"Tidak Ada Kata Akhir Bagi Kasih Sayang Seorang Ibu, Seorang Ibu Tidak Akan Pernah Meminta Sesuatu, Kecuali Itu Adalah Yang Terbaik Bagi Kehidupan Anaknya."
3 Hari Sebelum Malam Kelulusan
Malam itu terasa begitu indah bagi Rangga, bagaimana tidak?
Remaja berwajah tampan dan betubuh proporsional bak seorang model itu baru saja menamatkan masa sekolah menengah atas nya dari salah satu sekolah negeri terfavorit di kotanya. Dia masih merasa senang dan gembira karena setidaknya dia telah berhasil berjalan hingga tiba ke tahap ini.
Selain itu, Rangga juga telah resmi di terima sebagai calon mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta di jurusan Hubungan Internasional.
Salah satu jurusan dengan tingkat persaingan dan perebutan kursi masuk tertinggi. Rangga harus berjuang mati - matian untuk mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan tinggi di jurusan tersebut. Kabar baiknya adalah dia telah berhasil melakukannya.
Rangga begitu bahagia, siapa yang tidak akan bahagia jika mendapatkan kabar baik seperti itu? Pasti setiap manusia di muka bumi ini akan merasakan sebuah kebahagiaan yang sama.
***
"Rangga kamu jangan langsung kuliah tahun ini ya!" ujar Sofia Daylight saat Sarapan pagi.
Sofia sedang mengoleskan selai stroberi ke dalam sehelai roti tawar putih yang bersih dari kulit. Sofia Daylight merupakan ibu kandung dari Rangga Daylight. Dia adalah seorang perempuan berdarah campuran Ukraina - Indonesia.
Rangga yang sedang mengunyah semangkuk Fresh Fruit Oatmeal dalam diam mendadak berhenti.
"Apa maksud Ibu?" tanya Rangga seraya menatap ke arah Sofia denga mata beningnya yang berwarna coklat itu.
"Kamu akan masuk ke Pesantren dulu sebelum kuliah." jawab Sofia dengan tenang.
"Apa alasan Ibu melakukan ini kepadaku? aku tidak mau, aku tidak bisa meninggalkan ibu sendirian di sini." Rangga mengelak, tidak terima dengan keputusan yang telah di buat oleh Sofia.
Sofia menatap ke arah putranya dengan tatapan yang dingin, namun itu merupakan tatapan yang tulus. Dia begitu sayang kepada anaknya Rangga. Sebenarnya dia tidak berniat melakukan ini, tetapi dia harus tetap melakukannya demi kebaikan anaknya. Dia tidak akan membiarkan putranya tumbuh dewasa tanpa memiliki pemahaman agama yang kuat.
"Ibu tidak akan membiarkanmu tumbuh dewasa seperti pria itu Rangga!" Teriak Sofia dengan tegas. Setelah itu dia terdiam dan menunduk berusaha untuk menahan air matanya. Rangga tak boleh melihatnya. Tidak boleh.
Rangga terdiam. Dia tidak bisa berbicara lagi. Terlebih setelah melihat ibunya mengatakan sebuah alasan yang sangat berat itu. Sebuah alasan yang begitu sempurna dan tak bisa di bantah. Dia akan melakukan apa pun hanya untuk alasan itu. Jika wanita itu memintanya untuk mati dengan alasan itu pun dengan senang hati dia akan bersedia untuk mati.
Sofia menghela nafas panjang, terlihat sekali dia tengah berusaha menahan air mata di pelupuknya.
"Maafkan Ibu sayang. Percayalah, ini semua demi kebaikanmu. Ibu akan mengorbankan apa pun demi mu Rangga." Lanjut Sofia. Dia sudah tak kuasa lagi membendung air matanya yang kemudian tumpah.
Rangga melihat air mata itu tumpah, tanpa berkata apa - apa lagi dengan sigap remaja pria itu beranjak dari kursinya dan bergegas menghampiri Sofia.
Begitu tiba di depan Sofia, Rangga langsung memeluk wanita itu. Air matanya pun ikut tumpah. Dengan tegar ia mengelus lembut pundak Sofia agar kembali tenang. Namun usahanya nihil, Sofia semakin terisak.
"Aku mohon, tenang lah Ibu." pinta Rangga.
***
Rangga sedang berada di dalam kamar tidurnya yang bernuansa maroon dan mewah. Dia tengah merenung di pojok kamarnya. Dia terduduk di atas karpet berbulu halus berwarna merah dengan kualitas premium import. Rangga duduk memeluk lututnya seraya menatap keluar bingkai jendela dengan sedih.
Di luar sana terdapat sebuah taman yang indah bernuansa klasik. Setiap kali dia merasa cemas atau risih, merenung di salah spot terfavoritnya ini selalu bisa menenangkan pikirannya.
"Haruskah ku lakukan itu?"
"Tapi bagaimana dengan kuliahku?"
"Tidak, ibu benar. Pemahaman agamaku memang belum terlalu banyak. Ini kesempatan besar bagiku."
"Aku rasa kesempatan ini tak akan datang lagi nanti."
"I should take it!"
"Or not maybe."
"What should i do?"
Rangga tenggelam dalam dunia pemikirannya yang terus berputar - putar hingga membuat kepalanya sakit.
"Hanya ada satu solusi." Kemudian ide itu pun muncul juga dalam pikirannya.
Setelah Rangga itu bergegas bangkit dari duduknya dan bersegera menuju ke kamar mandi mewah yang terdapat di dalam ruangan Walk In Closet pribadi miliknya. Kemudian Rangga mengambil wudhu dan segera melakukan sholat 2 rakaat. Setelah selesai dia pun berdo'a.
"Ya Rabbi..."
"Ampunilah dosa - dosaku serta dosa - dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah meraka sebagaimana mereka telah menyayangi hamba."
"Ya Allah.."
"Hamba - Mu yang hina ini bersimpuh dengan segala kepasrahan dan kegelisahan yang berkecamuk di dalam sanubari hamba. Hamba tidak tahu pilihan apa yang harus hamba ambil. Tetapi semoga pilihan yang hamba akan ambil demi kebaikan hamba dan demi memberikan kebahagiaan untuk Ibu hamba. Ridhoilah pilihan hamba ya Allah. Hamba mohon tolonglah bimbinglah hamba - Mu yang jauh dari kata sempurna ini."
Rangga meneruskan do'a nya dengan sangat khusyuk, hingga air mata mulai menetes dari pelupuknya lalu kemudian terjatuh di atas sajadah yang terhampar.
***
Assallamualaikum...
Terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Jika kalian suka, jangan lupa untuk memberikan vote kepada cerita ini sebagai bentuk dukungan kalian ya.
Kritik dan Saran dari kalian semua akan sangat berarti. Terima kasih ^___^
KAMU SEDANG MEMBACA
CATATAN AKHIR PESANTREN [ON GOING]
SpiritualMain Information About This Story : [ First Place In Dormitory Story Hashtag / 30 - 06 - 2020 ] Genre : Drama, Religion, Dormitory, Romance. Background Place : Indonesia Number Of Episode : 32 Episode Showtimes : August 2018 - July 2020 Cover By :...