Twenty Two

1.1K 157 2
                                    

Tidak mau membuang waktu, kamu segera menyikut perut pria yang akan menarik pistolnya itu ke arahmu. Pria itu langsung mengaduh dan menurunkan tangannya. Kamu segera berlari ke arah Chanyeol. Melihat itu, Chanyeol segera menarik tanganmu dan berlari dengan cepat menjauh dari tempat itu.

"Chanyeol-ah, bagaimana ini?" tanyamu ditengah larian.

"Tenanglah," ucap Chanyeol.

Pria itu terlihat tegang. Ia masih menggenggam tanganmu. Dalam hati ia berharap bahwa ia berhasil untuk kabur. Suara mobil polisi itu masih terdengar. Chanyeol merasa bahwa sepertinya harinya semakin menipis. Ia sedikit melirik ke arahmu. Lalu ia segera memandang ke depan lagi. Kakinya berbelok ke sebuah arah yang tampak terlihat rumput-rumput liar tumbuh di sana. Chanyeol semakin mempercepat larinya dan itu cukup membuatmu merasa pegal. Kamu mengusap dahimu yang sudah basah oleh keringat. Matamu menatap Chanyeol yang terlihat sangat tegang sekali. Tanganmu menggenggam tangannya semakin erat untuk memberinya kekuatan.

Chanyeol menghentikan langkahnya saat sudah mendekat pada lapangan luas yang ditumbuhi rumput-rumput liar. Ia menoleh sejenak ke arahmu. Ia yang melihatmu hanya terbalut kaos segera melepas hoodie-nya, lalu memberikannya padamu.

"Pakailah, kau kedinginan," ucapnya.

Kamu tersenyum, tanganmu terangkat untuk menghapus peluh di wajahnya. Chanyeol memejamkan matanya, merasakan sentuhanmu yang lembut. Apa boleh ia berharap untuk bisa merasakan ini lagi dan lagi? Kamu segera menurunkan tanganmu, dan memakai hoodie Chanyeol yang kebesaran di tubuhmu. Meskipun bawahanmu yang masih hanya terbalut celana pendek, tapi ini lebih baik karena kain tebal yang menutupi tubuhmu memberi sedikit kehangatan. Kamu kembali menggenggam tangan Chanyeol. Dan kembali menyuruhnya untuk berjalan tapi Chanyeol menahan dirinya.

"Wae?"

"YN-ah, aku minta maaf sudah membuatmu seperti ini," ucapnya. "Aku memang lelaki payah," katanya sambil menunduk.

"Yeollie, jika kau terus begini. Itu akan membuat polisi mendekat. Ayo cepat!" Kamu kembali menarik tangannya.

Chanyeol akhirnya kembali menjalankan larinya dengan perasaannya yang masih merasa bersalah padamu. Ia sungguh merasa tidak pantas kali ini. Ia membawamu berlari dari kejaran polisi. Bagaimana jika orangtuamu akan tahu tentang ini? Pasti akan marah besar. Dan Chanyeol jadi merasa kecil. Ia sungguh berbeda denganmu. Berbeda dari segala sisi manapun. Keluargamu adalah keluarga baik-baik, sedangkan Chanyeol lahir dalam keluarga yang begitu hancur. Pada sifat pun berbeda, Chanyeol mempunyai sifat kejam, sedangkan kamu adalah gadis baik-baik. Chanyeol sungguh tidak pantas bersanding denganmu.

Suara beberapa langkah kaki membuat Chanyeol dan kamu menegang. Sepertinya itu adalah para polisi yang sedang mencari keberadaan Chanyeol. Chanyeol segera menghentikan langkahnya, ia menatapmu dengan tatapan dalam. Matanya menatap serius pada bola mata hazelmu.

"YN-ah."

"Hm?"

"Pulanglah."

"Mwo?"

"Untuk apa kau disini? Bersamaku. Menghindar dari kejaran polisi. Ini sungguh tidak baik untukmu," jelasnya.

"Kau ini bicara apa? Aku temanmu. Aku berhak menemanimu. Aku berhak ikut melindungimu," ucapmu sambil menatap matanya yang kini sudah berkaca-kaca. Kenapa ia menangis?

"YN-ah, terima kasih," ujarnya. "Aku senang bisa berteman denganmu," lanjutnya. Tangannya bergerak untuk mengelus rambutmu yang kini sudah berantakan. "Pulanglah. Ibumu pasti khawatir. Kau lebih baik sekarang pulang, cuci kaki, cuci muka, lalu tidur. Ini sudah malam, tidak baik untukmu berkeliaran di luar rumah," ujarnya yang mulai tidak masuk akal lagi.

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang