Five

1.2K 169 0
                                    

Hari sudah berganti. Tidak berubah seperti yang lalu. Keadaan masih tetap sama. Kamu merasa hari-harimu sangat mencengkam. Hanya di rumah saja kamu merasa terbebas, bisa mengambil nafas lega karena tidak mungkin Chanyeol mengintaimu. Di sekolah, bahkan hampir setiap hari kamu menemukan pria itu yang secara terang-terangan melihatmu. Entah itu di kantin, di lapangan, di koridor, atau bahkan saat sedang belajar di kelas.

Seperti halnya saat ini, kamu sedang ke perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang kamu pinjam. Petugas perpustakaan sedang memeriksa dan mengeklik mouse-nya untuk mencentang beberapa daftar buku di komputernya. Kamu menunggu untuk selesai diperiksa karena setelahnya kamu akan meminjam buku lagi. Setelah petugas mengatakan selesai, kamu segera melangkahkan kaki menuju rak buku.

Matamu meneliti satu per satu buku untuk mencari buku yang kamu butuhkan. Kakimu melangkah pelan pada lorong diantara rak-rak. Saat menemukan bukunya, kamu segera mengambilnya, membukanya sebentar untuk memeriksa isinya.

Seseorang datang dari arah kirimu, ia mengambil buku yang terletak di rak paling atas. Kamu menoleh ke arah orang itu, namun seketika kamu terkejut hingga menggeser tubuh ke kanan. Tanganmu memegang dada yang sudah berdetak tidak karuan. Lelaki di sebelahmu tidak merespon. Ia masih diam sambil melihat buku yang tadi di ambilnya.

Chanyeol melirikmu sekilas, ia mengunyah permen karetnya lalu meniupnya dan meletuskannya hingga suara itu terdengar jelas karena jarak kalian begitu dekat. Kamu segera beranjak, karena berada di dekat pria itu hanya bisa membuat dirimu tidak bisa tenang. Bayangan pisau yang menyayat itu seketika terlintas dan membuatmu bergidik ngeri.

Chanyeol menutup bukunya setelah sadar kamu pergi. Matanya menatap datar pada rambut indahmu yang menjuntai, bagian atas rambutmu hanya terikat sedikit oleh ikat rambut berwarna pink. Rambutmu bergerak ke kanan dan ke kiri seiring dengan langkah kakimu yang semakin cepat. Itu membuat Chanyeol menyunggingkan senyumannya karena merasa lucu oleh sikapmu beberapa hari ini. Pria itu kembali menggelembungkan permen karetnya sembari semakin mendekat padamu.

Kamu segera meletakkan pantatmu pada kursi di dalam perpustakaan. Tanganmu meletakkan buku tebal di atas meja. Kamu berusaha mengambil nafas banyak-banyak untuk mengurangi rasa gugupmu. Tapi sialnya, saat suara tarikan kursi membuatmu menoleh dan seketika jantungmu terasa ingin lompat. Sialan, umpatmu.

Chanyeol duduk di sebelahmu, ia membuka bukunya, lalu membacanya kalimat demi kalimat dengan kacamata yang dipakainya. Mungkin dari pandangan orang lain, pria ini adalah kutu buku dilihat dari penampilan. Oh, tapi tidak untukmu. Kamu kesal dengan segala penampilannya yang benar-benar tidak mencerminkan sifat aslinya.

Kamu segera menepis pikiranmu tentang Chanyeol dan fokus untuk membaca. Kakimu di bawah meja bergerak-gerak karena dirimu yang merasa gelisah dengan keberadaan Chanyeol. Kamu mendesah kesal karena tidak fokus membaca kali ini. Apalagi nanti pelajaran dimulai akan ada ujian mingguan. Chanyeol benar-benar mengganggu meskipun apa yang ia lakukan saat ini tidak bisa dikatakan dengan mengganggu.

Chanyeol membaca sambil memainkan pulpen yang ia bawa. Lelaki itu memutar-mutarnya berkali-kali dan meninggalkan suara yang berisik. Kamu menoleh ke arah kiri dan kanan, tidak ada yang sadar dengan suara berisik ditimbulkan oleh lelaki di sebelahmu. Padahal kamu sangat berharap lelaki itu cepat dimarahi oleh orang-orang sekitar.

Pada akhirnya, kamu berusaha untuk mengatakannya saja. "Ekhem," dehammu sejenak. "Uhm... A-apa kau bisa tidak memainkan pulpenmu itu?" tanyamu dengan hati-hati, takut menyinggung si pembunuh.

Chanyeol segera meletakkan pulpennya. "M-maaf," katanya dengan terbata dibuat-buat. Bukan Chanyeol yang kejam seperti minggu lalu. Kamu sedikit menoleh ke arahnya untuk melihat ekspresinya yang jelas. Namun kembali menatap bukumu karena tidak mau melihat wajahnya dengan lama.

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang