Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku benar-benar merasa payah dalam hal ini. Aku tak tahu apakah aku bisa melakukan apa yang Paman Raito, Mira, dan Itachi percayakan kepadaku.
"Ĥuh....."
Aku hanya menarik nafas panjang. Sepanjang perjalanan pulang, aku terus memikirkan tentang ucapan Itachi dan kejadian barusan. Pikiranku benar-benar kacau. Tiba-tiba, aku merasa tubuhku melemas. Aku tak mampu lagi berdiri. Dan seketika, aku tersungkur ketanah dalam keadaan setengah sadar. Tiba-tiba, aku melihat seseorang mendekatiku."Nee-chan! daijoubudesuka? Nee-chan!!"
Perlahan aku mulai bisa melihatnya dengan jelas.
Dan ternyata, dia adalah Uchiha Amida.
"Uh.. Omae..""Apa kakak baik-baik saja?", tanya Amida.
"Aku baik-baik saja. Kau tak perlu cemas.", ujarku.
"Hmm.. Sepertinya kakak kelelahan. Lebih baik, kakak kerumahku dulu saja untuk beristirahat.", tawarnya.
"Tidak, terima kasih. Lagipula kediamanku sudah dekat.", jawabku menolak.Aku berusaha berdiri, tapi percuma. Aku benar-benar tak mampu berdiri.
"Sudahlah, kakak. Ayo!",
Amida berusaha membantuku berdiri dan menggandengku kerumahnya.
"Pakailah selimut ini, agar tubuh kakak cepat pulih. Aku akan membuatkan teh hangat untuk mengembalikan kesegaran kakak", serunya sambil tersenyum.Aku hanya tersenyum melihat Amida. Dia sama sepertiku, tinggal sendirian. Tapi, dalam benakku terfikir, apa dia tak kesepian tinggal sendirian. Usianya masih terlalu kecil untuk melakukan semua ini.
Setelah beberapa lama, Amida pun datang dengan menbawa teh buatanya.
"Terima kasih, Amida. Kalau tadi kau tidak datang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku.", ucapku."Tidak masalah, kakak. Oh iya, kalau boleh tau kenapa kakak bisa seperti ini?", tanyanya.
"Tidak. Aku hanya sedang menghadapi konflik dengan perasaanku sendiri.", jawabku."Memangnya ada apa dengan perasaan kakak?", tanyanya penasaran.
"Huh.. Begini. Sebelumnya aku minta maaf, aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu. Karena kau itu masih terlalu muda untuk tahu semua ini. Aku hanya bisa menceritakan intinya saja", jawabku."Tidak masalah. Memangnya apa yang terjadi?", seru Amida.
"Aku sedang terjebak dengan persaaanku. Aku mendapatkan kepercayaan dari orang-orang terdekatku. Tapi, aku tak yakin kalau aku bisa melakukan apa yang mereka percayakan padaku. Apalagi, saat ini aku sedang menghadapi banyak masalah. Dan.. Aku baru saja bertemu dengan Itachi.", jelasku."I.. Itachi? Bukankah dia kakak dari Sasuke yang telah melakukan pembantaian kepada clan kita?", tanyanya terkejut.
Aku hanya mengangguk mendengar pertenyaan Amida. Kemudian Amida mendekatiku dan memeriksa seluruh tubuhku."Apa kakak tidak apa-apa? Apakah dia menyakiti kakak?"
Aku hanya terkekeh melihat tingkah Amida yang begitu khawatir. Dan itu membuat Amida kebingungan."Kenapa kakak tertawa?
"Kau ini, tak perlu secemas itu. Aku tidak apa-apa, dan Itachi tidak menyakitiku. Dia.. Hanya berbicara denganku.", jelasku.
"Huh?? Berbicara tentang apa?", tanyanya penasaran."Huh... Soal.. Pembantaian yang dia lakukan.", jawabku.
Amida hanya terkejut dan menatap lekat-lekat wajahku. Aku hanya tersenyum, sudah kutebak pasti dia ingin tahu apa Itachi bicarakan tentang pembantaian clan kepadaku."Begini, Amida. Itachi menjelaskan semuanya kepadaku. Dia memberi tahu alasan kenapa dia melakukan hal itu.", jelasku.
"Apa alasannya?", tanya Amida.
"Karena itu semua, adalah misi rahasia yang diberikan Tuan Danzou dengan alasan untuk melindungi desa dari kudeta yang akan dilakukan oleh clan kita.", jelasku."Maksudnya, Tuan Danzou lah dalang dari pembantaian itu?", tanya Amida memastikan.
"Kau benar. Dan tadi, setelah aku kembali dari misi, aku sempat berdebat dengan Tuan Danzou. Aku memang sengaja karena aku ingin mendengar penjelasannya dan menuntut keadilan untuk Uchiha.", jelasku."Lalu, apa dia menjelaskannya?", tanyanya lagi.
"Tidak, dia bahkan tak menjelaskan apapun. Malah dia sudah tidak mau lagi mengungkit masalah itu lagi.","Tidak kusangka, bahwa sebenarnya Tuan Danzou lah penyebab semua ini. Kalau begitu, Itachi tidak bersalah.", seru Amida.
"Kau benar, Amida. Justru sebaliknya, Itachi adalah pahlawan bagi Desa Konoha."
Aku menatap langit yang senja, warna oranye yang muncul membuatku menjadi tenang."Kakak, apa kakak mengenal Itachi dengan baik?", tanya Amida tiba-tiba.
"Hm.. Tentu saja. Bagiku, dia adalah sosok kakak laki-laki yang sangat baik. Dia itu punya perasaan yang cinta damai, sebab itulah dia sangat menyayangi Sasuke.", jelasku."Hm.. Pasti Sasuke sangat senang mempunyai kakak sebaik Itachi. Tapi, semenjak kejadian itu apakah Sasuke masih tetap menyayangi Itachi tidak yah?", ujar Amida.
"Amida-chan, kau itu begitu polos. Berlatihlah dengan serius yah, agar kau bisa menjadi shinobi yang hebat untu desa dan Clan Uchiha.", aku mengacak-acak rambut Amida yang hitam pekat itu dengan gemas.
"Oh ya, omong-omong tentang Sasuke, aku mohon padamu, jangan ceritakan apapun soal Itachi padanya. Biarlah hanya kita berdua aaja dulu yang tau kejadian sebenarnya. Kau bisa kan, Amida-chan?", lanjutku.
Amida mengangguk mantap atas permintaanku. Aku meminum teh buatan Amida, aku tak menyangka kalau Amida mahir dalam membuat teh.
"Yosh. Amida, terima kasih untuk tehnya yah, dan terima kasih juga karena kau sudah menemaniku bicara."
"Tidak menjadi masalah, aku malah senang mendengar cerita kakak.". Senyuman Amida begitu manis, hingga membuatku ingat dengan sosok Mira.
"Yasudah, aku pamit pulang yah. Karena besok aku masih harus melatih tim 7", seruku.
"Uh.. Bukankah tim 7 itu timnya Kakashi-sensei?"
"Kau benar, tapi Kakashi-sensei sedang menjalankan misi bersama Guy-sensei, dan mereka juga belum kembali. Oh ya, omong-omong, kau sudah ditingkat berapa diakademi?", tanyaku."Uh.. Um.. Sebenarnya, aku masih harus duduk di akademi 2 tahun lagi. Tapi.. Karena aku murid yang pandai, maka aku akan menjadi Genin tahun depan."
"Hontou ni desuka? Itu bagus. Kau juga mempunyai kecerdasan yang sama dengan Uchiha terdahulu. Gunakan kecerdasanmu itu, agar kau berhasil menjalankan misi saat kau sudah menjadi Genin.", pintaku."Pasti!", jawab Amida mantap.
"Tapi ingat, meski begitu kau tidak boleh sampai meninggalkan teman satu timmu. Baiklah, Jaa ne..!"
"Jaa.."Perasaanku sedikit lega setelah bertemu dengan Amida. Sosoknya yang hangat, hampir mirip dengan Mira dulu.
"Hey Mira, apakah jiwamu merasuk ketubuh Amida?",
Pertanyaan konyol itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku. Hari sudah malam, dan aku memilih untuk cepat kembali kekediaman ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Real Uchiha (END)
AdventureKirana, seorang gadis sederhana yang telah ditakdirkan untuk menjadi seorang uchiha. Tapi, menjalani hidup sebagai uchiha sepenuhnya bukanlah keinginannya. Ini cerita and karya pertama yang Author bikin. Kalau banyak jeleknya, mon maap yakk. Arigato...