Eight

1K 159 1
                                    

Lapangan basket itu riuh oleh para penonton. Sedangkan kamu sudah cemas sendiri. Bukan karena siapa yang memenangkannya. Tapi kamu hanya ketakutan jika Chanyeol marah besar. Bagaimana jika Jongdae setelah ini akan dikabarkan mati mengenaskan? Oh tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Jangan sampai Chanyeol semakin membunuh banyak orang.

"Sudahlah, tenanglah. Jongdae pasti yang akan menang," kata Seulgi menenangkanmu. Ia salah paham.

Kamu tidak menjawabnya. Kamu menggigit bibirmu karena rasa cemas semakin menjadi. Dari jauh kamu melihat Chanyeol sudah di dorong-dorong oleh teman-teman Jongdae. Chanyeol sudah memakai baju jersey-nya. Sementara Jongdae sudah siap dengan gaya kerennya. Ia berjalan sambil membawa bola basket di samping tubuhnya. Suara teriakan para wanita menyuarakan 'Kim Jongdae' untuk memberi dukungan. Jongdae memberikan senyuman manisnya untuk pertanda terima kasih. Chanyeol segera di dorong dengan cara menendang pantatnya untuk memasuki arena.

"KIM JONGDAE!!! KIM JONGDAE!!! KIM JONGDAE!!!"

Kamu hanya diam saja. Tidak tahu harus bagaimana. Ini sebenarnya pertandingan yang tidak penting. Lagipula kamu tidak ada hubungan apapun pada Chanyeol. Menjauh atau tidaknya itu tidak ada pengaruhnya sama sekali. Pria itu pasti akan tetap mengintaimu dimana-mana.

Suara peluit berbunyi nyaring. Kamu kembali sadar dalam lamunanmu. Tidak terasa ternyata pertandingan sudah di mulai. Jongdae menguasai bolanya. Ia men-dribble bola basket itu sambil melangkah pelan. Chanyeol berada di depannya, sudah bersiap untuk mengambil ancang-ancang meraih bola itu. Jongdae tersenyum sinis, ia merasa pasti akan memenangkannya. Karena setahu Jongdae, Chanyeol bukanlah lelaki yang pandai dalam pelajaran olahraga.

Jongdae segera bergerak cepat hingga melewati Chanyeol. Lalu ia segera menuju ke arah ring. Dalam hitungan detik, ia melompat dan memasukkan bola basket itu masuk ke dalam ring. Ia tersenyum penuh kemenangan. Suara tepuk tangan semakin riuh. Teriakkan untuk menyemangati Jongdae semakin keras. Teman-teman Jongdae menyambut kemenangan pertamanya dengan menepuk punggungnya dan memberi kata-kata semangat. Sementara untuk kekalahan Chanyeol, para sahabat Jongdae itu segera memukulnya bergantian.

Kamu yang melihat itu segera berdiri dari bangku penonton. "HEI!!! JANGAN MEMAKAI KEKERASAN!!!" teriakmu. Ini hanya bermaksud agar tidak menyulut marah Chanyeol.

Semua orang yang berada di area lapangan itu menatapmu. Mereka langsung berbisik membicarakanmu yang membela Chanyeol. Terlihat dari jauh Chanyeol sempat melirikmu walau sepintas. Minseok segera mengalihkan pikiran orang-orang dengan mengatakan pertandingan segera dimulai kembali.

Kali ini, Chanyeol menguasai bola itu. Ia sebenarnya tidak seberapa semangat dengan pertandingan ini karena tidak terlalu penting. Hanya masalah wanita yang tidak sama sekali Chanyeol minati. Wajahnya masih tetap datar. Tidak menunjukkan emosinya sama sekali. Rasa sakit di kepalanya dan anggota tubuhnya yang lain karena pukulan masih terasa, namun ia menahannya.

Karena tidak fokusnya Chanyeol, Jongdae kembali menguasai bola itu. Dalam hitungan menit, lelaki itu sudah menyetak skor lagi. Chanyeol mengusap keringat yang ada di dahinya. Belum juga ia bernafas lega, sudah mendapat serangan tiba-tiba dari yang lain. Mereka tetap tidak mendengarkan perintahmu yang melarang untuk melakukan kekerasan.

Beberapa menit kemudian, sudah mencetak skor 4:0, dimenangkan oleh Jongdae tentunya. Seruan tepuk tangan semakin menggema. Berkali-kali Chanyeol mendapat pukulan dari teman Jongdae. Chanyeol yang sudah malas untuk mendapatkan pukulan berusaha untuk memenangkan kali ini. Ia memantulkan bola dengan pelan seraya berpikir untuk menipu Jongdae. Setelahnya, ia segera bergerak cepat. Kaki panjangnya berlari dan ia segera melompat sambil melempar bola ke arah ring.

Yes! Masuk!

Tapi yang menyambutnya suara tidak terima dari penonton. "Wuuuuuu!!!" Chanyeol tidak peduli akan hal itu. Kamu yang melihat betapa tidak adilnya orang-orang segera berdiri. Tanganmu terangkat untuk memberikan tepuk tangan. Semua orang kembali menatapmu dengan tatapan bertanya. Jongdae terlihat tidak terima. Chanyeol hanya menunduk sambil berjalan dan mengusap rambutnya. Tidak ada yang tahu, bahwa dia tersenyum. Tipis sekali.

Pertandingan kembali dimulai. Kali ini Jongdae kembali memenangkannya. Mungkin karena emosi melihatmu memberikan dukungan pada Chanyeol, ia semakin bersemangat untuk menang. Dan teman-temannya juga semakin bersemangat memukul Chanyeol.

Kemudian, saat skor terhitung 6:1, teman-teman Jongdae kembali memukul Chanyeol sedikit lebih keras hingga membuat kacamata Chanyeol lepas dari tempatnya. Dan yang tidak disangka, kacamata itu terinjak hingga retak berkeping-keping. Oke, ini sukses membangunkan singa yang sedang tidur.

"Ups, sori," kata si kurus sambil mengangkat tangan dan memasang wajah tidak bersalah.

Chanyeol mengetatkan rahangnya dan menatap tajam satu per satu orang yang memukulnya. Ia segera menendang kepingan kacamatanya itu dengan kasar. Tatapan tajamnya terlihat begitu jelas saat tidak memakai kacamata. Kamu jadi semakin gelisah. Chanyeol melangkah kaki mengarah pada Jongdae dengan tatapan menantang. Kepalanya ia putar untuk menghilangkan rasa pegal di lehernya. Lalu ia mengusap kepalanya dan menyibakkan rambut basahnya oleh keringat itu membuat kesan cool. Para perempuan hanya bisa menahan nafas melihat itu. Melihat Chanyeol yang melepas kacamata terlihat sangat berbeda.

"Jika aku memenangkannya..." kata Chanyeol menggantung dengan suara tertekan. "Aku akan memukulmu dengan ini sebagai gantinya." Chanyeol menunjukkan kepalan tangannya.

Kamu segera berdiri dari dudukmu dengan wajah ketakutan. Jongdae di sana sudah tertawa mengejek. "Oke. We will see," katanya sambil mengangkat bahunya.

Chanyeol tersenyum miring.

"Tidak! Lebih baik ini berhenti saja!" teriakmu.

Chanyeol menoleh, tatapan tajamnya berubah ke arahmu. "Itu tidak adil untukku!" katanya, sambil melempar bola basket tepat di muka Jongdae, untung saja pria itu dengan sigap menangkapnya.

"Sialan kau!" umpat Jongdae pada Chanyeol. Sedangkan Chanyeol hanya menunjukkan senyum mengejeknya.

Pertandingan itu berubah tegang. Sebelum melakukan pertandingan, Chanyeol mengambil air dingin dan meneguknya hingga tandas. Setelahnya ia melempar botol begitu saja dan siap untuk bertarung. Menit demi menit berlalu. Otak Chanyeol bekerja untuk mencari taktik yang hebat agar bisa memenangkan kali ini. Ia segera merebut bola. Memukul bola itu hingga memantul berkali-kali dan berlari menuju ke arah ring. Pria itu segera melompat dan men-shoot-nya tepat ke dalam ring. Tidak ada suara seruan semangat dari penonton. Chanyeol kembali memenangkan lagi. Suara seruan dari teman-teman Jongdae menyemangati Jongdae. Berkali-kali Chanyeol sudah memenangkannya. Sudah lama ia tidak bermain basket setelah kejadian 'dulu'. Saat SMP dulu ia sempat menjadi anggota klub basket. Dan sejak sebuah insiden itu, ia berubah menjadi penyendiri.

Dug!!! Suara pantulan bola basket untuk terakhir kalinya Chanyeol lemparankan melewati ring. Ia menghembuskan nafas lega. Tangannya terangkat mengusap poni rambutnya. Peluh membasahi tubuhnya. Para wanita hanya bisa melongo melihat keseksian Chanyeol saat ini.

Kamu menggigit jarimu cemas karena setelah ini pasti Chanyeol akan melakukannya. Dan benar saja, pria itu berbalik. Melangkah dengan pelan seperti saat ia akan memburu mangsanya. Tatapan tajam ia gunakan dan senyuman sinis tampil di bibirnya. Saat sudah dekat dengan Jongdae--pria itu sedang mengusap dahinya dengan tisu. Tanpa aba-aba, Chanyeol segera melemparkan bogemannya pada muka Jongdae.

BUGGGGG!!! Pukulan itu diiringi dengan tubuh Jongdae yang limbung jatuh ke tanah.

Semua orang berteriak terkejut melihat itu. Teman-teman Jongdae segera mendekat untuk menolong Jongdae. Bibirnya sudah mengeluarkan darah karena ulah Chanyeol.Chanyeol tidak peduli lagi. Ia segera berbalik, namun matanya sempat melirikmu yang juga sedang menatap Chanyeol dengan pandangan ketakutan. Chanyeol segera keluar dari lapangan.

***

Kakimu melangkah cepat menyusul Chanyeol yang masih menggunakan jersey-nya dengan tas punggung di belakangnya. Kamu segera memanggilnya untuk menahan Chanyeol agar tidak semakin menjauh. Pria itu akhirnya berhenti. Kamu berlari menyusulnya hingga berada tepat di depannya. Kamu menghembuskan nafas sejenak. Chanyeol menatapmu dengan datar.

"Ku mohon, jangan membunuhnya," katamu sambil menempelkan kedua tanganmu.

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu mereka keterlaluan dengan membullymu. Tapi tolong, jangan lakukan hal yang kelewat batas dengan membunuh mereka," katamu.

Chanyeol tertawa sinis setelah mengerti apa yang kamu maksud. Ia lalu mengibaskan tangannya. "Mereka tidak masuk dalam daftarku," ucapnya, lalu berlalu pergi meninggalkanmu yang bingung dengan ucapannya.

Jadi, dia membunuh bukan karena pembullyan?

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang