Twelve

1.1K 156 0
                                    

BUGGG!!!

Chanyeol memukul samsak tinjunya berkali-kali. Melampiaskan kekesalannya karena sudah berlaku bodoh menceritakan sebuah rahasianya kepadamu. Ia merasa bahwa tidak ada yang mengertinya. Meskipun Chanyeol sudah menangis pun, kamu tetap berkata bahwa Chanyeol melakukan kesalahan. Ia sangat berharap bahwa kamu mendukung apa yang dilakukan Chanyeol. Bukan malah menyalahkannya lalu menyuruhnya berhenti begitu saja. Apa yang dilakukan mereka bukanlah sesuatu yang wajar untuk dimaafkan. Bukan sesuatu yang mudah diikhlaskan dan dianggap angin lalu. Chanyeol berpikir, bahwa kamu masih memandangnya sangat buruk. Tapi ia juga bingung kenapa kamu meminta untuk berteman jika kamu tahu bahwa Chanyeol adalah pria buruk yang melakukan kesalahan sangat fatal. Chanyeol sendiri sadar, bahwa yang dilakukannya juga adalah kesalahan. Tapi semua yang dilakukannya karena ingin membalas semua dendam yang dirasakan oleh kakaknya.

BUGGG!!!!

Chanyeol menghela nafasnya setelah melemparkan pukulan sangat keras pada samsak tinjunya. Tubuhnya perlahan meluruh, jatuh ke lantai, lalu terbaring lemas di sana dengan matanya yang memandang langit-langit kamarnya. Nafasnya tersenggal, karena ia sudah latihan hampir satu jam hanya untuk melampiaskan segala emosi yang bergemuruh di dadanya. Air matanya lagi-lagi menetes bersamaan dengan matanya yang tertutup.

Mata Chanyeol kembali terbuka setelah beberapa menit ia mengatur nafasnya. Bibirnya bergetar saat mengatakan sesuatu. "Noona, apa kau bahagia di sana?" lirihnya. Tangannya bergerak untuk melepas sarung tinjunya. "Aku janji. Pasti akan menghancurkan mereka yang sudah menyakitimu, Noona. Percayalah padaku. Aku tidak akan membebaskan siapapun yang menyakitimu, bahagia di muka bumi ini," lanjutnya.

Chanyeol berusaha terduduk. Ia menyambar botol air minumnya, dan meneguknya hingga tandas dengan cepat. Banyak air yang tumpah melewati bibirnya lalu jatuh menyeluncur ke lehernya. Chanyeol membuang botolnya hingga menimbulkan suara berisik. Mata elangnya itu menatap samsaknya yang masih bergoyang pelan setelah tadi dipukulnya dengan keras. Ia berusaha untuk berdiri dengan bertumpu pada tangan kanannya.

Matanya memandang samsak itu seakan adalah musuhnya yang setelah ini akan ia musnahkan. Lima orang lagi. Tinggal sedikit lagi misinya selesai. Setelah itu, ia akan meninggalkan Korea. Dia akan pergi jauh dan memulai hidupnya dengan suasana yang baru. Chanyeol sudah tidak sabar menantikan hari itu.

Tangannya mulai mengepal. Lalu segera ia pukulkan pada samsak itu dengan keras. Hingga membuat buku-buku tangannya memerah. Ia tetap melanjutkannya berkali-kali.

BUG! BUG! BUG! BUG!

"Tolong berhentilah."

"Shit!!!" umpat Chanyeol menghentikan aksi tangannya saat mengingat ucapanmu.

Nafasnya berhembus kasar. Tangannya yang mengepal perlahan terbuka. Ia memeluk samsak itu sambil menyandarkan dahinya di sana.

"Kau tidak tahu rasanya sangat sakit! Dan kau menyuruhku berhenti begitu saja saat melihat para brengsek itu masih berkeliaran dan hidup bahagia," ujarnya, seakan kamu ada bersamanya. "Apa kau masih belum mengerti?" lirih Chanyeol padamu.

Ia perlahan mundur. Lalu mengarahkan kaki ke arah kamar mandi. Ia membasahi tubuhnya yang berkeringat di bawah shower. Air dingin yang menetes dari kepalanya sedikit dapat menghilang gejolak emosi di dadanya. Pikirannya melayang jauh mengingatmu. Saat kamu menangis ketakutan, tersenyum, tertawa, marah, sedih, dan lain-lainnya. Bagaikan sebuah film yang satu per satu memenuhi isi kepala Chanyeol. Ia selama ini tahu apa saja yang kamu lakukan karena tentu saja ia selalu memperhatikanmu dimana-mana. Jika saja Chanyeol mau, ia bisa saja langsung membunuhmu saat hari dimana kamu mengetahuinya. Tapi hati Chanyeol terasa menolak. Dan Chanyeol selalu saja tidak bisa melakukan itu padamu.

Setelah mandi, Chanyeol mengarahkan kaki ke arah tempat tidurnya. Saat tubuhnya ia rebahkan, sebuah telepon berbunyi. Chanyeol segera mengambilnya. Ponselnya ia tempelkan ke telinga setelah menggeser layarnya.

"Yeubuseyo."

"Appa sudah men-transfer uang ke rekeningmu," ucap ayahnya dari sebrang sana.

"Hm." Chanyeol segera mematikan sambungannya saat ayahnya sudah mulai mengoceh tentang uang yang sudah dihabiskan Chanyeol. Chanyeol tidak peduli.

***

Kamu memandang langit sambil berdiri di tepi balkon. Tanganmu memegang sebuah gelas berisi cokelat panas, lalu terangkat untuk mencecap sedikit rasa minuman itu sebelum akhirnya kamu turunkan kembali dan merenung lagi memikirkan Chanyeol.

Pria itu, sangat memprihatinkan. Kamu juga ikut bersedih dengan segala apapun yang menimpah Chanyeol. Tapi tetap saja, apa yang dilakukannya adalah salah besar. Balas dendam dengan membunuh banyak orang meskipun itu adalah karena kejadian masa lalu, tetap saja hal itu adalah perilaku kriminal.

Kamu menghela nafas, bingung harus bagaimana. Di satu sisi kamu menyalahkan Chanyeol, di sisi lain kamu ingin melindunginya. Kamu benar-benar tidak tahu akan dirimu. Beberapa hari yang lalu kamu sangat kesal dengan Chanyeol. Berharap pria itu musnah. Berharap mempunyai kesempatan untuk melaporkan tindakan yang dilakukan Chanyeol.

Tapi, setelah tadi tahu apa saja yang dirasakan Chanyeol. Rasanya ikut sesak. Ingin sekali selalu memeluk pria itu dan menenangkannya hingga beban di hidupnya hilang. Masih ingat jelas tadi kamu sempat membisikkan sesuatu di telinganya sebelum dia menyelesaikan tangisnya. "Percayalah, kau tidak sendiri." Bibirmu berucap begitu saja dan mampu membuat isakan Chanyeol perlahan berhenti dalam waktu beberapa menit.

Kamu hanya ingin melakukan satu hal setelah tadi menghabiskan waktu bersama dengan Chanyeol. Kamu ingin membantunya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari apa yang sudah membuatnya menjadi buas. Terlihat jelas di matanya, dia adalah pria baik. Saat dia sedang tersenyum, sangat jelas bahwa pria itu sebenarnya berhati lembut. Hatimu tergerak untuk membantunya berubah dengan mengajaknya berteman. Tapi, Chanyeol menolak.

Chanyeol memiliki sifat yang sangat keras kepala. Terlihat dari bagaimana dia memiliki rasa dendam kepada para pembunuh kakaknya. Chanyeol seperti tidak ingin menghilangkan keputusannya yang akan membunuh lima orang lainnya. Dan juga, ketika kamu menyuruhnya untuk berhenti, pria itu diam saja dengan raut wajah dinginnya. Kamu sangat tahu pasti dia marah padamu karena ucapanmu itu. Tapi kamu melakukannya hanya ingin agar Chanyeol berhenti melakukan hal itu. Entah kenapa, rasanya dalam dirimu tergerak untuk melindungi pria itu. Chanyeol sudah sangat menyedihkan saat ia masih berusia muda, lalu meninggalnya kakaknya dalam keadaan mengenaskan, kemudian menjadi pribadi yang buruk hingga saat ini.

Hatimu terasa tersentuh untuk membuat pria itu berubah. Tapi, Chanyeol menolak berteman denganmu. Dia sepertinya tidak akan mau berteman denganmu. Huh, kamu juga tidak tahu apa yang kamu katakan tadi adalah sesuatu yang benar atau tidak. Seperti buta saat bersama Chanyeol, pria itu dengan cepat bisa menutup matamu, dan hanya bisa melihat pada sisi baiknya.

Kamu meminum kembali cokelat panasmu. Lalu berbalik arah masuk ke dalam kamar. Kakimu melangkah pada meja belajar. Disana ada sebuah buku tebal berisi catatan tidak penting. Kamu menarik kursi sambil meletakkan gelasmu. Lalu membuka buku itu dan mengambil sebuah pulpen. Pada lembaran terakhir, masih ada tulisanmu yang tercetak jelas di sana. Ide-ide bodoh yang sampai sekarang belum terjalani.

1. Berteman dengan Chanyeol.
2. Menyelidikinya.
3. Mengumpulkan bukti-bukti.
4. Melaporkannya pada polisi.

Kamu segera membuka penutup pulpenmu, lalu mencoret pada tulisan nomor 2 sampai 4. Setelahnya, kamu menambahkan tulisan di sana.

2. Membantunya berubah.

Kamu tersenyum. Masih berniat untuk mengajak Chanyeol berteman. Sepertinya, hari-hari berikutnya adalah hari yang sangat berat untuk melakukan sebuah ide bodoh itu.

Kamu segera menutup buku itu, lalu beranjak dari duduk sambil membawa gelasmu kembali. Kamu berdiri menghadap jendela kaca besar sambil memandang langit yang hari ini terlihat mendung.

"Kita lihat, siapa yang akan menang," lirihmu.

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang