke meja hijau.

Namun, kuasa para gadis itu lebih dari sekedar memberi nyawa kepada pasangannya. Dan rupanya, istilah soulmate benar-benar terjadi disitu. Tanpa Taehyung sadari, para istri sesungguhnya mengetahui rencana mereka sejak lama dan rupanya mereka juga membuat rencana untuk menggagalkan niat mereka. Terhitung sejak pembantaian keluarga Kim tempo hari, satu-satunya yang tidak direncanakan the blonde ones hanyalah upaya kabur Jeon Jungkook.

"Hei." Seperti biasanya, Taehyung meluncurkan kecupan lembut di kening Irene yang menyambutnya selalu dengan pelukan di pintu depan. Bedanya, kali ini pemuda itu benar-benar berharap pikirannya sudah bersih begitu menginjakkan kaki dirumah--melenyapkan seluruh ingatannya soal mengurus Yerim yang mengaku ke polisi serta Jeon Jungkook yang mendapat vonis menakutkan dari dokter.

Terlebih soal Kim Yerim, entah ini bagian dari permainan the blonde ones atau tidak--Taehyung sulit memutuskan perasaan mana yang dominan antara murka atau sedih atau bahagia tatkala menemukan namanya persis diatas nama gadis itu di akta keluarga.

Dan begitu ia sadar bahwa Taehyung selama ini tidak sebatang kara, dunianya kacau.

Pahitnya masa remaja yang ia habiskan di pelosok Daegu sebagai efek samping seorang yatim piatu, sesal yang menggulung dan seketika lenyap tatkala rasa puas justru menghampiri dirinya begitu sadar tangannya sendirilah yang menghabisi nyawa orang tua biadabnya dan tak lupa, rasa yang ambigu begitu mendapati dirinya memiliki seorang adik yang berada di posisi sangat tidak aman.

"Kau tidak apa-apa?" Jemari beku Irene yang menangkup kedua pipinya, segara menyadarkan Taehyung akan dunia nyata dan sesegera mungkin melenyapkan imajinasi menakutkannya barusan.

"Aku tidak apa." Mengulum bibirnya, Taehyung melemparkan seutas senyum tipis.

"Hei, kau tahu ini malam purnama bukan?" Dan nampaknya kecantikan hakiki Irene kini tidak lagi memiliki fungsi yang sama seperti dahulu kala, fokus Taehyung bahkan kembali pada persoalan Yerim dan Jungkook yang masih berkutat di rumah sakit kepolisian. Membiarkan tubuhnya sesaat mati rasa, tidak sedikitpun peka terhadap sentuhan menggelitik jemari Irene yang bermain di lehernya. Membuka kancing teratas kemeja linennya, menyibaknya demi mempertontonkan pundak gagah seorang Kim Taehyung.

"Hmmm.." Dan nafas dingin Irene yang mendarat di tengkuknya, sukses membawa nyawa Taehyung kembali menyentuh bumi. Darahnya seketika berdesir begitu sadar, bibir ranum Irene kini berusaha menandai seluruh kulit lehernya. "Dimana para hyung dan Jimin?"

"Huh.. Mereka sudah tidur, para wanita mereka sudah kenyang dan hanya aku yang kelaparan disini karena menantimu." Dan Taehyung seketika merinding bukan main begitu sadar, sang purnama telah ada di puncak kepala mereka--sinarnya memantulkan cahaya putih yang rasanya semakin terlihat indah di kulit pucat istrinya.

"Sudah saatnya tidur, Kim Taehyung."

Dan bahkan, pemuda itu tak sempat melihat wajah sang istri begitu Irene menancapkan taringnya di tengkuk indah Kim Taehyung--membawa suaminya itu menuju malam tak berujung yang selalu terjadi saat bulan penuh.


Btw, aku lupa ngasih tau ya kalo buku ini fix punya adek? Cek lapak baru akyu sist:***

Little Do You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang