Three

1.5K 188 3
                                    

Mata tajamnya itu menatap tepat pada wajah gadis di depannya. Rahangnya mengetat keras. Bersiap untuk membunuh gadis tidak bersalah itu. Ia melihat air mata sudah mengalir jatuh membasahi pipi si perempuan. Tiba-tiba, seperti ada sesuatu yang lepas dari beban di kepalanya membuat lelaki itu dengan cepat menarik pelatuk pistolnya.

DORRRR!!!!

Tepat tertembak pada dinding atas gadis di depannya. Gadis itu terlonjak terkejut karena suara tembakan itu, namun akhirnya ia merasa terbebas lantaran bisa mengambil udara sebanyak-banyak. Lelaki yang mencekiknya tadi sudah menjauhkan tangannya. Terlihat ia sedang menunduk dengan mengatur nafasnya. Tangannya bergerak memasukkan pistol kembali pada saku belakangnya.

Kepalanya terangkat menatapmu kembali membuatmu langsung menundukkan kepala takut. Keringat dingin sudah membasahimu, detak jantungmu berdetak sangat cepat karena ketakutan, mata pria itu masih menatapmu tajam. Tapi dia sepertinya sudah membebaskanmu begitu saja.

"K-kenapa?" tanyamu terbata-bata. Bermaksud bertanya mengapa dia membatalkan untuk membunuhmu.

Tangan kirinya bergerak mengekangmu dengan menempelkannya pada dinding samping kepalamu. Kamu mencoba menatap matanya meskipun dirimu sedang dalam bahaya. Kamu melihat bibirnya tersenyum jahat seperti ada iblis yang menguasai tubuhnya saat ini.

Air matamu jatuh lagi. Lelaki di depanmu saat ini benar-benar menyeramkan. Padahal, setahumu dia bukanlah pria seperti ini. Lelaki itu pendiam di sekolahmu. Ya, dia satu sekolah denganmu. Lelaki itu bahkan ketika dijahati oleh teman-temanmu hanya diam saja. Tapi ternyata, sifat aslinya seperti iblis jahat.

"Jika kau mengatakan ini semua pada orang lain, aku tidak segan-segan akan membunuhmu," Suara seraknya itu terdengar begitu menyayat telingamu.

Kamu menundukkan kepala seraya menggeleng. "Bagaimana bisa aku menyembunyikannya jika aku tahu kau adalah pembunuhnya?!" katamu, sedikit berteriak.

PLAAKK!!!

Lelaki itu memukul kepalamu hingga terasa sangat sakit sekali dan membuat kepalamu begitu pening. Kamu memejamkan mata dan menangis lagi. Kali ini kamu terisak. Rambutmu yang sudah berantakan menutupi wajahmu dan semakin menangis keras.

Chanyeol segera menarik tanganmu. Dan menyeretmu untuk keluar dari tempat itu. Kamu berusaha menahan langkahmu. Kepalamu sedikit menoleh pada tubuh yang tergeletak mengenaskan di tempat itu. Kamu menggeleng sambil menarik tanganmu.

"Kau jahat!!!" jeritmu sambil menyentak tangan, lalu berlari menuju tubuh Jongin. "Jongin-ah! Jongin-ah! Kau masih hidup kan? Jongin-ah! Bangun!!!" Kamu menggerakkan tubuh Jongin yang sama sekali tidak bergerak. Kamu menangis. Meskipun Jongin sering sekali menggodamu dan membuatmu risi, dia tidak pernah bersalah apapun. Dia tetap temanmu. Melihatnya mengenaskan seperti ini membuatmu semakin menangis keras.

Suara tawa yang mengerikan membuat tanganmu semakin mengerat mencengkram baju Jongin yang berdarah. Kamu kembali merasakan ketakutan. Suara langkah kaki yang pelan namun juga berat itu perlahan mendekatimu kembali. Kamu semakin menangis.

Tubuhmu tersentak saat Chanyeol sudah menarik badanmu untuk kembali berdiri.

"Aku sudah berbaik hati untuk tidak membunuhmu!!! Jangan coba-coba untuk tidak menaati perintahku mulai sekarang!!!" katanya.

Kamu yang kesal segera menampar wajahnya dengan keras. Ia lalu memegang pipinya, bibirnya tersungging miring dan kamu benci melihat itu. Pria ini gila!

"Kau gila!!!" jeritmu. "Aarghh!" teriakmu saat tangannya mulai menyeretmu. Kamu sudah menyulut amarahnya. Tangan besarnya itu mencengkram erat pergelangan tanganmu membuatmu merintih kesakitan.

High heels yang kamu pakai juga membuat kakimu terasa sakit. Chanyeol benar-benar tidak punya hati. Ia menggeretmu melalui jalan semak-semak. Semakin membuatmu kualahan berjalan karena alas kaki yang kamu pakai. Air matamu menetes lagi karena merasakan perih di bagian kakimu.

Kamu yang daritadi mengeluh kesakitan membuat Chanyeol menoleh. Lelaki itu melihat ke arah kakimu, ia yang tahu ekspresimu yang mendesis menahan sakit di bagian kaki segera melepas cengkramannya. Sejujurnya ia tidak berani untuk berbuat kasar pada wanita. Ia menghela nafas sejenak untuk mengontrol emosinya. Lalu tangan besarnya itu segera mengangkat tubuhmu membuatmu seketika melotot terkejut.

"Astaga, apa yang kau lakukan?!" jeritmu ketakutan. Pikiranmu mulai was-was, berkeliaran kemana-mana dan seketika kamu ingin menjerit, "TOLONGGGG!!!"

"DIAM!!!" katanya yang menyentakmu membuatmu langsung bungkam dan memilih untuk diam sambil menangisi nasibmu.

Chanyeol melempar tubuhmu untuk ia letakkan di dalam mobilnya yang terletak sangat jauh dari tempat pembunuhannya. Tempat yang begitu sepi dengan jalan yang belum diaspal, masih banyak batu-batu kerikil di setiap jalan. Chanyeol masih berada di samping pintu tempat dudukmu. Ia membungkukkan tubuhnya dengan posisi yang sangat dekat denganmu.

"Aku ingatkan sekali lagi. Jika kau melapor pada polisi atau orang lain..." ucapnya menjeda. "Aku akan membunuhmu."

"Kenapa kau tidak membunuhku sekarang saja, hah?!" tantangmu.

Chanyeol tertawa. "Aku bisa saja membunuhmu dalam hitungan satu menit," katanya. "Tapi, kau terlalu cantik untuk dibunuh," katanya.

Tangannya mengambil sesuatu di saku hoodie-nya. Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat membuatmu semakin berusaha untuk menjauh namun tidak bisa karena terbentur kursi mobil. Ia membuka pisau lipat itu membuatmu terkejut, jantungmu semakin berpacu dengan cepat saat Chanyeol mengambil tangan kananmu.

Kamu berusaha menarik tanganmu dengan bergetar. "Ku-mohon..." katamu terbata. Lelaki itu menyunggingkan senyum kesenangan.

Pisau itu perlahan mendekat pada kulit mulusmu membuatmu kembali menangis. Tanganmu masih berusaha menarik namun Chanyeol lebih kuat menahanmu. Pisau itu sudah menyentuh kulitmu membuatmu menggigit bibir untuk menguatkan diri jika Chanyeol benar akan membunuhmu setelah ini.

"Aku akan menyayat kulitmu hingga habis jika kau melaporkannya," ucapnya. "Paham?!" sentaknya membuatmu terkejut. Kamu tidak bisa menjawab iya atau tidak karena ini menyangkut temanmu. Jika kamu mengatakan iya, kamu merasa sangat jahat sekali karena egois. Jika tidak, kamu membahayakan dirimu sendiri.

Karena terlalu lama menjawab, sesuatu perih di tanganmu membuatmu menjerit, "Argggh!!"

Kamu segera memegang tanganmu dan melihat kulit tanganmu yang berdarah. Hanya goresan sedikit namun itu sangat dalam membuat darah bercucuran.

"Itu peringatan pertama," ujar Chanyeol. Ia mendekatkan kembali wajahnya padamu. "Jika kau masih bersikeras untuk melapor, aku akan membunuhmu sekaligus," bisiknya membuatmu semakin menangis keras.

Chanyeol lalu menarikmu keluar dari mobilnya. Melemparmu ke jalanan. Ia lalu menutup pintu mobilnya lagi. Tangannya bergerak mengambil sesuatu di saku hoodie-nya, lalu memakai kacamatanya membuat wajah seramnya tertutupi. Kamu menatapnya dengan mata berlinang. Dia sangat pintar berakting. Pria itu lalu berjalan memutar mobilnya lalu membuka pintu pengemudi.

Sebelum masuk, ia mengatakan padamu, "Hati-hatilah di jalan, sweetheart."

Bahumu bergedik ngeri karena ucapannya. Chanyeol segera menginjak pedal gas mobilnya dan meninggalkanmu yang masih terlantar di tepi jalan. Kamu menatap tanganmu yang masih berdarah.

"Sshhh," desismu menahan sakit.

***

Chanyeol menatap dirinya yang terpantul di depan cermin. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Lalu ia segera menunduk untuk fokus membersihkan tangannya dari jejak darah yang menempel di tangannya di wastafel. Setelah membersihkan dengan sabun, ia mengambil air untuk membasahi rambutnya. Tangan besarnya terangkat membasuh ujung rambutnya hingga belakang.

Kepalanya berputar karena merasa pegal pada tulang lehernya. Ia lalu menatap dirinya kembali pada cermin. Tatapan mata tajamnya menembus kaca. Air dari rambutnya menetes berkali-kali ke dalam wastafel.

Bibirnya tersungging miring, lalu bergerak dan mengatakan, "Empat dari sepuluh."

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang