[ 22 ] Pertikaian Pertama

31 5 0
                                    

12 Jam Yang Lalu

"Ada apa Rifqi ? 15 menit lagi aku harus segera masuk ke kelas." tanya Rangga.

"Begini Rangga, aku punya kabar gembira untukmu" jawab Rifqi dia masih berusaha mengatur nafasnya setelah berusaha mengejar Rangga tadi. Kini mereka berdua sedang berdiri di tengah lapangan kecil di samping gedung kelas 11. Para siswa putra tampak berlalu lalang melewati mereka berdua, sibuk dengan urusannya masing - masing sebelum masuk ke kelas.

"Oh iya, apa itu?" balas Rangga mulai penasaran.

"Kabar baiknya adalah, kau bisa menjadi Language Guard tanpa melalui tes." lanjut Rifqi kemudian. Dia tersenyum dengan sangat lebar saat menyampaikan hal itu ke Rangga.

"Apa maksudmu Rifqi, kau memintaku masuk begitu saja. Begitu?" tanya Rangga tidak percaya.

"Iya Rangga, Language Departement sudah rapat tadi malam dan ini merupakan perintah langsung dari Language Leader untuk menerima mu melalui jalur khusus." jelas Rifqi.

"Aku pikir hal seperti itu tidak berlaku di sini." delik Rangga. Dia masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja Rifqi katakan kepadanya.

"Tentu saja ada. Kau tahu bahkan banyak siswa yang menggunakan jalur khusus untuk masuk ke Al - Furqon Islamic Boarding School. Demikian juga dengan setiap organisasi siswa di sini, kami tidak akan mengabaikan begitu saja orang - orang spesial sepertimu Rangga." lanjutnya kembali.

"Aku tidak percaya semua ini" ujar Rangga dengan menghadirkan sebuah tawa kecil yang miris. Di balik tawa itu sebenarnya kemarahan yang amat sangat mulai tersulut dari dalam relung hatinya. Dia tidak percaya Rifqi akan melakukan hal serendah ini kepadanya.

"Kau pasti senang sekali bukan?" tanya Rifqi sembari ikut tertawa pelan. Dia merasa sangat puas dengan rencananya untuk merekrut ke Language Guard Rangga melalui jalur khusus itu sepertinya telah berhasil.

"Jadi apa jawabanmu Rangga? kau akan menerimanya bukan?" lanjutnya berharap.

Rangga terdiam sejenak. Dia berusaha untuk berpikir sambil menahan emosinya yang mulai meletup - letup. Namun entah ada apa pagi itu. Rangga tidak kuasa menahan emosi seperti biasanya.

"Itu tidak akan pernah terjadi Rifqi" jawab Rangga dengan nada keras. Dia jelas berani melakukannya karena Rifqi juga sebenarnya sebaya dengannya.

"Rangga, apa maksudmu. Aku tidak mengerti?" tanya Rifqi dengan heran. Raut wajahnya yang riang dan bersemangat tadi pun perlahan berubah menjadi bingung.

"Maksudku adalah aku tidak akan pernah menerimanya" jawab Rangga kembali dengan nada keras.

Rifqi terdiam seribu bahasa. Bingung atas reaksi Rangga.

"Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal seperti ini Rifqi. Aku akan tetap mengikuti tes seperti yang lain. Semoga kalian tidak melakukan hal aneh terhadap hasil tes ku nanti " lanjut Rangga kembali.

Setelah itu Rangga memutuskan untuk segera berlalu dari lapangan itu. Dia meninggalkan Rifqi yang masih terdiam seribu bahasa dan meninggalkan sejuta tanda tanya dalam benaknya. Rifqi tetap berdiri mematung diantara para siswa yang terus berlalu lalang disekelilingnya. Sedangkan Rangga melangkah dengan penuh kemarahan yang masih bergemuruh menuju ke gedung kelasnya tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. 

***

Rangga sedang berada di dalam kelas seorang diri. Saat ini waktu telah menunjukan pukul 12.30 sedang waktu jam makan siang. Namun Rangga sedang tidak bernafsu jadi dia pun memutuskan untuk berdiam diri di kelas setelah Sholat Dzuhur berjama'ah di Masjid.

CATATAN AKHIR PESANTREN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang