Bagian 1: Satu Hari di Kediaman Sonoda
[YA, MEN!!]
[YA! KOTE, MEN, DO]
Di Rumah Kediaman Keluarga Sonoda, pagi hari dimulai dengan latihan Kendo yang penuh semangat. Latihan mengayukan teknik Chouyaku 100 kali, latihan mengayunkan teknik Shomen 100 kali, melakukan teknik Suriashi, merunduk lalu berdiri tegak dalam 3 langkah secara berturut-turut.
Sinar matahari menyingsing semakin cerah dan pagi hari berlalu seketika. Sambil memperketat tali hakama-ku, aku berkata kepada diriku sendiri, "Senang rasanya berlatih di dalam dojo". Aku sudah merasa seperti ini sejak ... entahlah, sudah berapa lama.
Bulan Juni juga merupakan dimulainya awal musim panas.
Pada awal musim ini, sinar matahari terbit, bahkan di hari yang panas pun masih bisa terasa segar dan sejuk. Tapi kalau musim dingin, fajar tidak akan dimulai pada jam 5 pagi sekalipun. Sementara udara dingin yang tampak menghiasi kegelapan di pagi hari menyusut, aku mengenakan baju seragamku. Sementara aku menyalakan pemanas yang nyaris tidak berguna, aku melangkah menuju ke dalam dojo yang sangat luas ini bagaikan melintasi lautan yang dingin. Keheningan dingin membeku menusuk tubuhku.
Dulu, Pada musim-musim itu, bagian telapak kakiku menjadi memerah karena radang dingin dari lantai yang dingin saat aku kecil. Itu adalah saat di mana aku menangis karena rasa sakit. Sementara aku menangis karena rasa sakit akibat menginjak lantai dojo, aku mengeluh bahwa itu menyakitkan. Ayahku, yang adalah seorang instruktur, terus berkata "Berhentilah mengeluh! Cukup gosoki itu pake obat nanti".
Setelah latihan di pagi hari, aku menggunakan minyak hati untuk menggosoknya. Itu adalah pemandangan yang menyakitkan mata pada saat itu. Nenek memberikanku 2 buah permen putih manis yang telah disisihkannya sebagai hadiah bagiku untuk latihan pagi hari itu. Selanjutnya, aku tidak bisa menerima permen tersebut bahkan selama musim ini sekalipun. Itu tidak berlangsung lama sampai nantinya aku mengetahui bahwa permen itu ternyata vitamin untuk radang dingin.
Bagiku, itu adalah kenangan yang indah.
Dan begitulah, hari-hari di mana aku sebagai seorang anak cengeng kecil berlalu.
Diriku yang sekarang ini tidak akan menangis seperti itu lagi.
Telapak kakiku menjadi cukup kuat sehingga tidak peduli seberapa dingin musim dingin berlangsung, kakiku tidak akan terpengaruh oleh radang dingin lagi.
Hari-hari ini, aku hanya bisa melakukan latihan standar, latihan tanpa pasangan.
Semenjak aku menerima sebuah peringkat dan (T/N: ini memang nama ranking silat), aku sudah semakin jarang melihat ayahku setiap hari meskipun dia biasanya menemaniku. Dojo segera menjadi tempat latihan mandiri untuk diriku sendiri. Hari yang tak tersentuh dimulai sekarang, di pagi hari ini. Pikiran dan tubuh baru saya siap menghadapinya kapan saja seperti biasanya. Ini adalah waktu untuk memastikan tempat itu untuk diriku sendiri.
[YA! MEN!]
Pada bagian terakhir dari latihan ini, aku mengucapkan terima kasihku kepada dojo yang aku gunakan untuk latihan pagi ini. Aku memakai kain lap untuk mengepel lantai dojo.
Aku sedikit menggulung lenganku hakama. Agak terlihat seperti seorang pendeta muda yang sedang berkeliaran mungkin terlihat aneh tapi ini adalah latihan yang bagus untuk kaki dan pinggul saya. Jujur saja, jika member μ's lainnya melakukan ini, aku yakin itu pasti luar biasa. Sayangnya, dojo sekolah ini benar-benar penuh atas kegiatan klub lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Live! School idol diary: Umi Sonoda [SELESAI]
Teen FictionLove Live! School idol diary is a series of novels in the Love Live! franchise, written by Kimino Sakurako and illustrated by Otono Natsu and Kiyose Akame with character designs from Murota Yuuhei. There are currently twelve published novels, split...