CHAPTER 18 TEKAD API UNTUK SEORANG TEMAN

456 41 0
                                    

Saat kubuka mataku, ternyata hari sudah pagi. Nyanyian burung-burung pagi sudah menyambut mentari. Aku beranjak dari posisi tidurku yang masih dilantai dan bersiap untuk memulai hari yang baru.

Aku berhenti sejenak ketika mataku tertuju kepada fotoku bersama Paman Raito dan Mira.
Aku kembali teringat dengan apa yang aku dan Guy-sensei bicarakan. Pikiranku kembali teringat kejadian 3 tahun lalu. Tapi, tak berlangsung lama, aku melanjutkan langkahku untuk bersiap diri.

Setelah beberapa lama, aku memutuskan untuk berjalan mengitari desa dan melihat keadaan Desa Konoha. Tiba-tiba, ada seseorang menghampiriku. Dan ternyata dia adalah Yaguza, teman satu timku dulu.

"Uh.. Omae..."
"Yaguza-kun. Ada apa?", tanyaku.
"Hokage menyuruhku untuk memanggilmu. Jadi cepatlah kau kesana.",
"Huh.. Ada masalah apa lagi ini? Oh, Tuan Hiruzen, apakah anda tak mengerti kalau aku sedang banyak masalah.", keluhku.

"Sudahlah, cepat! Jangan buat hokage menunggu. Aku akan mengantarmu kesana.", seru Yaguza
"Baiklah.", sahutku.

Selama diperjalanan, aku mengobrol dengan Yaguza. Sampai akhirnya kami tiba didepan ruangan hokage.

"Ayo masuk, hokage sudah menunggumu", perintah Yaguza.
"Huft.. Baiklah."

'Tok...tok..tok..'
"Hokage-sama ini aku, Kirana",
"Masuklah Kirana!"

"Ada apa hokage-sama? Apa anda akan mengungkit masalah saat aku berdebat dengan Tuan Danzou?", tanyaku.
"Tidak. Ini soal Mira.", sahutnya.
"Jadi anda sudah tahu?",
"Tentu saja. Kakashi dan Guy memberi tahuku lebih dulu.", sahutnya.

"Lalu, apa hubungannya denganku?", tanyaku acuh.
"Kirana, Mira itu temanmu. Sudah seharusnya kau menyelamatkannya. Jadi kau akan kuberi misi untuk ke Kirigakure dan membawa Mira kembali."

"Maaf, hokage. Aku menolak misi ini. Aku tidak bisa menyelamatkannya.", seruku.
"Kirana, kau juga akan ditemani oleh Kakashi dan Guy. Jadi pasti kau bisa membawanya kembali.", sahut hokage.

"Maaf, mungkin Kakashi-sensei dan Guy-sensei bisa melakukannya, tapi tidak denganku. Sekali lagi, maaf aku menolak. Permisi", cetusku.

Hari semakin sore, tapi pikiranku tetap saja sama. Disatu sisi, aku ingin menyelamatkan Mira. Tapi disisi yang lain, aku trauma dengan kejadian 3 tahun lalu. Aku benar-benar takut, bagaimana kalau aku gagal lagi. Kutatap langit yang semakin lama mulai senja, dalam pikiranku terbayang-bayang oleh kata-kata Naruto yang pernah ia katakan padaku.

"Sebagai seorang shinobi dari Konoha, kita harus mempunyai tekad api dalam diri kita. Apapun keadaanya, kita harus selalu diiringi dengan tekad api!"
Kemudian ku tatap lekat ikat kepala berlambang Konoha miliku. Kata-kata naruto itu seperti merasuk kedalam ikat kepala ini.
"Tekad api..?"

Tiba-tiba, sebuah suara membuyarkan lamunanku.
"Kirana.. Hey! Kirana."
"Kirana!!"

Aku sangat terkejut mendengar seseorang memanggilku. Dan ternyata, itu adalah Guy-sensei.
"Huh, sensei mengagetkanku saja."
"Hehehe. Maaf Kirana. Habisnya dari tadi kau terus saja melamun. Oh ya, bagaimana? Apa kau menerima misi dari hokage?", serunya.

"Misi? Jangan bilang kalau kau dan Kakashi-sensei yang mengusulkan misi itu untukku.", cetusku sembari meletakan ikat kepala itu dan berdiri tegak.

"Uh... Ehmm..", Guy tidak bisa bicara apa-apa.
"Sudah kuduga. Ini sama sekali tidak lucu. Pulanglah! Aku ingin istirahat!", cetusku.

Aku menutup pintu dengan keras dan tak lupa menguncinya.
"Apa-apaan mereka? Mereka pikir ini lelucon?", gumamku.

Malam pun telah tiba, dan aku memilih untuk keluar untuk melihat bintang-bintang dilangit. Tapi, sepertinya aku melihat dua orang mendekat kerumahku.

"Huh.. Mereka lagi.", cetusku sembari memilih masuk kerumah. Tapi, belum sempat aku membuka pintu, tanganku sudah ditahan oleh Kakashi.

"Kirana, tunggu!!"
"Sebenarnya apa mau kalian?! Bukankah aku sudah bilang kalau aku menolak misi itu!", gertakku. Tanpa aku sadari, aku meneteskan air mata.

"Kirana, apa kau tidak ingin menyelamatkan Mira? Dia itu temanmu, kenapa kau sangat bersih keras menolak misi itu?", tanya Kakashi.

"Aku ini berbeda dengan kalian. Aku.. Aku hanyalah seorang sampah yang tidak bisa menyelamatkan temannya sendiri. Aku ini seorang pengecut!!", aku mendorong tubuh Kakashi dan segera membuka pintu. Dengan langkah cepat, aku segera masuk ke dalam rumah. Tapi, Kakashi berhasil mengejarku dan berdiri dihadapanku.

"Kirana, kau bukanlah sampah. Kau sudah berusaha untuk menyelamatkannya kan?"

"Iya. Tapi itu semua sia-sia kan? Jangankan membawanya pergi dari situ, merebut tubuh Mira dari tangan shinobi itupun aku tidak bisa! Aku.. Hanya shinobi yang tak berguna."

Aku benar-benar tak bisa menahan air mataku. Semakin lama, air mata ini semakin deras membasahi pipiku. Tiba-tiba, Kakashi menyentuh bahuku,

"Kirana, kau harus tahu. Didalam dunia shinobi, orang yang melanggar peraturan memang disebut sampah. Tapi, orang yang meninggalkan temannya, lebih rendah dari sampah.", seru Kakashi.

"Yah. Aku memang lebih rendah dari sampah. Aku meninggalkan Mira disana sendirian, dan tak bisa menyelamatkannya. Dan sekarang, saat aku tahu bahwa Mira masih hidup, aku bahkan menolak untuk menolongnya.", ujarku.

"Kenapa?"
"Karena aku.. Aku tidak yakin dengan kemampuanku. Aku tidak yakin kalau aku bisa menyelamatkannya dengan kemampuan yang aku miliki sekarang", jawabku.

"Kau salah, Kirana. Kau itu shinobi yang cerdas. Kalau tidak, bagaimana mungkin kau sudah menjadi seorang Jounin disaat semua angkatanmu masih ditingkat Chunin. Itu menunjukkan bahwa kau mempunyai semangat masa muda yang baik", seru Guy.

Kakashi menepuk bahuku. Dan berusaha membujukku.
"Dengar Kirana, kau itu seorang Uchiha. Seorang shinobi dari Clan Uchiha, dikenal sebagai salah satu clan terhebat di desa. Maka dari itu, hokage percaya kalau kau bisa membawa Mira kembali kedesa."

"Apa aku bisa? Apa kemampuanku cukup untuk bisa membawa Mira kembali? Jujur saja, aku masih trauma dengan tragedi itu. Itu sebabnya, aku menolak misi ini karena aku tak yakin aku bisa melakukannya.", sahutku.

"Jika kau tak bisa melakukannya sendiri, kau tak perlu khawatir. Kami semua akan membawa Mira bersamamu.", sahut Guy.

"Oretachi?", tanyaku heran.
"Lihatlah kebelakang!", perintah Guy.
"Minna! Omaetachi ga..",
Aku benar-benar tak percaya, tim 7,8,9, dan bahkan tim 10 ada disini.

"Benar. Kami semua akan menjalankan misi bersamamu.", seru Kakashi.
"Kedengarannya merepotkan. Tapi, aku senang bisa melakukan misi ini.", sahut Shikamaru.

"Hey, Nee-chan. Apa kau sudah lupa dengan kata-kataku? Seorang shinobi dari Konoha, harus mempunyai tekad api apapun situasinya!", seru Naruto.

"Kita semua, akan berjuang bersamamu, Nee-chan", seru Hinata.
Aku benar-benar bahagia, mataku berkaca-kaca menahan air mata yang hampir jatuh ini.
"Hontou ni Arigatou, minna!!",

"Sudahlah, ayo kita segera berangkat!", sahut Guy.
"Hn!!"
Aku tersenyum dan mengangguk mantap dengan keputusanku.  Aku segera bersiap-siap untuk melaksanakan misi ini.

"Baiklah, semuanya aku sudah siap. Ayo kita.."
"Tunggu! Kirana ada yang kurang darimu", seru Kakashi.
"Ini!", Kakashi menyodorkan sebuah ikat kepala kepadaku.

"B.. Bagaimana bisa kau.."
"Sudahlah, cepat pakai lalu kita segera berangkat!", seru Kakashi.

Aku memakai ikat kepala berlambang Konoha itu dengan perasaan penuh semangat. Sekarang, jiwaku terasa seperti api yang membara, berkobar seakan takkan pernah bisa padam.

"Baiklah. Semuanya! Berangkat!!", seru Kakashi.
"Ho!!", seru kami serempak.
"Mira, tunggu kami. Kami akan menjemputmu.."

-------------------

✓ The Real Uchiha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang