Sixteen

1K 145 0
                                    

Setelah keluar dari ruangan rapat, kamu segera berlari menyusuri koridor sekolah. Suara sepatu yang tertubrukan dengan lantai menggema karena sekolah sudah sangat sepi lantaran jam pulang sekolah sudah dari dua jam yang lalu. Matamu berkeliling mencari sosok yang tadi berjanji untuk menunggumu. Terlihat dia sedang berdiri sambil bersedekap di lobbi sekolah. Langkahmu perlahan mulai memelan saat sudah menemuinya. Perasaan lega karena dia tidak mengingkari janji.

Kamu berjalan dengan santai sambil mengatur nafas setelah berlarian. Kakimu mengarah ke Chanyeol yang berdiri tidak jauh dari posisimu sambil melamun menatap air-air yang berjatuhan. Kamu segera berdiri di sampingnya sambil ikut menatap genangan air yang ada di depanmu.

Hujan sudah terjadi sejak satu jam lalu. Air sangat deras turun ke bumi. Hawa dingin merasuk ke tubuhmu membuatmu seketika bergidik dan mengusap lengan dengan kasar. Chanyeol yang baru sadar ada seseorang di dekatnya segera menoleh. Ia mendapatimu yang menggigil kedinginan.

"Sudah selesai?" tanyanya.

Kamu menoleh ke arahnya, "Ne. Apa kita pulang segera?" tanyamu.

"Hujan," jawabnya seraya memandang ke depan lagi.

"Ya sudah, kita tunggu saja," ucapmu.

Kamu menghela nafas. Menghirup bau air hujan yang sangat khas. Mungkin akan menunggu setengah jam lagi hujan akan segera redah. Tapi melihat berapa derasnya hujan yang memukul bumi, mungkin akan lebih dari itu. Chanyeol sesekali melirikmu yang kedinginan. Jika saja ini adalah cerita novel-novel atau film percintaan yang biasa kamu baca, si pria yang peduli dengan perempuannya meminjamkan jaketnya saat sedang kedinginan, tapi tidak untuk Chanyeol. Pria itu tidak peduli, meskipun nanti kamu mati kedinginan pun. Ia hanya merasa terganggu oleh suaramu yang mendesis kedinginan.

Kamu menoleh pada Chanyeol yang tampak diam saja sedaritadi. Hanya suara hujan yang mengisi keheningan kalian. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Bibirmu mengerucut kesal karena merasa bosan dengan suasana ini. Chanyeol juga sudah pasti tidak mempunyai bahan obrolan. Kamu menghadap depan kembali. Suara tepukan hujan yang mengenai tanah seakan suara musik yang mulai mengalun. Kepalamu terngiang sebuah lagu tiba-tiba.

"Biga odeon usan sok... Jeojeun neoui eokkae kkeut..." gumammu pelan, menyanyikan sebuah lagi berjudul Rain. Chanyeol menoleh ke arahmu karena mendengar suara nyanyian dari mulutmu. Matanya tidak berkedip melihatmu yang tampak cantik dari samping, dengan mata bulat lucumu yang berkedip perlahan. Bibirmu mulai membuka kembali. "Jageun tteollimdo neukkil su isseotdeon... neowaui geori..." lanjutmu. Kepalamu menoleh pada Chanyeol karena merasa diperhatikan. Kamu menyengir lucu dan Chanyeol segera mengalihkan pandangannya. Kamu masih menyanyikan lagunya, sambil tanganmu bergerak ke depan untuk merasakan air hujan yang turun.

Air hujan mulai memukul keras di tanganmu. Kamu membalikkan tanganmu berkali-kali sambil bersenandung. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalamu. Dengan iseng, kamu menampung banyak air di telapak tanganmu, setelah penuh, kamu segera menyipratkannya pada muka Chanyeol. Chanyeol yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu terkejut. Ia menatapmu tidak terima sambil mengusap wajahnya yang basah. Jaket yang dipakainya juga ikut basah.

"Sini kau!" geram Chanyeol lalu menarikmu cepat sebelum kamu kabur.

Chanyeol mengunci lehermu. Lalu tangannya mengambil air hujan sebanyak-banyaknya.

"Huwaaaa, Yeollie! Lepaskan! Mianhae. Aku hanya ingin main-main saja!" teriakmu.

Chanyeol tidak peduli. Ia segera mengusap air di wajahmu membuat wajah dan seragammu basah. Chanyeol segera melepasnya setelah ia puas memainkanmu.

"Ah kau jahat sekali!" jeritmu sambil memukul lengannya.

Kamu menatap Chanyeol bak musuh sekarang. Sedangkan pria itu hanya menatapmu datar tanpa merasa bersalah sedikitpun. Apa dia tidak tahu kamu sangat kedinginan saat ini? Kamu mencoba untuk berekspresi biasa saja agar Chanyeol tidak mengetahui niat jahatmu yang tiba-tiba muncul. Kamu menatap ke depan lagi sambil merapikan rambutmu yang kusut. Sesekali kamu melihat Chanyeol. Ia sekarang sudah biasa saja dan menikmati menunggu hujan redah. Tanganmu mulai bergerak untuk masuk ke dalam saku jaketnya dan mengambil tangannya. Chanyeol tersentak kaget karena sentuhanmu yang tiba-tiba. Kamu hanya menyengir tanpa bersalah lalu menautkan jari-jarimu pada jemari besarnya. Mengusapnya dengan tanganmu yang lain untuk memberikan kehangatan. Chanyeol sedikit menarik tangannya karena ia merasa jantungnya akan lepas saat ini, tapi kamu menahannya dengan kuat.

"Lepaskan."

"Tidak mau."

Chanyeol menghela nafasnya pasrah. Tapi belum juga ia menghembuskan nafas sepenuhnya, ia sudah dibuat kaget olehmu. Kamu mendorongnya dengan kuat hingga ia terkena hujan deras. Seketika kamu tertawa keras melihatnya yang sudah basah saat ini di bawah hujan.

"Hei! Berani-beraninya kau!" tegurnya tidak terima.

Ia mengusap wajahnya sejenak, sebelum akhirnya ia menarik tanganmu dengan kuat saat kamu sedang sibuk menertawakannya. Kamu terkejut karena tiba-tiba merasakan sekujur tubuh kedinginan. Kamu segera memukul Chanyeol yang masih tampak tidak berekspresi. Ia benar-benar tidak mempunyai rasa bersalah sedikitpun.

"Oh My God! Yeollie! Dasar, kau!!!"

Chanyeol tidak menanggapi. Karena sudah terlanjur basah, ia akhirnya berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Kamu yang melihat itu segera menyusulnya. Pikiranmu dengan cepat berproses dan membuatmu segera menahan tangan Chanyeol. Ia menoleh ke arahmu dengan ekspresi bertanya. Kamu tersenyum penuh arti, lalu menarik tubuhnya untuk menjauh dari mobil. Dan menggiringnya ke arah gerbang sekolah.

"Kita hujan-hujanan saja. Biarkan mobilmu di sekolah," katamu.

"Mwo?! Ah tidak, aku ha--"

"Aniyo. Kau harus merasakan kesenangan ini sesekali," potongmu.

Chanyeol hanya bisa pasrah saja saat kamu menariknya sambil berlari. Membuat genangan air yang terinjak menyiprat hingga mengenai sepatu. Tanganmu yang bebas merasakan air hujan yang menetes di telapak tanganmu. Kamu menoleh ke Chanyeol yang masih berekspresi pahit sedari tadi.

Setelah keluar dari area sekolah, kamu menyodorkan tanganmu ke wajah Chanyeol untuk menarik bibirnya agar tersenyum.

"Bersenang-senanglah kali ini," ucapmu.

Chanyeol segera melepas tanganmu yang ada di wajahnya. Kamu kembali menarik tangan Chanyeol, mengajaknya berjalan melewati trotoar.

"Yeollie, kau tahu, saat ini langit sedang menangis," katamu dengan volume suara sedikit membesar untuk mengalahkan suara air hujan agar Chanyeol mendengarkanmu.

"Hm."

"Tapi setelah ia menangis, langit akan memunculkan warna cerahnya. Terkadang ada pelangi juga yang datang untuk makin memperindahnya," ucapmu. Kamu menoleh pada Chanyeol sambil tersenyum tipis. "Tapi, kenapa manusia susah untuk bahagia setelah mereka bersedih?" tanyamu. Pertanyaan yang juga tertuju pada Chanyeol saat ini.

Pria itu masih memandang ke depan. Entah ia sedang memikirkan perkataanmu atau tidak. Namun bibirnya perlahan terbuka. "Karena manusia mempunyai perasaan?" katanya, lebih pada nada tanya. Sepertinya ia juga bingung dengan jawabannya sendiri.

Kamu memandang ke depan kembali. Matamu melihat beberapa pohon yang tumbuh di tepi jalan. "Karena manusia terlalu bodoh untuk menyia-nyiakan hidupnya dengan kesedihan. Padahal, masih banyak hari esok yang akan ditempuh," jawabmu.

Chanyeol segera melepaskan tanganmu. Kamu terkejut, kamu pikir Chanyeol marah dengan perkataanmu. Apa dia tersinggung? Langkah kalian sama-sama terhenti. Kamu menoleh ke arahnya yang kini sedang melepaskan jaketnya. Alismu terangkat bingung dengan sikapnya sekarang. Jaketnya sudah terlepas dari tubuhnya. Ia segera melemparnya ke arahmu membuatmu terkejut dan tidak siap menangkap jaketnya.

"Kenapa?" tanyamu bingung.

Chanyeol tidak memandangmu. "Cepat pakailah! Apa kau tidak sadar dirimu banyak mengundang mata lelaki?!" tanyanya sarkas.

Kamu menautkan alis bingung. Namun, pada akhirnya kamu sadar setelah melihat seragamnya yang basah dan sangat melekat pada tubuhmu hingga membentuk lekuk tubuhmu saat ini. Kamu segera memakainya dengan cepat. Jaket Chanyeol sangat kebesaran saat ini, hingga menutupi kedua tanganmu.

"Terima kasih," ujarmu, sambil kembali menautkan tanganmu padanya.

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang