1 Minggu Kemudian
Rangga membuka kedua matanya, dia sedikit terkejut saat mengetahui dirinya tengah berada di sebuah ruangan bernuansa serba putih yang asing. Rangga yang tengah terbaring di atas sebuah ranjang itu mencoba untuk bangkit, pada saat itu juga dia sangat kesakitan sembari memegangi ulu hatinya. Rangga memeriksa tubuhnya yang telah dilapisi oleh sebuah piyama berwarna biru. Tubuhnya diperban hampir sepenuhnya terutama di bagian dada. Ranga sedikit meringis kesakitan saat hendak beranjak dari atas tempat tidur itu.
"Aww..." pekik Rangga. "Ada di mana aku?" lanjutnya.
Di saat Rangga tengah kebingungan menatap ke sekeliling ruangan yang terlihat seperti salah satu kamar elite di sebuah Rumah Sakit. Seseorang pun membuka pintu dan masuk ke dalam kamar itu, dia adalah Asisten Rumah Tangga sekaligus pengasuhnya Mbak Dila. Mbak Dila yang melihat tuan mudanya itu telah sadarkan diri segera bergegas menghampirinya.
"Tuan Rangga sudah sadar?" tanya Mbak Dila. Dia sangat senang melihat tuan mudanya akhirnya siuman juga setelah beberapa hari tidak sadarkan diri.
"Apa yang sebenarnya terjadi mbak?" tanya Rangga penuh tanda tanya. "Ada di mana aku sekarang?" lanjut remaja pria itu. Walaupun kondisinya sedang tidak begitu baik, dia tetap terlihat tampan dengan beberapa memar di wajahnya. Terutama di bagian kelopak mata dan bawah rahang kanannya yang terlihat bengkak seperti sehabis di tonjok oleh seseorang.
"Mas Rangga tidak ingat ya?" tanya Mbak Dila kembali memastikan.
Rangga menggeleng tidak mengerti sembari memegangi kepalanya yang masih sedikit terasa pusing. Mbak Dila terlihat khawatir, dia kemudian segera duduk di kursi yang terdapat di sebelah tempat tidur Rangga.
" satu minggu yang lalu, mas Rangga ditemukan pingsan di depan ruang kelas oleh Satpam Pondok Pesantren" jelas Mbak Dila.
"Mas Rangga benar tidak ingat apa - apa?" tanya Mbak Dila kembali memastikan ingatan tuan mudanya itu tidak terganggu akibat hal buruk yang telah menimpannya beberapa hari yang lalu.
"Seingatku aku sedang belajar di dalam kelas, setelah itu aku sudah tidak ingat apa - apa lagi mbak" jawab Rangga.
Mbak Dila sedikit merasa lega bahwa tuan mudanya tidak mengingat peristiwa buruk yang telah menimpannya. Namun, dia sangat khawatir bahwa peristiwa buruk itu mungkin akan kembali terulang karena hingga hari ini pelakunya yang belum juga di temukan. Dia sedikit merasa aneh akan hal itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi mbak? Tolong beritahu aku" pinta Rangga dengan memelas kepada pengasuhnya itu.
Mbak Dila yang sebenarnya merasa tidak tega itu pun akhirnya kemudian membuka mulutnya. Bagaimana pun tuan mudanya harus diberitahu.
"Mas Rangga ditemukan tidak sadarkan diri dengan tubuh yang telah babak belur. Satpam menemukan mas Rangga pagi hari setelah Sholat Shubuh. Setelah mas Rangga di bawa ke Rumah Sakit dan dilakukan CT Scan di temukan keretakan pada tulang rusuk dan sedikit cedera pada kepala mas..." Mbak Dila tidak kuasa lagi menahan air matanya. Akhirnya wanita itu pun menangis.
"Siapa yang tega melakukan semua ini kepada mas Rangga?" lanjut Mbak Dila sembari terisak.
Hati Rangga tiba - tiba terasa sangat sakit dan sesak setelah mendengarkan penjelesan dari pengasuhnya. Dia benar - benar tidak tahu siapa yang sampai hati telah tega menganiaya dirinya hingga seperti ini.
Apa kesalahannya hingga dia pantas dianiaya seperti itu?
***
"Pondok modern macam apa ini? Bagaimana bisa Kamera CCTV kalian mati pada saat seorang siswa sedang terancam nyawanya!" Pekik Renata Audrey. Sudah seminggu lebih dia diberikan tugas khusus oleh Albert Daylight untuk mengawasi secara ketat Departemen Keamanan Al - Furqon Islamic Boarding School.
"Kami benar - benar minta maaf. Kami sendiri pun tidak tahu bahwa Kamera CCTV pada jam itu sedang mati" jelas seorang pria yang telah menginjak usia kepala empat itu kepadanya. Pria itu adalah Kepala Departemen Keamanan Al - Furqon Islamic Boarding School.
"Kalian pikir saya akan percaya secepat itu?" tukas Renata tidak terima, nalurinya sebagai seorang pengacara ganas yang melayani keluarga Daylight kini tengah meledak.
"Jika anda tidak percaya. Anda bisa cek sendiri" tawar Kepala Departemen Keamanan itu kepada Renata yang mulai memasang mimik wajah tidak senang kepadanya.
"Tidak perlu repot - repot. Aku sudah menerima laporan analisis dari perusahaan yang merawat kamera CCTV kalian selama ini. Menurut hasil analisis kamera CCTV kalian telah sengaja di matikan pada waktu insiden terjadi" ujar Renata seraya melemparkan sebuah map kertas berwarna coklat kepada pria itu. Pria itu pun membukanya, dia hanya bisa diam membisu setelah melihat isi dari map itu.
"Kami benar - benar menyesal. Tolong maafkan kami. Kami benar - benar tidak tahu siapa yang sengaja mematikan kamerenya" ujar pria itu dengan pasrah.
"Jika masalah ini tidak juga menemukan titik terang. Kami akan menuntut Pondok Pesantren ini" tegas Renata kemudian. Emosi wanita itu tidak bisa lagi dibendung. Dia benar - benar tidak terima atas perlakuan buruk yang telah menimpa tuan muda kesayangannya, Rangga Daylight.
"Kami tidak akan menyerah hingga tikus busuk itu di temukan!" Serunya dengan nada tinggi.
***
Di tempat lain. Tepatnya di Kamar Asrama Siswa Baru Al - Furqon Islamic Boarding School, teman - teman sekamar Rangga tengah berkumpul.
"Aku benar - benar tidak menyangka, jadi Rangga adalah pewaris tunggal perusahaan terkenal itu" sergah Hasanul. Dia masih sangat terkejut setelah melihat berita mengenai putra tunggal pewaris M Group dianiaya hingga tak sadarkan diri di Pondok Pesantrennya. Siapa lagi itu kalau bukan Rangga. Terlebih setelah itu biodata Rangga secara tiba - tiba muncul di dunia maya. Semua tentang Rangga yang selama ini dirahasiakan secara rapat oleh keluarganya pun terbongkar sudah.
"Selain itu, ibunya benar - benar Desainer Internasional yang sering masuk berita itu kan?" Sahid ikut menimpali.
"Terlebih dari semua itu. Rangga sudah berumur 17 tahun" Habib kini tidak mau kalah.
Doni hanya bisa terdiam seribu bahasa. Dia tidak menyangka ketika melihat biodata Rangga yang telah tersebar di dunia maya itu. Rangga merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas yang sama dengan kakak perempuannya. Mereka bahkan berada di dalam jurusan yang sama. Bagaimana bisa dia tidak tahu tentang semua itu selama ini.
"Aku tidak menyangka bahwa Rangga ternyata satu SMA dengan kakak perempuanku" ujar Doni masih tidak percaya.
"Kau serius don?" tanya Hasanul yang terkejut saat mendengar perkataan Doni.
Doni mengganguk dengan lesu.
"Wah, takdir memang gak jauh - jauh ya don" balas Sahid.
"Tapi apa kalian tidak penasaran dengan siapa yang telah menganiaya Rangga?" lanjut Doni kemudian.
Suasana pun hening seketika. Memang benar Rangga telah membohongi mereka selama ini. Tetapi tetap saja peristiwa tragis yang menimpa Rangga telah membuat mereka semua merasa begitu terpukul. Terlebih Rangga adalah seorang teman yang sangat baik dan peduli kepada mereka semua selama ini.
"Aku rasa ada seseorang yang tidak senang dengan kehadiran Rangga di Pondok Pesantren ini" gumam Habib kemudian. Semua mata pun segera tertuju kepadanya.
***
Assallamualaikum. Wr. Wb.
Terima kasih telah membaca cerita ini. Jika kalian suka dengan cerita ini, kalian dapat memberikan Vote sebagai bentuk dukungan kalian kepada cerita ini. Kritik dan Saran dari pembaca sekalian akan sangat berharga bagi Author.
See you on the next chapter ^__^
KAMU SEDANG MEMBACA
CATATAN AKHIR PESANTREN [ON GOING]
SpiritualitéMain Information About This Story : [ First Place In Dormitory Story Hashtag / 30 - 06 - 2020 ] Genre : Drama, Religion, Dormitory, Romance. Background Place : Indonesia Number Of Episode : 32 Episode Showtimes : August 2018 - July 2020 Cover By :...