Chapter 7: Bagian 1

119 7 0
                                    

Bab 07: Dua Teman Masa Kecil


Malam itu, aku membuka pintu dan mendapati bahwa aku kedatangan tamu. Namanya, Honoka.

"Apa yang sedang kamu lakukan pada larut malam seperti ini?" tanyaku terkejut.

"Aku kabur dari rumah!" respon Honoka dengan wajah terengah-engah dan mata terbelalak. Kemudian, bertindak seolah-olah itu hal yang wajar, dia melepaskan sepatunya dan melangkah masuk ke dalam rumahku sambil membawa barang bawaannya bersamanya.

"Oh, Honoka? Apakah kamu mau menginap malam ini? "Honoka menjawab ibuku dengan mengangguk, "Ya, mohon maaf jika saya menganggu anda! Saya ingin Umi membantuku mengerjakan beberapa pekerjaan rumah! "

Sementara dia tersenyum dan cekikikan dengan gugup, aku melihat sedikit kode merah di matanya. Walah, dia melakukan itu lagi, pikirku kepada diriku sendiri.

Aku yakin terakhir kali dia melakukan hal semacam ini itu sudah lumayan lama.

Aku memeriksa jam berdiri di ambang pintu, dan jam menunjukkan pukul delapan malam.

"Berapa banyak pekerjaan rumah yang kamu harapkan bisa selesai di larut malam seperti ini?" gumamku kepada diriku sendiri.

Fshhhhh.

Suara air mengalir masuk ke pancuran shower kamar mandi yang bergema melalui pipa. Sementara itu, aku membuat panggilan telepon ke kediaman Kousaka.

"Ya, dia melakukannya. Dia baru saja tiba ... aku takutnya begitu ... Dia akan menginap bersama kami. "

Sementara aku menundukkan kepalaku ke arah telepon yang terpasang di lorong yang kosong, aku mendengar suara yang riang, seperti suara Honoka, tapi lebih dalam dan serak, itulah suara sang penerima telepon.

"Ya ampun, sudah kuduga dia bakal melakukannya. Gadis itu benar-benar orang yang banyak tingkah. Tapi aku yakin ayahnya akan sedikit terkejut jika dia benar-benar kabur dan tidak ada yang tahu kemana dia pergi, a hah hah. "

Itu adalah suara ibu Honoka, yang aku kenal cukup baik. Seorang wanita yang bersemangat, tanpa pamrih, dan menyegarkan, dan seorang ibu yang pekerja keras dan luar biasa. Ibuku sendiri, di sisi lain, tampak menutup diri dan banyak menuntut, dan dengan ketat memaksa untuk berbicara dan berperilaku yang benar, jadi saya juga turut mengagumi ibu Honoka.

Aku ingat berkali-kali berharap supaya aku bisa bersaudara dengan Honoka dan Yukiho, dan makan manjuu setiap hari. Kakak perempuanku jauh lebih tua dariku, dan sudah lama pergi meninggalkan rumah, jadi mungkin aku memang merasa kesepian, seolah-olah aku adalah anak tunggal. Latihan harianku juga turut melelahkan.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Umi, aku sudah mandi! Terima kasih telah meminjamkan piyama mu! Ah, aku merasa sangat segar ♪ "

Honoka telah keluar dari kamar mandi. Dengan cepat aku menutup gagang telepon.

"Apakah kamu akan tidur di kasurku pada malam ini?"

"Ya! Futon bergaya tradisional itu bagus, tapi meringkuk bersama di sofa bed juga asyik, bukan begitu??"

Seperti yang aku duga, nampaknya dia sejak awal memang tidak pernah memiliki pikiran untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Aku tersenyum enggan.

Piyamaku yang bermotif oranye itu terlihat jauh lebih bagus dipakai oleh Honoka daripada oleh aku sendiri.

♡♡♡♡♡♡

Love Live! School idol diary: Umi Sonoda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang