CHAPTER 2 PAMAN ATAU GURU?

2K 146 0
                                    


Di kediaman Paman Raito, kami mencoba membiasakan diri dengan kondisi kediaman uchiha. Memang masih terasa asing, karena kami memang bukan berasal dari clan uchiha. Namun tidak terlalu buruk, apa yang dikatakan Paman Raito benar.

Clan Uchiha bisa menerima kami dengan hangat, bahkan kami dianggap sebagai keluarga baru mereka. Dan tak jarang juga, anak-anak dari clan uchiha seusia kami pun bermain bersama.

Hingga pada suatu hari, salah satu bocah uchiha bertanya kepada kami,
"Hey, apakah kalian ingin menjadi shinobi?"
"SHINOBI??", tanya kami bersamaan.
"Iya. Kalian tahu sendiri kan, kalau clan uchiha adalah salah satu clan terbaik di Desa Konohagakure.", jelasnya.

"Tapi kami bukan dari clan uchiha, jadi mana mungkin kami bisa menjadi shinobi", jawab Mira.
"Hey, siapa bilang kalau shinobi itu harus berasal dari keluarga shinobi juga? Warga biasa juga boleh, asalkan ada kemauan. Bahkan jika ia mau, ia juga bisa menjadi hokage. Aku juga ingin menjadi shinobi yang kuat, agar aku bisa melindungi desa,", jelasku.

"Iya, lagipula kalian kan tinggal di kediaman uchiha, jadi kalian juga merupakan clan uchiha" jawab bocah uchiha itu sambil tersenyum lebar.

"Itu benar, kalian juga merupakan keluarga uchiha. Meski kalian bukan berasal dari clan uchiha, tapi sekarang kalian adalah keluarga uchiha. Kalau kalian mau, aku bisa melatih kalian  dan memasukan kalian ke akademi."

Tiba-tiba Paman Raito sudah berada dibelakang kami saja.
"Hah? Yang benar saja Paman. Kami baru beberapa hari tinggal disini, kenapa Paman ingin memasukan kami ke akademi?", tanya Mira heran.
"Tenang saja, lagipula ini juga merupakan perintah dari Fugaku-sama, dia adalah pemimpin clan uchiha", jelasnya.

"Hey, Mira. Apakah kau ingin menjadi shinobi?", tanyanya sembari tersenyum. Mira hanya tersentak kaget dengan apa yang dikatakan Paman Raito.

"Kirana saja bersemangat ingin menjadi shinobi, apakah kamu ingin menyerah disini karena ayahmu yang sudah tiada?", lanjutnya.
Kata-kata Paman Raito membuat Mira kembali mengingat saat-saat memilukan itu. Tapi tak lama, Mira mengangkat kepalanya,
"Tentu saja tidak, aku akan menjadi shinobi yang hebat. Aku akan buktikan kepada ayahku disana, bahwa aku adalah seorang gadis yang kuat. Aku akan menjadi shinobi yang mampu melindungi desa.", jawab Mira bersemangat.

"Ya. Aku juga akan menjadi shinobi yang hebat, yang mampu melindungi teman-temanku dan juga melindungi desa.", jawabku tak kalah semangat.

Sebelum kami benar-benar masuk akademi, kami berlatih bersama Paman Raito. Ia mengarjakan kepada kami hal-hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh shinobi. Ia memberitahukan kami apa itu chakra, ninjutsu, taijutsu, dan lain sebagainya. Tak lupa ia juga mulai mengajarkan kami sedikit cara bertarung.

Sedikit sulit memang, apalagi saat kami berusaha untuk mengontrol chakra. Membutuhkan konsentrasi dan kekuatan yang cukup. Tapi meski begitu, Paman Raito.. Ah.. Tidak. Mungkin sekarang kami lebih cocok memanggilnya sensei. Ya, Raito-sensei. Itu panggilan yang cocok untuknya sekarang. Meski begitu, Raito-sensei tidak menyerah untuk melatih kami agar kami bisa mengontrol chakra dengan baik.

"Baiklah, Kirana-chan, Mira-chan. Latihan hari ini kita cukupkan saja ya. Kita akan melanjutkannya besok. Karena kalian masih harus melatih pengontrolan chakra kalian, agar kalian bisa menggunakan chakra kalian dengan baik.", jelasnya panjang lebar.

"Arigatou, Raito-sensei", jawabku.
"Eh.. Sensei??", tanyanya terkejut.
Aku dan Mira hanya tertawa melihat ekspresi Raito-sensei yang bisa dibilang sangat lucu.

"Hey hey, kenapa kalian malah tertawa??", tanyanya heran.
"Sumimasen, sensei. Ternyata Raito-sensei sangat lucu ya saat terkejut dengan eskpresi terbelalak seperti tadi", jawab Mira yang dilanjutkan dengan kepuasan kami menertawai Raito-sensei.
Raito-sensei hanya terdiam sambil menunduk malu.

"Paman, dengar ya. Alasan kami memanggil Paman dengan sebutan sensei karena paman sudah melatih kami dengan baik. Jadi kami memanggilmu Raito-sensei", jawabku sembari tersenyum.

"Itu kalau sudah di akademi, Kirana" jawabnya.
"Kenapa? Apa harus di akademi kalau kami ingin memanggil Paman dengan sebutan sensei?, tanya Mira.

"Aku tidak mengajar di akademi. Aku hanya shinobi yang terkadang diberikan misi oleh Hokage-sama.", jelasnya.

"Kalau begitu apa salahnya kami memanggil Paman dengan sebutan sensei? Di akademi nanti, kami memang akan memanggil para Jounin yang ada dengan sebutan sensei. Tapi apakah salah jika kami juga memanggil Paman dengan sebutan sensei disini? Kan paman.. Eh.. Maksudku sensei kan juga melatih kami, lagipula sensei kan sudah menjadi Jounin  berpengalaman", jelasku panjang lebar.

Raito-sensei hanya terdiam mendengar jawabanku. Tiba-tiba Raito-sensei menyuruh kami untuk mendekat,
"Kirana-chan, Mira-chan, kemarilah!".

Kami pun mendekat dan berlari menuju Raito-sensei.

'PLETAAKK'
"Ittai, kenapa sensei menjitak kepala kami?, gerutu Mira kesakitan.

"Hehehe.. Kalian memang sedikit menyebalkan, tapi aku suka dengan sikap kalian. Baiklah, terserah kalian mau menanggilku apa, yang penting kalian harus rajin berlatih agar kalian menjadi shinobi yang hebat", jelasnya panjang lebar.

"Sudah, ayo kembali kerumah!", ajaknya. Kami hanya tersenyum dan kemudian mengekor dibelakang Raito-sensei.

Maaf yah..barangkali jelek, silakan kasih masukan dan saran kalian di komentar ya..

✓ The Real Uchiha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang